Friday, December 15, 2006

Resensi: Heavier Than Heaven

Judul Buku: Heavier than Heaven
Penulis: Charles R. Cross
515 halaman
Penerbit: Yogyakarta:Alinea, November 2005
Buku ini adalah sebuah biografi yang menceritakan kehidupan Kurt Cobain, vokalis Nirvana. Kurt mati pada usia yang tergolong muda, saat Nirvana telah mencapai sukses lewat musik yang dikenal dengan sebutan grunge. Banyak misteri yang ingin diketahui oleh orang-orang menyangkut kehidupan dan kematian musisi jenius Kurt Cobain tersebut. Melalui buku ini misteri itu menemukan titik terang.
Dalam buku ini, seperti yang dikatakan oleh penerbit, menampilkan sisi terang dan gelap Kurt, baik didalam, maupun diluar panggung. Seorang Kurt Cobain yang sewaktu di panggung terlihat begitu garang ternyata memiliki sisi lain yang rapuh, sering merasakan kesakitan pada perutnya, serta sering merasa kesepian.
Charles menceritakan kisah hidup Kurt Cobain tanpa prasangka apapun, berbeda dengan media-media yang banyak menulis tentang Kurt berdasarkan tudingan-tudingan dan prasangka yang mengurangi keobjektifannya. Baginya kehidupan Kurt laksana sebuah puzzle yang rumit yang menjadi semakin rumit karena Kurt banyak menyembunyikan bagian-bagian dari hidupnya. Melalui buku ini, dia mencoba untuk merangkai puzzle tersebut menjadi sebuah gambar yang utuh.
Buku ini dimulai dengan menceritakan kelahiran Kurt Cobain pada tanggal 20 februari 1967 di Aberdeen, Washington. Lalu menceritakan kehidupan Kurt dengan ringan, yang membuat pembacanya bisa menikmati seperti membaca sebuah novel. Cerita tentang Kurt dilengkapi dengan kutipan komentar orang-orang disekelilingnya, kutipan surat-surat yang dibuat oleh Kurt, puisi-puisi, serta kutipan catatan hariannya. Pada bagian puncak bahkan Charles membuat sebuah bab dengan penggambaran dari orang pertama, seolah-olah Kurt menceritakan sendiri bagaimana perasaannya saat akan melakukan bunuh diri. Hingga akhirnya dia mati pada 5 april 1994 pada usia 27 tahun dan masuk pada jajaran musisi yang mati pada usia 27 tahun, antara lain Jimmi Hendrix, Jim Morrison serta Janis Joplin.
Dari kehidupan Kurt pembaca akan mendapat sebuah pesan moral, bagaimana kecanduan obat-obatan dapat menghancurkan jiwa seseorang. Bahkan hingga mengakibatkan depresi dan bunuh diri karena merasakan begitu sulitnya melepaskan diri dari kecanduan. Kehidupan miskin spiritual yang dijalani kurt bisa menjadi pelajaran bagi orang-orang yang mencoba lari dari masalah dengan berteman dengan obat-obatan. Dalam pengantarnya ditulis, buku ini ditujukan untuk orang-orang yang mempunyai keberanian untuk mengatakan kebenaran, mengajukan pertanyaan-pertanyaan menyakitkan, dan membebaskan diri dari bayang-bayang masa lalu, yaitu para pecandu obat-obatan.
Selain itu, buku ini juga menggambarkan bagaimana kekuatan tekad, kebesaran cita-cita bisa mengantarkan seseorang pada kesuksesan karir. Bagaimana Kurt sejak remaja sudah bercita-cita menjadi seniman, musisi terkenal, dan bekerja keras untuk mewujudkan mimpinya. Hal ini tentunya sangat memotivasi bagi orang-orang yang ingin menjalani karir di Bidang musik, selain memberi peringatan, kesuksesan karir dan kekayaan sebaiknya dilengkapi dengan kematangan spiritual.
Secara umum, buku ini cukup menarik. Terbukti dari predikat Best seller in Newyork yang diperolehnya. Meskipun buku ini tidak melengkapi imajinasi tentang Kurt dengan sisi visual yang cukup. Dalam buku ini hanya ada sedikit dokumentasi foto yang ditempatkan pada bagian lampiran, tidak cukup mewakili perjalanan kehidupan Kurt secara keseluruhan dan tidak disusun dengan urutan yang baik, buku ini tetap layak dibaca.

Perjalanan KP di Suramadu Part II


(sore hari di tepi selat madura)

Masa Kerja Praktek
Satu bulan masa kerja praktek telah berlalu, teman-teman ada yang sudah menyelesaikan kerja prakteknya, ada yang sedang di proyek dan ada yang belum ke proyek sementara waktu libur untuk pelaksanaan KP tinggal satu bulan lagi. Seperti yang aku alami, belum berangkat ke Proyek, dan sedang menghadap dosen pembimbingnya.

”Lho, rekan Kp mu mana?” Tanyanya
”Oh, sekarang sedang di Surabaya pak, ada hal yang harus diurus disana, jadi dia berangkat duluan, asistensinya berharap bisa diwakili.”
”Enak aja, ga bisa seperti itu, jadi kamu mau melangkahi saya sebagai pebimbing KP? Sudah tahu aturannya kan? Asistensi KP harus berdua? Jadi sekarang suruh temen kamu balik ke Bandung, baru kalian menghadap lagi!” 

Itulah perintahnya, tanpa memperhitungkan waktu dan biaya yang dibutuhkan seorang manusia untuk bermobilisasi dari Surabaya ke Bandung dan dari Bandung ke Surabaya lagi. Tanpa memperhitungkan faktor X alias dipalak preman terminal atau penjahat stasiun karena bolak balik Surabaya-Bandung.

Akhirnya setelah berusaha extra keras disertai degradasi mental akibat batas waktu KP yang tinggal sebentar lagi, kami berhasil mendapat restu untuk segera berangkat ke proyek. Kami pun berangkat ke Surabaya.

JEMBATAN SURAMADU
MINGGU I

Hari pertama, (Rabu) 21 juli 2004
Apabila dilihat dari suku bangsanya, yaitu jawa, maka penduduk surabaya bisa dikatakan sebagai jawa bagian edun. Penduduknya terbiasa mengucapkan perkataan seperti Dancok seperti mengucapkan kata halo. Bahasa jawanya bisa dibilang kasar. Surabaya adalah kota metropolitan, kedua terbesar di Indonesia setelah kota Jakarta. Mungkin posisinya yang di pinggir laut menjadikan Surabaya sebagai pelabuhan besar, membuatnya menjadi kota maju seperti ini.

