Saturday, January 14, 2012

A Happy New Year (Sebuah Riset di Edinburgh)

LATAR BELAKANG
Metode perpisahan dengan tahun lama dan penyambutan tahun baru biasanya identik dengan pesta kembang api. Sebuah pernyataan yang mencurigakan, yang perlu dibuktikan secara ilmiah kebenarannya. Benarkah bahwa tahun baru itu dirayakan? Benarkah bahwa perayaannya melibatkan kembang? Dan apa hubungannya semua itu dengan api? Berbagai spekulasi beredar sehubungan dengan masalah ini.

Ada dua pilihan cerdas untuk membuktikan kebenaran keberadaan kembang api di malam tahun baru di Britania Raya, berdasarkan informasi dari data sekunder yang beredar terbatas, pertama di London dan kedua di Edinburgh. Atas pertimbangan bahwa huruf E pada Edinburgh mendahului hurul L pada London dan keharusan memperhatikan urutan itu di halaman daftar pustaka, maka Edinburgh menjadi skala prioritas.

TUJUAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti kebenaran keberadaan perayaan kembang api di Edinburgh, dengan batasan biaya yang semurah-murahnya dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

METODE PENELITIAN
Dalam rangka menjawab tujuan penelitian yang mulia itu, yang tak semua penelitian bersedia menjawabnya, maka diperlukan sebuah pengamatan, pencerapan iderawi, pengolahan data secara kualitatif dan pengambilan kesimpulan secara empiris. Untuk sebuah pengamatan yang obyektif, diperlukan beberapa orang yang berbeda-beda tetapi tetap satu jua untuk menuju ke lokasi studi kasus ini, maka berangkatlah kami berempat ke Edinburgh. Tiga orang penghuni pent house apartemen balti: Tama, Andyka, dan Kiki beserta seorang bintang tamu asal Surabaya Om Irfan.

 
Figure I Research Team Member

Perjalanan dari Leeds memakan waktu cukup panjang, bahkan tak memandang fakta bahwa itu yang mengantarkan kami adalah sebuah mobil Ford Vista baru yang pintu sampingnya cuma ada dua. Mobil cantik berwarna biru ini cukup canggih, saking canggihnya dengan sedikit pencet kiri kanan jadi bisa berbicara, setelah terlebih dahulu mengeluarkan dering telepon. Tidak hanya itu, kecepatan tinggi terasa rendah saja baginya. Untuk mencegah mobil yang  biaya sewanya murah namun berharga tak terjangkau rekening tabungan itu tergores dan kemungkinan susah mencari Ketok magic atau tambal ban, maka kami menambahkan biaya asuransi.

 Figure II Speed CameraSejak awal berangkat, kami mencurigai bahwa kegiatan penelitian ini telah mengundang rasa ingin tahu dari banyak pihak, termasuk paparazzi yang biasa mencari foto-foto bintang tenar. Sehinggalah di sepanjang jalan terlihat kamera-kamera yang memantau kegiatan kami, saat dekat kamera otomatis langsung kita berikan senyum termanis dan ekspresi jari piss. Namun lama-lama karena terlalu banyak kamera di pinggir jalan, akhirnya kami tak acuhkan lagi, biarkan saja mereka mendapatkan foto kami.

Untuk menjadi penunjuk arah, dipergunakan GPS dari sebuah device Samsung Galaxy X2 milik Kiki device “luar biasa canggih yang dibeli dengan benefit maksimal dan harga minimal” (Untuk seorang Kiki the modern devicer, kata-kata dalam tanda kutip itu, tidak bisa dipisahkan, bahkan dengan alasan apapun). Jalanan di Britania raya tidak terlalu berliku seperti jalan menuju puncak gemilang cahaya dimana bertebaran aa vila, sejauh dari Leeds sampai ke Edinburgh terlihat begitu. Dengan papan informasi yang jelas, jalan-jalan besar Motorway yang seperti jalan Tol di Indonesia ini bisa dilalui dengan gratis saja, dengan free flow speed.

Bosan dengan motorway, berbeloklah mobil ke jalanan kecil. Sebentar-sebentar terlihat rambu kurangi kecepatan ketika memasuki kota-kota kecil, berikut tanda bahwa kamera siap mengabadikan. Sebenarnya perlambatan itu bukan tanpa tujuan, karena berdasarkan standard perencanaan jalan raya, sudah diperhitungkan bahwa ini adalah kecepatan maksimum yang sesuai dengan keadaan cuaca, lalu lintas, alignement, aspek geometri jalan serta layout perkotaan. Kota-kota kecil di tengah jalan ini sungguh sangat kecil, memadat di pinggir jalan, mirip dengan kota penuh zombie di film Shaun of the Dead, di kanan kiri terlihat bar-bar kecil dengan kedip lampu warna warni yang juga sepi mencekam.
 