Jembatan Suramada dikerjakan oleh beberapa Kontraktor Nasional dengan pembiayaan APBN APBD dan Investasi dari Cina. Pembangunan jembatan untuk menghubungkan pulau Jawa dengan Madura ini dimaksudkan mempercepat pertumbuhan ekonomi di pesisir selat Madura dan di pulau Madura.

Kami berdua pergi ke daerah Kedung Cowek, Tambak Wedi, Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu. Diantar oleh seorang supir ajudan Purnawirawan Abri, yang selama perjalanan sangat memprofokasi untuk mengunjungi sebuah Gang dengan nama Dolly.

Akhirnya tiba di lokasi proyek. Matahari terasa sangat panas menyengat, debu berterbangan membawa bau lumpur keudara. Kami tinggal di sebuah desa kecil di pinggir pantai Kenjeran.

Kami ditempatkan di Jembatan Suramadu sisi Surabaya. Hari pertama inisiasi KP diisi dengan mengamati pekerjaan hammer test, bersama Rekan Arif dan Erwan yang telah dua minggu menjalani KP. Oleh merekalah, kita diperkenalkan dengan seorang pemuda dengan gelar Jawa Metal. Fredy namanya. Seorang angkatan tua yang berjiwa sangat muda. Memiliki sopan santun kejawaan yang mulai memudar.

Pernah terjadi suatu dialog:
Yows ”Asu e, panas tenan.”
Fredy: ”Hussh! Ngga boleh ngomong asu, kasar, mending ngomongnya Asem!”
Dan jadilah Asem sebagai kosa kata sehari-hari, saat kepanasan bilang asem, saat makan kepedasan bilang asem, saat minum teh pahit bilang asem....

Kamis, 22 juli 04
Kegiatan resmi KP, setelah formalitas melihat proyek pemasangan pelat dan diafragma selama beberapa menit (Benar-benar beberapa menit), selanjutnya acara dilanjutkan dengan duduk-duduk di bawah pohon di tepi pantai, tiduran di bebatuan tepi pantai, jalan-jalan menelusuri pantai, memergoki orang pacaran berbasah-basahan sambil menirukan adegan titanic, melewati perkampungan nelayan, diakhiri dengan makan lontong kupang, es degan, sate kerang dll. KP selama satu hari terasa sangat menyenangkan.

Jumat, 23 Juli 04
Di proyek, mempersiapkan kursi buat tamu dari mentri kimpraswil, diakhiri dengan makan-makan brutal.

Sabtu, 24 Juli 04
Di jalan-jalan menuju lokasi proyek, banyak bertebaran penjual semangka yang murah-murah, tanpa bisa ditahan akhirnya diadakan Pesta Semangka di Mess PU, selanjutnya jalan-jalan ke Tunjungan Plaza.

Minggu, 25 Juli 04
Bersantai ria di Mess, sambil menyusun rencana buat ke Madura mencari souvenir celurit, atau memancing di tepi pantai, atau beli kepiting untuk direbus sendiri. Tak ada realisasi yang mengikuti rencana.

Senin, 26 Juli 04
Ke proyek, pencarian data ke konsultan MK. Berhubung Kepala Konsultan adalah Mr. Bambang, alumnus Sipil ITB maka data dan pencerahan dengan lancar didapatkan.

Selasa, 27 Juli 04
Ke Proyek, tinggal di kosan baru bersama Fredy si Jawa Metal. Kosan baru ini sangatlah murah, hanya 250rb perbulan satu kamar ditempati oleh empat orang. Ibu kos adalah seorang Jawa Madura yang ramah. Semantara anak ibu Kos memiliki keramah tamahan juga dengan cara yang berbeda. Setiap bertemu selalu menawarkan jasa penyediaan Daun surga dengan harga setengah biasa. ”Barangnya dari madura, harga setengah dari yang biasa, sayang sekarang lagi habis.” Padahal dalam hati kami, ”Untung barangnya habis.”

MINGGU II
Rabu, 28 Juli 04
Nasib tinggal disebuah desa yang masih terpencil, tidak ada tempat foto copy. Ketika mendapat data yang harus di foto kopi, mencari mesin foto copy dan rental komputer sangatlah sulit. Tidak ada angkot yang beroperasi, sehingga kita harus jalan sekitar 5km, tetap tak bisa ditemukan, akhirnya kita naek LEN (angkot) yang sudah mulai ada, ke Kota. Akhirnya sampailah di sekitar Universitas Airlangga, yang kawasan sekitarnya memiliki fasilitas lengkap.

Sebagai pendatang baru yang masih seumur anak jagung, akhirnya kita mengalami peristiwa standar anak jagung, tesesat. Tidak tau jalan pulang. Setelah sekian menit terjebak dalam dilematika bertanya atau tidak, kalau bertanya jangan sama tukang becak atau preman setempat, akhirnya kita memberanikan diri bertanya kepada seorang bapak tua yang terlihat konservatif.

”Pak kalo ke tambak Wedi, deket Kenjeran pake apa ya?”
”O, itu naik ini aja, Len N,” Katanya seraya menunjuk mobil yang baru lewat dengan logat Jawa Medok.
”Bukannya naek Len O ya Pak?” Sebab besar dugaan kami, bahwa yang harus dinaiki Len O.
”Eh, sampean ini dibilangin malah ngeyel, ini naek len N. Tuh lewat, berentiin sana.” Si Bapak emosi, langsut menyuruh kami menyetop mobil.
”Makasih pak.” Langsung pamit untuk menghindari hal2 yang tidak di inginkan. Berhubung masih ragu dengan keterangan si Bapak, akhirnya kami bertanya lagi, dan ternyata buat pulang memang harus memakai Len O. 

Kamis, 29 juli 04
Makan brutal gratis diproyek, sukuran dan doa slamat buat proyek. Sore berangkat ke Keputih.

Jumat, 30 Juli 04
Di rumah Budenya Sahrial, entah kami berdua benar-benar aneh, atau budenya yang aneh, seperti kata band The Upstairs, ”apakah kami ada di Mars, atau mereka mengundang orang Mars” (ngga nyambung), Selalu terlontar ucapan dari sang Bude. ”Dasar dua orang anak aneh.....”

Sabtu, 31 Juli 04
Liburan, malam ke Tunjungan Plaza. Banyak wanita-wanita berpakaian seksi, cina, cantik. Sungguh indah di pandang, saat kami dekati terdegar percakapannya.. ” La piye to iki....bletak bletuk....” Toeng toeng, langsung ilfil...

Minggu, 1 Agust 04
Jalan-jalan, ke ITS.

Senin, 2 Agust 04
Melihat pemancangan pier 15 di proyek

Selasa, 3 Agust 04
Punya sedikit niat ke pontoon buat memantau test ultrasonic. Ada sebuah perahu yang biasa mengangkut pekerja ke tengah laut, saat ada perahu kita berjalan pelan-pelan, hingga akhirnya sampai di lokasi perahu, perahu sudah berangkat.
“Wah, kita ketinggalan perahu euy…” Berlagak menyesal. Alhasil cuma di tepi pantai, makan lontong kupang dan es degan.

Saat sedang asik makan dan minum, tiba-tiba datang segerombolan (benar-benar gerombolan) wanita (awalnya kita kira wanita).
Salah seorang bertanya,
“Mas, yang itu lagi ngerjain apa?” Ternyata suaranya memiliki nada Bass, dan selanjutnya teridentifikasi wanita jadi-jadian ini memiliki jakun, alias kecebong.
“ Oh, ini lagi ngerjain Jembatan Surabaya Madura.” Kata Sahrialsang partner KP.
“Oh, kalo mas namanya siapa?” Please dong ah! ternyata segerombolan pria kewanitaan tersebut berniat untuk kenalan, dengan produk memperluas jaringan operasinya.

Dhita, begitulah nama yang selanjutnya mengisi phone book sahrial…. Makhluk ini terkenal antipati menyimpan nomer HP laki-laki, ternyata sekarang dia menyimpan no HP peralihan laki-laki ke wanita. Saat pulang Dhita dan gerombolan selalu mengingatkan.
“Jangan lupa mampir kerumah ya Mas…”

MINGGU III
Rabu, 4 Agust 04
Pemancangan pier 16

Kamis, 5 Agust 04
Menghitung uji hammer test,

Jumat, 6 Agust 04 (jumat)
Mulai merasa bosan dengan rutinitas kehidupan di proyek

Sabtu, 7 Agust 04
Tambah bosan dengan rutinitas kehidupan di proyek

Minggu, 8 Agust 04
Hampir muak dengan rutinitas kehidupan di proyek

Senin, 9 Agust 04
PDA test, sudah jebur ke laut, tapi test dimaksud telah selesai.

Selasa, 10 agust 04
Pemancangan di Pontoon.

MINGGU IV
Rabu, 11 Agust 04
Mengamati pemasangan pipa galvanis, bowplank di pontoon.

Kamis, 12 Agust 04
Lokasi pesisir pantai, sangat strategis bagi muda-mudi yang sedang dirundung asmara. Tersebutlah seorang maestro di bidang kualitas bahan bangunan bernama Mbah Darmaji, Sang mbah memiliki fasilitas lengkap di kantor yang tepat menghadap ke bagian pantai, salah satu alat yang dimilikinya adalah teropong. Apa fungsi teropong dalam pekerjaan ini?? Tidak lain dan tidak bukan, adalah demi melihat ke tempat yang jauh disana dimana muda-mudi sedang bercumbu rayu.

Biasanya pasangan muda mudi mulai beroperasi setelah jam sekolah selesai. Mereka jalan-jalan di tepi pantai, melihat pemandangan berdua, sambil duduk di bebatuan. Setelah sekian menit berduaan, biasanya adegan akan semakin Syur ala film-film Hollywood.

Saat kami mendekati lokasi untuk melihat lebih dekat, biasanya kegiatan mereka berhenti. Sang cowok menatap gusar dengan wajah manyun sedangkan sang Cewek bertingkah malu-malu.

Jumat, 13 Agust 04
Setiap hari yang dijalani dengan sarapan – mandi – ke proyek – pulang sore – mandi – makan malam - tidur, semakin membosankan. Jiwa-jiwa muda yang membutuhkan petualangan dalam diri kami mulai mengambil alih. Dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, kita harus liburan. Ada beberapa alternatif yang telah kami susun, ke Madura, ke Bali atau ke Batu Malang. Madura terlalu dekat, tidak ada sanak saudara. Bali terlalu jauh, ada kakak sepupunya pacar teman, tapi liburan yang cuma sebentar sia-sia dengan perjalanan jauh dan biaya mahal, Batu Malang adalah kota yang tepat. Di Batu malang, ada seorang teman lama mantan anak sipil yang pindah karena terlalu fokus pada bridge sehingga mengabaikan kuliah. ”Kita bisa menghubunginya”, kami sepakat.

Maka sore itu juga dilakukan pencarian telp sang kawan melalui data base angkatan, segera ditelp, yang mengangkat ternyata bapaknya.
”Pak, hendarnya ada?”
”O, lagi keluar, dari siapa ini?”
”Ini dari teman lamanya di surabaya, kita mau ke malang, ke tempat Hendar, kira-kira kapan ya pak pulangnya?”
”Mungkin nanti malam dia pulang”
”Oo, kalau begitu kami berangkat sekarang ya pak..” Tanpa basi-basi.

Dan berangatlah kami ke Malang, tanpa alamat tujuan yang jelas, tanpa izin pemilik rumah yang jelas, dan tanpa sepengetahuan Hendar yang jelas.

TERMINAL
Terminal penuh dengan kehidupan yang keras. Layaknya seorang artis, kami langsung dikerumuni oleh fans. Semua berebut menarik-narik badan kami sekedar ingin bersetuhan kulit dan menarik-narik tas kami sekedar ingin souvenir. Mereka meneriakkan daerah asal mereka agar kami sudi mengunjunginya.
“Mas Semarang mas, Bali mas, Jogja mas!” berbagai daerah mereka sebutkan. Namun kesibukan kami yang padat mengakibatkan kami harus berkelit ketika menjawab permohonan mereka.
“Mas Semarang mas”
“ Ngga, kita ke Bali”
Orang berikutnya datang
“Mas, Bali Mas”
Ora, arep neng Semarang ko
Demikian seterusnya hingga kami berhasil mengatasi kerumunan massa penggemar, dan mendapatkan Bis yang layak untuk ke Malang. Perjalanan pun dimulai…

14 Agust -16 Agust (Tiga hari di Batu Malang)
Batu Malang adalah kota kecil yang dijuluki dengan Agropolitan. Posisi Batu adalah 2 jam dari surabaya naek bus ditambah 1 jam naek angkutan umum. Merupakan daerah subur yang bergunung-gunung. Suhunya dingin, persis suasana Lembang Bandung atau Puncak. Dengan keadaan tanahnya (yang belum diketahui lebih dalam) dan ketinggiannya (yang juga belum diketahui lebih dalam) Batu strategis untuk perkebunan Teh dan Apel. Sebuah ungkapan yang tepat untuk menggambarkannya adalah “Kota yang tepat untuk membesarkan anak-anak”.

Akhirnya tibalah kami di terminal malang. Setelah mendapat petunjuk dari beberapa ibu-ibu, sampailah kami di Batu malang. Setelah mengikuti petunjuk yang terpaksa diberikan oleh sang orang tua Hendar, akhirnya kami berhasil menemukan rumahnya.