Figure III Shaun of the Death City

Untuk memeriahkan suasana malam, maka diputarlah lagu-lagu mellow yang mengingatkan akan kampung halaman dari IPhone Andyka yang dengan jaringan Bluetooth disambungkan ke speaker mobil. Lagu Michael Buble Home dan Dewa Kangen menjadi hits, membuat Kiki the modern devicer menyanyi-nyanyi penuh penghayatan, rindu kampung halaman, rindu yang dirindukan.

Akhirnya saat-saat memasuki Scotland segera tiba. Hati berdebar-debar rasanya, menunggu gerbang besar di tengah jalan yang bertuliskan selamat datang di Scotland, menunggu tulisan “Scotland berhati Nyaman.” Atau yang semacam “Edinburgh kota berprestasi.” Tentunya diikuti tulisan “Hati-hati anak isteri menunggu di rumah.” Namun harapan itu harus sirna, di pinggir jalan hanya ada papan nama kecil bertuliskan “Welcome to Scottish Borders.” Sangat kecil, sehingga tidak layak dijadikan objek berfoto, padahal berfoto di papan nama itu merupakan salah satu legalitas dari penelitian ini. Sambutan yang agak mengecewakan dari pemerintah kota, mengingat sudah jauh perjalanan kami tempuh untuk meraih perbatasan ini.
 
Figure IV Border Sign

DATA DAN ANALYSIS
Akhirnya sampai juga di Edinburgh, kota yang merupakan salah satu World Heritage. Edinburgh merupakan salah satu kota yang berdasarkan survey, paling layak ditinggali di UK, dimana terdapat Edinburgh University yang terkenal dengan tokoh filsuf sekaligus ekonom nya Mr. Uadam Smith. Dimana JK Rowling biasa duduk di sebuah kafe dan menulis Harry Potter. Penduduk kota ini ternyata sesuai rumor yang beredar bahwa makin ke utara dari Inggris English dialeknya semakin semakin totok, asing, seolah-olah diucapkan dengan kecepatan suara yang tidak terdeteksi manusia Indonesia biasa. Daripada menanyakan alamat penukaran tiket Homanaya ke penduduk local, lebih efektif cari di web site dan gunakan GPS.

Edinburgh merayakan perpisahan tahun lama dengan serangkai acara Homanay Festival, mulai dari Torchlight procession, Hogmanay Stret Festival, Fireworks, hingga Loony Dook. Untuk membatasi lingkup penelitian, kami hanya mengikuti Street Festival dan Fireworks, yaitu sebuah jalan dari ujung ke ujung dimana terdapat berbagai panggung yang menampilkan performa artis-artis lokal sambil menunggu pertunjukan kembang api dari arah Castle. Untuk masuk ke festival ini harus membayar tiket masuk 15 pounds, demi tujuan mulia penelitian ini, biaya itu bisa ditolerir. Menjelang acara, Om Irfan memberikan peringatan untuk berhati-hati, bahwa biasanya di acara malam tahun baru ini, banyak pelukan gratis, Kiki menjadi lebih antusias, terlihat sudah lupa bahwa tadi baru saja menyanyikan lagu kangen dengan mendayu-dayu.

Padat merayap para penonton yang jumlahnya sampai 80ribuan beredar dari ujung ke ujung, dari satu panggung ke panggung lain di sepanjang jalan, beragam warna-warni rupa-rupi suku bangsa dan bahasanya dari berbagai benua, sebut saja nama satu Negara, sepertinya ada semua di sini, tumpah ruah di jalanan.

 Figure V a man and his bottleSuhu udara sekitar 3 derajat saja, entah itu celcius, atau lintang utara, atau lintang selatan, kurang paham juga. Karena keterbatasan dana dan upaya, tidak ada ahli cuaca atau ahli geografi dalam tim peneliti. Dalam udara yang sedingin itu, orang-orang terlihat membawa berbagai macam botol minuman, yang konon katanya bisa menghangatkan badan.

Penelitian ini hanya berlaku untuk suhu itu, karena jika suhu udara 30 derajat seperti di Jakarta, hasil penelitian ini tidak akan berlaku. Namun demikian, kami tak lupa pula membawa botol minuman, coke besar yang bisa membuat badan bertambah dingin, plastik mereknya disobek agar saat meminum bisa menimbulkan efek lebih dramatis seperti orang-orang sekitar.