Hendar adalah seorang teman lama satu angkatan. Dulu kita tidak pernah begitu dekat dengannya. Bahkan tergolong sangat jarang bertemu atau saling berbicara. Dan sekarang kami mencoba untuk mengakrabkan diri demi berliburan secara gratis (hehe, maaf ya Ndar).

Hendar duduk di depan rumahnya menunggu kami tiba. Kami berjalan di depan rumahnya, dan hampir tidak mengenalinya. Dia juga hampir tidak mengenali kami. Akhirnya dengan bersuka cita, kita saling mengenali satu sama lain, berpelukan. Malam mulai larut, hampir jam 11 malam, sangat tidak menyengkan bila kami tiba di Batu dan menjadi gelandangan yang tidur di pinggir jalan.

Rangkaian acara liburan di mulai dengan jalan-jalan subuh ke Jatim Park, sebuah lokasi wisata yang terletak di tempat tinggi, sekilo dari rumah. Ternyata memang, pemandangannya sungguh luar biasa, kami bertiga melihat sunrise dari puncaknya, dengan hawa dingin yang menyejukkan kulit, dengan wewangian apel yang mengharumkan penciuman. Batu adalah tempat yang tepat untuk membesarkan anak…

Agenda liburan berikut adalah melihat perkebunan apel, kami diantar ke lokasi perkebunan. Daerah tinggi yang siang hari pun terasa dingin. Pohon apel tumbuh dimana-mana, dipinggir jalan, di depan rumah, dan di perkebunannya sendiri.

Kami berjalan-jalan melewati tengah-tengah kebun, pohon apel di Batu sangat rendah hingga buahnya bisa dipetik langsung dari batangnya tanpa harus memanjat. Hal ini membuat bayangan Newton yang tertimpa buah apel sangatlah berlebihan, yang ada adalah bayangan Newton duduk di bawah pohon sambil makan buah apel langsung dari pohonnya.

Dengan keramah tamahan ala jawa penduduk lokal, mereka mempersilahkan untuk memetik apel sendiri, gratis. Kesempatan ini tidak kami sia-siakan. Kami belajar bagaimana menanam apel, merawat pohonnya, hingga memetik buahnya. Jika nanti pembimbing KP bertanya, “apa yang kalian dapat selama KP?” akan kami jawab spontan “Cara bercocok tanam pohon apel pak!”

Selanjutnya kami melihat gudang apel, dan industri kecil pembuatan Sari Apel malang yang mengambil sari pati buah apel, serta pembuatan jenang apel malang. Semua yang berbau apel adalah wajah kota Batu. Terlintas dalam bayangan, suatu saat membuat rumah di daerah tinggi, terbangun dari tidur, langsung memetik buah apel di halaman rumah untuk sarapan. Terlintas sebuah kesimpulan, “Batu adalah kota yang tepat untuk membesarkan anak…”

Malam harinya wisata kami lanjutkan dengan nongkrong di alun-alun kota Batu, hari ini adalah sabtu malam minggu.

Alun-alun kota Batu sangat indah, dari sana bisa kelihatan jalan-jalan ke gunung bersama lampu-lampu kotanya, banyak tempat duduk di taman, dan orang-orang yang berjualan disekeliling taman. Taman alun-alun kota Batu dipadati oleh orang-orang nongkrong, mulai dari geng bermotor setempat, keluarga, maupun orang yang pacaran.

Anak-anak kecil berlari-larian di taman. Hal ini membangkitkan imajinasi Rial tentang seorang anak perempuan lucu di masa depan, “Apa ya nama yang cocok, kayannya Orange bagus.” Ujarnya sambil menatap anak perempuan yang sedang berlari-lari di taman. Orang tua yang melihat expresinya (Rial), akan segera menangkap gelagat fedofilia, sehingga mengamankan anaknya masing-masing untuk segera pulang.

Suasana Alun-alun memang membangkitkan imajinasi akan cinta romantis dan keluarga yang bahagia. Udara sejuk berhembus, menghembus mimpi tiap-tiap manusia disana ke langit berharap segera dikabulkan.

Perjalanan di alun-alun tidak akan lengkap jika kita tidak mencicipi beberapa jajanan khas disana. Salah satu yang menonjol adalah Burger dan Hot dog murah, Cuma 2500. Hidangan ini akan sangat terasa nikmat dinikmati dengan minuman susu murni khas Batu.

Salah satu masakan khas, yang jadi kebanggaan warga Malang atau Batu lainnya adalah Bakso Cak Man. Ada sebuah dialog yang tak bisa dihindari, antara orang-orang yang pernah pergi ke Batu atau Malang.
“Aku kemarin abis liburan ke Malang lho.”
“Oya, udah makan bakso Cak Man belum.”
“Belum.”
“Huehehe, berarti belum ke Malang dong…”

Dan jadilah kita, mencicipi masakan kebanggan tersebut, memang sangat nikmat, apalagi disajikan dengan pelayanan keramah-tamahan khas Jawa.

Salah satu yang menarik dari wisata di Batu adalah Daerah tinggi (lupa namanya) tempat berdirinya warung-warung di pinggir jalan untuk nongkrong di malam hari sembil melihat city lights di bawahnya. Kita bertiga berangkat dengan skill sopir mobil (inisial Rial) setingkat di bawah pas-pasan, sementara jalan berkelak-kelok menakutkan. Sebuah perjalanan horor.

Akhirnya tiba di tujuan dengan selamat. Hidangan ala kopi susu dan Jagung rebus enak disantap. Sementara musik di Warung memperdengarkan sebuah lagu lawas, “Sabtu malam ku sendiri, tiada tempat berbagi…” Entah terbawa oleh suasana lagu yang melankolik, atau mabuk oleh kopi susu, Hendar menggebrak meja dengan gelas besar berisi kopi susu. “BRAK!” Di ikuti oleh rekan-rekannya. “BRAK!” Suasananya begitu indah, kenapa kita bertiga disini, laki-laki semua. Begitulah kesan yang diciptakan. Sementara disudut lain warung ada Bapak-bapak yang ditemani beberapa wanita…

Masa-masa indah seringkali terasa cepat berlalu, demikian juga dengan tiga hari liburan di Batu Malang. Akhirnya kita berpamitan kepada keluarga Hendar, dengan janji akan mengunjungi lagi di lain waktu. Satu kesimpulan yang terpatri di benak kami, “Batu adalah Kota yang tepat untuk membesarkan anak-anak…”

Selasa, 17 Agust 04
Berangkat kembali ke Surabaya, untuk melanjutkan kegiatan KP. Di sepanjang Jalan, perjalanan diiringi oleh festival 17agustusan, dengan drum band dan pasukan baris berbaris.