 
Figure VI Mr Tama, The Ladies and their bottles

Detik-detik tahun baru, setelah semua orang menghitung mundur sampai nol, akhirnya roket-roket meluncur ke udara dan meledak dengan berbagai intensitas warna-warni rupa rupi kembang api, yang berlansung sekitar enam menit.
  
Figure VII FireWorks by Amateur Photographer

Oke, mungkin gambar ini kurang memuaskan. Berikut ini gambar yang lebih indah, dengan penerapan exposure yang tepat pada kameranya.
 
Figure VIII FireWorks by Professional Photographer

Setelah kembang api berakhir, orang-orang saling mengucapkan happy new year dan heboh berpelukan dengan pasangan maupun teman di sekitarnya. Kami hanya bergantian bersalaman, sambil menyaksikan sekeliling. Momen dimana menyaksikan hal-hal terindah dengan perasaan sepi karena tak ada orang spesial untuk berbagi.

Sing.. hening sejanak.. beberapa pertanyaan mengudara.. mana? ga ada pelukan gratis?

Ketika itulah sekonyong-konyon terasa pelukan  seseorang dari belakang. Seseorang.. sayangnya.. pria.. sayangnya.. seraya mengucapkan kalimat.
“You’re my favourite man, happy new year.” Ah, sedih rasanya.. ya sudahlah.. aku pun berbalik, balas menyalami, memeluknya dan mengucapkan.
“Happy new year, mate.”
  
Figure IX You’re my favourite man..

Lalu bergantian menyalami, mengucapkan happy newyear, dan memeluk rombongan teman-temannya. Lalu kami berdelapan, empat indonesian dan empat Scottish saling berpelukan berombongan sambil mengucapkan “HAPPY NEWYEAAR!” sambil melompat-lompat seperti anak kecil kegirangan. Sebuah momen dimana dinding-dinding pertahanan dan perbedaan-perbedaan melebur menjadi rasa bersahabat, dekat, hangat, bersaudara  bahkan dengan orang-orang asing.

Ternyata itu kata kuncinya, “happy new year”.

Pesta pun bubar, perlahan orang-orang berbondong-bondong pulang. Sambil pulang seringkali berpapasan dengan orang-orang yang mengucapkan happy new year, berpelukan, happy new year, berpelukan, serasa menjadi teletubbies. Tapi semua orang riang gembira.

Mendadak ada orang berbadan tinggi besar menarik tangan Om Irfan, dan lagi-lagi mengucapkan happy newyear. Beberapa orang pria wanita juga memeluk ku dan mengucapkan happy newyear, kami melompat-lompat sambil bernyanyi-nyanyi dengan lirik dan diaelek yang sama-sekali tidak jelas. Saat itulah pak Irfan menghilang..

Bahwa dia digendong dan dibawa kabur oleh pria bertubuh besar itu.. bahwa dia dengan pasrah dibawa berlari-lari keliling kerumunan.. kami ketahui kemudian..

Sambil menunggu Om Irfan yang masih menghilang entah kemana, kami menyaksikan pertunjukan musik yang kedengaran sangat irlandia, yaitu dengan dominasi suara biola berketukan cepat, di salah satu panggung, mendengar musik yang indah itu, dan atmosfir sekitar yang sangat ceria penuh dengan orang-orang berdansa, pertama-tama kepala ikut bergoyang, lalu kaki, lalu tangan, lalu badan.. dan resmilah aku dan Andyka berjoget mengikuti music, berputar-putar dengan ciri khas pada hentakan2 kaki.
 
Figure VIII The hilarious performance

 
Figure IX Dancing

Dimana rimba Om Irfan masih belum ketahuan, maka sudahlah kami pulang saja menuju parkiran, dengan pebuh rasa tega. Ternyata di tengah jalan pulang justru bertemu lagi dengan Om Irfan, dengan kondisi yang patut disyukuri, masih selamat. Dalam perjalanan pulang masih selalu saja ada orang-orang yang mengucapkan happy newyear, hingga satu rombongan terakhir. Dimana salah satunya memeluk Om Irfan dan memberikan ciuman manis di pipi, lalu Om Irfan pun digendong, untuk kedua kalinya. Dia hanya meronta-ronta tak berdaya..hahahaha
 
Figure X He likes him, He’d like to take him home

Pagi menjelang, akhirnya bertemu dengan rombongan dari Glasgow dan Newcastle, dan di pagi buta itu, ternyata penelitian harus berlanjut ke St Andrews, tempat dimana Pangeran William dan Kate Middleton dulu kuliah. Maka beriringanlah tiga mobil, dengan muatan peneliti-peneliti dari Glasgow, Newcastle dan Leeds.