MINGGU TAMBAHAN
Rabu, 18 Agust 04
KP lagi, tidak bisa fokus, seolah-olah masih menyesal harus terbangun dari mimpi indah liburan di Malang.

Kamis, 19 Agust 04
KP hari terakhir sambil dan mengajukan surat selesai KP.

Jumat, 20 Agust 04
Mendapatkan surat selesai KP, malamnya menyusuri kehidupan gemerlap kota Surabaya

Sabtu, 21 Agust 04
Pergi ke Proyek untuk say good bye kepada Pak Marwoto, Mbah Darmaji, Mbah Ni dll. Nraktir Fitri dan Fredi. Sore Pulang ke Bandung.

Akhirnya perjalanan memasuki bapak selanjutnya yaitu penyusunan laporan KP, Suka dan duka masih selalu mengiringi. Lorong-lorong yang monoton, kita lewati saat asistensi KP, masa-masa menunggu pembimbing selama satu dua jam untuk mendapatkan jawaban ”maaf, saya sedang sibuk”, hingga sidang KP yang kami kira sukses, tetapi pembimbing menganggap gagal secara gilang gemilang, hingga sidang lanjutan yang bersifat pribadi dan kembali dianggap gagal. Hingga datang sebuah SMS, ”A....g, G....k, xxxxx bangsat, kita cuma dapet B.”

Catatan dan ucapan terima kasih.
Laporan perjalanan ini diambil dari jurnal harian Yows, dengan penyuntingan maupun improvisasi seperlunya. Terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:
- Sahrial ”Kutabok” Agung Nugroho, atas pengalaman KP yang mengguncang iman.
- Rekan-rekan seperjuangan Fredy si Jawa Metal, Umar dan Kukuk, Arif dan Erwan, Fitri ITM, serta MARIA cinta sahrial yang hilang.
- Hendar sang tuan rumah, atas sambutan yang hangat dan liburan mengesankan.
- Pihak proyek yang memperkenalkan kehidupan di Proyek.
- Anak-anak SMU penghibur di siang hari yang terik.

Tidak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
- Penjual Lontong Kupang yang pada suatu hari bilang: ”Sampean ini kerja di Proyek apa bukan, ko nongkrong di sini terus!”
Mohon maaf apabila ada pihak yang tersinggung atau tidak tersinggung dengan adanya tulisan ini, yang tidak lain, hanyalah media agar peristiwa-peristiwa di dalamnya tidak segera terlupakan.

Monday, December 11, 2006

NEKAT TO JOGJA


sebuah jurnal perjalanan (Karya Edd Corp)
kamar kosan nan nista
selasa, 12 Juli 2005
19:41
Badan sepertinya udah nggak kuat lagi untuk dipake beraktifitas otak juga udah nggak layak pakai untuk sekedar menyumbang usul di sebuah diskusi warung kopi, apalagi diskusi kemahasiswaan
yah, kondisiku mungkin nggak jauh beda dengan kondisi Juli, Binjai, dan Bang Jambi. karena mereka juga merasaka hal yang sama dengan yang kualami beberapa waktu lalu yang menurutku 'menyenangkan dan penuh arti'
---------
Bandung,
Sabtu 09 Juli 2005
pukul sepuluh malam
back ground; presentasi wisudanya adikris ke massa.
percakapan tiada beresensi antara yows, Juli & edd..
mulai dari pembahasan masalah mata kaki sampai pembahasan kemahasiswaan terpusat. Pembahasan kegiatan hura-hura maupun pembahasan keprihatinan rakyat dan nasib bangsa. percakapan yang menyiratkan KEGALAUAN HATI.
dengan kondisi himpunan yang full rapat dan presentasi bikin hati semakin galau. dan kejantanan pun meronta-ronta, ingin terbang melepas diri ke dunia bebas.
"ke gazibu yuk" kataku, "kan jantan bgt tu, duduk malam-malam di tangga gazibu, depan gedung sate itu"
ternyata ucapan tiada niat itu disambut dengan antusias oleh dua makhluk tsb.
maka terjadilah briefing singkat antara 3 manusia tersebut dan menghasilkan keputusan untuk membangunkan seorang makhluk cacat lain yaitu Alex De Binjai.
terjadi masa vakum selama proses membangunkan Binjai. Rasa galau masih menari-nari di kepala dan terucaplah"KE JOGJA AJA YUK!"
sepele memang, namun ucapan ini sangatlah rentan di ucapkan di hadapan manusia galau, sehingga dalam waktu singkat ucapan ini pun di iyakan. dan rapat tingkat tinggi disertai briefing singkatpun terjadi antara edd, yows, binjai, juli.
dan persiapan pun dilakukan
---------
Pasoepati-Bandung,
minggu 10 Juli 2005
pukul 00.30 dini hari
di sebuah mobil (sangat) tua yang sedang melaju.
4 orang galau akhirnya bertekad meninggalkan bandung dengan menumpang sebuah moda transportasi darat yang lebih pantas dijadikan kendaraan perang. TOYOTA CORONA (selanjutnya disebut sebagai Bejit;red) keluaran 1984 yang cukup terkenal reputasinya sebagai raja mogok disegala medan.
dua jam pertama,
percakapan yang terjadi amat sangat monoton.
contoh;
"aku masih nggak habispikir kenapa kita ke jogja?" ujar seorang juli dengan muka yang nggak biasa.
"iya ya? aku juga... awak mana tau ya kan, bangun-bangun langsung diajak ke jogja" timpal binjai dengan muka dan nada yang nggak biasa seolah nggak mau kalah dengan ketidakbiasaan muka juli.
yah... semua pasti heran dan nggak habis pikir, apalagi melihat kondisi keuangan dan kondisi si bejit yang kalo berada di jepang pasti udah di lebur ulang.
beberapa jam berikutnya,
dan kenyataan pun terjadi...
Asap hitam mengepul dari radiator dan terdengar bunyi seperti gerobak kue putu.
panik? pasti!
secara bejit lebih tua dari aku dan dipaksa menempuh perjalanan yang dominan mendaki tsb tentu dia kelelahan. dan kita beristirahat sejenak di sebuah mesjid, entah pukul berapa itu... masih gelap dan tidak ada aktifitas.
setelah memungkinkan dan dirasa aman, perjalanan pun dilanjutkan.
perjalanan berikut, harus dilakukan dengan memperhatikan aspek-aspek berikut:
1. bejit berjalan dengan waktu maksimal 1 jam. setiap 1 jam sekali bejit harus beristirahat mendinginkan mesin dan mengisi air radiator selama 15 menit
2. harus melakukan isi bensin setiap dicurigai bejit kehabisan bensin. setiap pengisian sebesar Rp.50.000,00
3. Untuk Menyalip mobil lain, benar-benar dibutuhkan penerapan ilmu SI-3141 REKAYASA TRANSPORTASI I untuk menghitung jarak siapan minimum. hal ini disebabkan karena si Bejit sudah tak mampu bermanuver ria selincah masa mudanya
4. Jika salah satu personel yang kentut di dalam Bejit, maka harus di hirup bersama secepat mungkin agar penderitaan cepat berlalu disebabkan kaca pintu bejit nggak bisa dibuka kecuali menggunakan tang.
5. Perjalanan Malam akan sangat riskan jika dilakukan dengan high speed disebabkan si bejit nggak punya klakson dan lampu dekat nggak berfungsi secara baik
6. untuk personel yang memilih duduk di depan harus maklum karena sabuk pengaman si bejit sangat menyiksa, keras dan tidak sensitif sehingga mirip kursi lontar pesawat.
7. Meninggalkan bejit jauh dari pengawasan adalah hal haram mengingat si bejit nggak punya kunci dan bisa dibuka siapa saja.
8. melakukan perjalanan ditengah terik matahari dalah sarana untuk menikmati sauna gratis karena si bejit tak lagi memiliki AC yang memadai. AC yang ada hanya cukup untuk menghilangkan kabut di kaca tetapi tak mampu untuk menurunkan suhu mobil yang setara gurun sahara.
semua persaratan yang tersebut diatas harus di penuhi demi mendapatkan kenyamanan sepanjang perjalanan. pelanggaran terhadap aturan tersebut akan mendapat konsekuensi logis.
---------
Gerbang DIY,
minggu 10 Juli 2005
pukul 14.00 (dengan ketidakpastian satu jam)
ada perasaan haru ketika melewati perbatasan jawa tengah dan DIY tersebut.
WELCOME TO JOGJA, NEVER ENDING ASIA
wow kita udah di jogja men!!
---------
Jogjakarta,
minggu 10 juli 2005
pukul 15.00
lokasi; kota jogja dengan jalan yang menyesatkan
huff...
udara kota jogja sore itu...
haru... terasa. sampai sekarang!!
kita akhirnya sampai di jogja.
hal yang pertama dilakukan adalah mencari kos KP 'Bang Uun Si Punk Belajar'. dan ternyata kos bang Uun ada di luar kota. perjalanan pencarian kos bang uun pun dimulai. dan ternyata nggak gampang men, kita nggak ada yang mengenal jogja dengan baik.
dan anugrah dari langit pun turun,
muncul dibalik kegalauan dan kesulitan...
ibarat oase ditengah padang pasir yang menghapus dahaga pengelana...
pengendara mio itu...
cakep, alim, terlihat intelek dan baik hati dan berwawasan luas.
dalam hati berkata;"inilah figur seorang ibu yang cocok membesarkan anak-anak ku nanti"
dia menawarkan bantuan sebagai penunjuk jalan menuju kos bang uun. dan wow... luar biasa, dia sangat mengenal jogja bahkan sampai ke jalan-jalan tikusnya segala. dia mengatar kita sampai jembatan yang tidak kami kenal. ya lumayanlah...
dia baik sekali mau mengantarkan kami manusia galau bertampang kumal yang naik mobil perang.
dan kebodohan terbesar abad ini pun terungkap. kami lupa menanyakan namanya. BODOH..!!!
akhirnya, kos bang uun pun ditemukan. hufff....
cape..cape!! ingin meluruskan punggung. shalat ashar dan tidur sejenak ampe magrib. abis magrib kita berencana jalan2 ke malioboro dan ternyata sial bgt. toko-toko di malioboro udah pada tutup semua. sebelumnya kita sempet makan sop kambing di lesehan. nikmat...
kami tak tau kalo jogja cepet matinya, jadilah kami mengalihkan perhatian ke alu-alun. coba-coba tutp mata, lewat beringin dua dll... ngga ada kerjaan bgt. disana kita liat satu grup musisi jalanan. jadi teringat lirik lagunya KLA yang berjudul jogjakarta.
bosen main di alun-alun, lalu kami pulang dan sebelumnya menghubungi Yang Mulia Dewan Sampah; Momot (MMT) dan kemudian kita diajak nongkrong di gerbang UGM menikmati nasi kucing, dan jahe susu angkringan. nikmat dan terasa jantan..hangat meresap ke dada.
lelah... dan menghabiskan malam di rumah MMT yang ternyata ada sodaranya Ken Watanabe (bokap MMT)...
tidur...
tidur...
zzz..
zzz..
bahkan dewi mimpi pun enggan mengganggu kami.
---------
jl.kakap I rumah MMT
senin, 11 Juli 2005
pukul 07.00 dengan ketidakpastian beberapa jam
minum kopi, mandi, makan pagi dan pamitan
tujuan kali ini, prambanan
sebelumnya ngambil kamera di adiknya MMT.
sampe di prambanan...
foto-foto eh... ternyata baterainya habis dan nggak bisa pake baterai biasa. jadilah kami menggembel di prambanan kehilangan momen penting tanpa kamera. yang ada cuma kamera HP 3200 dan 3220 yang beresolusi sangat rendah. argghh....
yah..tapi kita tidak menyia-nyiakan kesempatan ini.
coba-coba ngomong ama bule, kasih nama bule.
berikut daftar bule yang udah dikasih nama ama kita2:
1. stefani; bule yang ramah da kelihatan dewasa, terlihat familiar dan enak diajak celetukan. dia sedikit mengerti bahasa yang gw ucapkan
2. caroline; bule cakep dan manis, ini bule tercakep yang pernah gw temuin. umurnya kira-kira 16 tahun. aduh... dia manis bgt.
3. prudence; bule bermuka binal yang dikawal ketat oleh pria berbadan kickboxer
4. jannet; bule cakep, sexy, modis, gaya dan bermuka agak latino
selaen cewe bule ada juga cewe lokal berbaju putih yang lumayan dan diprediksi berasal dari jakarta. kami beri nama 'susi'
arrgggh....
begitu banyak moment
sial..sial...
balik dan nyari apetizer. es doger UGM jadi pilihan. suasana sejuk da nyaman sambil dihibur pengamen
"resah jiwaku menanti.... endapkan laraku disini... bal bla..."
MMT:"ini lagu padi ya?"
Yows:" bukan. ini lagu caffein.."
arrgghh.....
MMT:"Di, iki lagune sopo?" (Di, ini lagunya sapa?)
EDD:"Naff, terendap laraku"
YOWS dan MMT:"hahahaha...!!"
abis apetizer, nyari makanan inti
pilihan soto gerbang UGM...
set dah... makan melulu!!
abis makanan inti tentunya harus ada desert.
ke pakualaman untuk nyobain rujak eskrim.
huehue... ternyata enak beibeh!!
malemnya keliling malioboro blanja ini itu. untuk memenuhi tuntutan dunia yang mengetahui kalau kami ke jogja, maka kami membeli gelang seribu empat dan bakpia standar. pas di malioboro ketemu cewe yang di prambanan.
pas diajak kenalan.... ANJ*NG....
sombongnya mau mati!! tai tuh cewe (yg di prediksi) dari jkt. sombong bgt. beda bgt ama cewe2 yogya yang sopan, santun, ramah, menjunjung norma yang disebutkan diatas. di perjalanan pulang ke Kakap I kami sepakat menghujat cewe JKT tadi.
---------
Kakap I rumah MMT,
selasa, 12 juli 2005
pukul 00.00
mandi, dan persiapan kembali ke bandung
pukul 01.30 dini hari kami bertolak dari jogjakarta menuju bandung.
dalam perjalanan pulang, tantangan yang kami hadapi cukup berat,
kehabisan oli mesin, tanpa uang sepeserpun untuk membeli oli dan hanya harap-harap cemas pada kiriman lewat ATM tang dikirim sesegera mungkin dari kampung karena darurat, air radioator habis ditengah kemacetan tol dan...arrrgghh...
akhirnya
---------
sekre HMS-ITB, Bandung
selasa,12 juli 2005
pukul 18.00
nyampe kembali di bandung dengan selamat.
hore....
-----------
BACK STORY
-----------
TRAGEDI SUSU TUMPE
juli ;"kayanya kita salah jalan deh..!!" (muka datar)
Binjai;"sumpe lo juli?" (muka juga datar)
J ;"sumpe deh gw.." (muka masih datar)
B ;"susu tumpe di muke lo..." (muka udah nggak karuan, nggak kontrol)
dialog yang secara periodik tapi simultan (??) yang bikin otak kiri lumpuh.
---
BRIPDA DADANG POLISI JUJUR
Binjai;"anjis...polisi!!"
Edd ;"Jangan-jangan patwal coy!!"
B ;"hahaha..."
E ;"trus dia bilang gini,-punten A', ini teh mobil yang dai bandung itu yah, bla..bla..bla... saya sudah ngikutin dari bandung euy... saya teh..bla..bla
cerita tentang bripda dadang tokoh fiktif
polisi yang awalnya mengikuti kami sepanjang perjalanan bdg-jogja-bdg
yang selalu muncul mengawasi kami. Bripda dadang yang tak pernah berhasil menangkap kami, hingga akhirnya kami tertangkap tangan di tol masuk pasteur.
dan dia pun berkata
"punten A', ini teh mobil yang berangkat dari bandung beberapa malam yang lalu yah? ini euy, saya sudah ngikuti mobil ini sampai ke jogja, cuma mau ngasih bungkusan ini. ini teh bungkusannya punya Aa' bukan? saya teh nggak berani membukanya. ini saya kembalikan..!!"
dan kami berkata;"pak makasih ya... tapi bungkusan itu sengaja kami tinggalkan karena isinya sampah...&*%#*&^*"
oh akhir yang indah... bripda dadang polisi jujur
---
perjalanan 'spiritual' di saat galau tanpa tujuan
perjalanan disaat finansial tiada memadai
perjalanan spontan tanpa rencana
NEKAT TO JOGJA
aku akan merindukan mu
aku akan mengenangmu
semoga menjadi 'sebuah kisah klasik untuk masa depan'
thx to:
->binjai; sang driver tunggal sekaligus pemilik bejit
->joe; yang bersedia mijemin duitnya utk ini itu
->yows; atas kesediaannya mengasuh 3 makhluk 03 yang galau
->MMT; atas penginapan dan panduan gratisnya
->bang uun dan bang rudi jawa; atas kosnya sebagai tempat transit
->carolin, stefani, jannet, prudence,susi, mariatul...nama-nama dadakan gadis cakep yang tak sempat kami kenali
->gadis cakep, intelek, alim, ramah, santun yang naek mio atas panduannya ke kos bang uun. kami tak tahu namanya dan tak mampu mencari nama dadakan untuknya. oh dia terlalu indah
->penjual makanan sepanjang bdg-jogja, angkringan gerbang UGM, Es Doger UGM, Soto Gerbang UGM, Es krim rujak Pakualaman, soto kambing lesehan, nasi goreng kambing dan semua yang terkait dengan wisata kuliner kami.
->bapak ibu mas mbak penjual souvenir malioboro
->dan semua pihak yang mendukung perjalanan kami
dan tak terlupakan
Syukur yang sedalam-dalamnya pada Allah SWT tuhan semesta alam
diambil dari
catatan harian edd
dengan pengubahan seperlunya