Di tengah jalan, karena Kiki sang Navigator tertidur pulas di bangku belakang, mobil sempat salah jalan, tertinggal dari rombongan. Saat baru memasuki jalan yang sepi menuju St Andrew sebuah mobil patroli polisi mengikuti dari belakang. Mobil itu terlihat mencurigakan, karena lampu nya berkedap-kedip, atau mungkin juga mobil kami yang terlihat mencurigakan. Curiga mencurigai sering terbolak-balik belakangan ini. Mobil kami terus melaju, mencoba tak mengacuhkan polisi di belakang. Mendadak mereka itu menghidupkan sirine, seperti akan mengejar penjahat, gawat.

Maka ku pelankan mobil, dan berhenti. Seorang polisi yang muda dan berwibawa keluar dan menghampiri lewat jendela. Kami diam saja, dengan wajah sok polos membuka kaca jendela dan menatapnya. Biasanya polisi Indonesia akan berkata. “Selamat malam pak, bisa saya lihat surat-suratnya?” yang biasanya dilanjutkan dengan “Anda melanggar bla-bla bla-bla, mau diselesaikan di sini apa dilanjutkan ke persidangan?”

Polisi yang ini, yang kemungkinan kecil namanya Kopral Ujang, malah berkata “Apakah kalian tidak apa2, mobil ini tadi terlihat goyang kiri kanan, jangan-jangan kalian mabuk?”
“Oh, tidak pak, kami hanya ragu-ragu karena masih mencari jalan menggunakan GPS.”Kira-kira begitu jawabku yang sedang di belakang setir sambil menunjuk device super canggih di tangan Kiki.
“Kalian mau ke St Andrew?” tanyanya sambil matanya menatap mataku sambil hidungnya mengendus-endus bau mulutku untuk membuktikan bahwa kami bebas alcohol.
“Benar sekali Pak.”
“Baiklah, hati-hati di jalan.” Katanya kemudian.
“Happy new year Sir.” Kataku, roda mobil kembali berputar untuk melanjutkan perjalanan. Jalanna yang sepi mencekam, kantuk yang melanda, dinginnya udara, kegelapan di luar, tak mampu menghalangi tujuan mulia kami  untuk meneliti matahari terbit sekaligus juga napak tilas kisah asmara Pangeran William dan Kate Middleton di St Andrew.

 
St Andrew

KESIMPULAN
Berdasarkan riset yang telah diselesaikan ini, maka bisa ditarik kesimpulan adalah benar bahwa ada perayaan kembang api pada malam tahun baru di Edinburgh, bahkan ada dugaan bahwa kata Happy Newyear merupakan sebuah mantra yang membuat orang-orang menjadi lebih bahagia dan berhadiah pelukan atau cium mesra..dari pria..

Hasil penelitian ini masih perlu diuji melalui komparasi studi dengan perayaan-perayaan serupa seperti di London, Amsterdam dan sebagainya. Namun demikian, kesimpulan sementara yang diperoleh sudah cukup untuk memuaskan rasa penasaran akan kebenaran ilmiah dari penyataan-pernyataan yang berkembang di kalangan masyarakat seputaran tahun baru dan perayaannya. Tentunya juga bisa menjadi seuntai kisah modern untuk masa lalu, kisah kontemporer yang diceritakan kepada seseorang di masa lalu.

Juga ada sebuah hipohesis sementara, bahwa rok pakaian tradisional yang biasa dipakai oleh  orang Irlandia dan Scotland itu memiliki fungsi utama, yaitu biar gampang dipakai pipis. Hal ini kami lihat dalam perjalanan pulang, dimana terlihat seorang pria mengenakan rok sedang menuntaskan hasratnya tersebut di pinggir jalan, di keramaian.

Terimakasih:
-        Untuk Andyka, Kiki the modern devicer dan Om Irfan
-        Untuk Aryo, Masagus Eron, rekan-rekan dari Glasgow yang baik hati dan rekan-rekan dari Newcastle yang cantik-cantik, yang telah menyusun acara liburan dan memberikan hiburan yang cukup untuk menurunkan intelegensia
-        Untuk orang-orang local yang memberikan kesan hangat dan bersahabat
-        Untuk Pak Polisi yang masih bertugas di malam tahun baru
-        Dsb

References:
Figure II http://www.navmanwireless.co.uk/speed-cameras-challenged.html
Figure III http://www.avclub.com/articles/shaun-of-the-dead,61446/
Figure IV, VIII http://www.facebook.com/dontbeatourist

No comments:

Post a Comment