********
Catatan: ada keraguan pada masalah tanggal yang masih perlu dikoreksi

Tuesday, August 15, 2006

Perjalanan Berlanjut

Aceh, daerah yang diberi julukan serambi Mekah. Aku akan datang, sebelum mengunjungi Mekah yang sebenarnya mungkin aku harus mendatangi serambinya dan menelaah sedikit buku ajar disana.

"Izinkan aku belajar dan izinkan aku berumur cukup panjang sehingga bisa mencapai titik aman sebuah pelajaran tentang kehidupan." Itulah do'a yang ada dikepalaku kini.

Sebenarnya istilah aceh sebagai serambi mekah masih menjadi pertanyaanku, kenapa disana malah terkenal oleh suburnya ladang daun surga? Jangan-jangan, daripada mendapat pelajaran ilmu agama, aku justru mendapat pelajaran cara mendapatkan surga instan...

Buat semua yang membaca, mohon do'anya. "Tunjukkan Yows jalan yang lurus"
Terima kasih

Tuesday, July 25, 2006

Halaman Persembahan (Tugas Akhir)


Untuk kehidupan yang bergulir, serta ciptaanNya yang mensyukuri maupun meratapi.

Dan dunia dengan warna warninya telah semakin mencurigakan, dalam kecurigaan kita berjuang, setidaknya sebagian manusia menyadari bahwa kehidupan memiliki makna, ada hakikat yang harus dijawab sebelum arah perjuangan ditetapkan. Pada ranah ini kita berusaha.

Takdir memberi kita atribut ini, tapi adakah yang tahu kemana lagi tangan nasib akan membawa kita. Saat tugas akhir ini dimulai, siapa yang mengira bahwa semua harus dijalani selama setahun?
Adalah ketentuan yang kemudian kami ketahui bagaimana berakhirnya.

Selalu, kita terus berjalan. Meski terkadang dalam lelah yang menyiksa raga, tapi semangat tak pernah pudar. Terus menjadi bara yang siap mengambil alih kemudi saat semua tak terasa benar. Semangat tak pernah pudar, berteman dengan jiwa yang tak pernah mati.

“Hidup yang tidak teruji bukanlah kehidupan yang berharga” Socrates

Selama berjalan kita tersadar, titik-titik pengetahuan menuntun manusia pada titik berikutnya, sebuah pertanyaan membawa manusia pada pertanyaan lain. Jadi, teruslah temui titik-titik tersebut dan teruslah bertanya, terutama pada diri sendiri.

Kadang pertanyaan tak meyajikan jawaban mutlak dan sebuah peryataan tak memiliki kebenaran universal. Saat itu tiba, kembalikan semua pada kitab kebenaran. Yang tak ada prasangka dan kepentingan manusia di dalamnya.

Kitab (Alqur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa”: (QS. Al-Baqarah, 2: 2)

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah, 2: 216)





Institut Teknologi Bandung, 2006

YOWS: Ucapan Terima Kasih (Tugas Akhir)

1. ALLAH SWT atas karunia kehidupan penuh warna, kemampuan pikiran, dan kehendak bebas yang telah dilimpahkan kepada manusia dalam menjalani peran menjadi khalifah di muka bumi.

2. Nabi MUHAMMAD SAW suri tauladan, atas jalan hidup yang telah diajarkan kepada umat manusia, sehingga dunia terasa lebih layak untuk ditinggali.

3. IBU dan BAPAK yang telah menjadi perantara dalam memberi saya nafas, yang kasih sayangnya dan perannya tak tergantikan dan tak pernah terbayangkan bagaimana membalasnya. Serta sanak saudara PUJI, DEWI dan SITI sebagai lingkungan awal tempat segala hal dimulai.

4. Bu IMA FATIMA dan Pak ROCHARDJANTO selaku dosen pembimbing serta Pak PURNOMO SOEKIRNO selaku dosen penguji, yang telah memberikan banyak masukan, nasehat dan semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

5. Ketua Prodi, seluruh dosen, serta staf Tata Usaha Prodi Teknik Sipil ITB atas semua perkuliahan yang telah saya dapatkan.

6. Ibu RATNA, Pak MASYURI, serta semua responden di proyek-proyek yang telah banyak memberikan informasi untuk penyelesain Tugas Akhir ini.

7. SOFYAN DWI HADI, sebagai partner TA merangkap partner disegala bidang yang selalu siap sedia mengerjakan TA.

8. Teman sepermainan THE DESTROY: UUN si raja tanah, atas suka, duka dan konser yang kita lalui, AGUNG atas pesta dan pengajian yang kita nikmati, SAHRIAL atas pengalaman KP yang tak terlupakan.

9. Seorang wanita yang dekat di hati, ERLIAN NOOR, bagaikan illyan (kitab kebaikan) yang selalu menyemangati dengan hati merah muda nya.

10. HMS ITB, Himpunan Mahasiswa terbaik se-Indonesia, yang mengajarkan bagaimana seharusnya sebuah semangat dan militansi terangkum dalam perjuangan.

11. HMS 01, FERRY, SANDRIA, IQBAL, ADI, SITA, FETTY, AYANG, serta sesama pecinta Juli: RIKKA, GUSTAFO, GORIS, YURI, RONNI, MOMOT, OBHE dan semua rekan yang saling mendukung untuk mengejar kelulusan.

12. HMS 02, BOGEL, PORKY, SHIRO, GHOZY, dan semua yang ikut mewarnai hari-hari di HMS.

13. HMS 03, BINJAI, EDD CORP, RAHMAT, JULI, BINTANG, TURNIP, REZA dan semua kader yang saat ini memegang tongkat estafet kepengurusan HMS.

14. HMS 04, ARIF, BAMBANG, RENDY, SANDI, NINA dan semua, yang selalu menyediakan sedikit pertanyaan untuk mengasah pengetahuan.

15. Rekan satu almamater GENLIMO SMU Titian Teras Jambi, ANDANG, RYAN, YEFFI, TOINK, FERDY, DEDY, UDIN dan semua yang saling menyemangati untuk perkuliahan.

16. Saudara muda BOWO IMG’02 atas diskusi filsafat dan Tasawuf untuk menemukan manusia yang sejati hingga menjadikan kehidupan lebih bermakna.

17. The Doors, Nirvana, Pas Band atas musik yang menginspirasi hari-hari pengerjaan Tugas Akhir.

18. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas kebaikan yang juga tak dapat kami sebutkan satu persatu.


Wahyu Tamtomo Adi - 15001012

Institut Teknologi Bandung (2006)

Saturday, July 15, 2006

sampai dimana

Setelah 22 tahun mencicipi hidup di bumi, sudah sampai dimana aku hari ini...

Bila hidup ini dijalani untuk sebuah pencapaian legenda pribadi, entah sudah sejauh mana legenda itu mendekat. Bahkan aku telah melupakan, apa pencapaian yang aku harapkan selama ini. Terakhir kali, semua malah mengalir begitu saja dengan harapan aku bisa mendapat kebahagiaan dari sebuah hari.

Kira-kira apa ya, cita-cita yang aku tetapkan sejak SD dulu? Seorang teman sejak SD telah sering berkomentar "Pak Suharto belum turun-turun dari jabatan presiden, menunggu ku untuk menggantikannya", cita-cita yang sungguh hebat kurasa. Meski sekarang, setelah Presiden diganti beberapa kali, dia baru saja bekerja di pemerintahan dalam negeri.

Aku sendiri, tidak ingat apa yang pernah aku ucapkan waktu itu... "Aku ingin menjadi insinyur", mungkin. Kalau cuma itu, sekarang aku telah menjadi insinyur. Dan rasanya menjadi seorang insinyur tidak cukup. Aku tak akan senang, hidup cuma menjadi seorang insinyur yang terkadang tak berarti selain hanya untuk diri sendiri.

Sampai sejauh ini, yang aku rasakan, aku ingin mengerti kehidupan. Memahaminya lebih dari orang-orang lain, yang terkadang tak tahu bahwa hidup seharusnya punya arti. Lantas kata-kata Marx menggema "Selama ini para filsuf telah berusaha untuk menterjemahkan arti kehidupan, padahal yang paling penting adalah mengubahnya". Meskipun aku benci Marx, sebagai seorang materialis yang menghujat kehidupan spiritual, tetapi kata-katanya dapat dibenarkan. Namun, entah apa yang akan dikatakannya jika bisa bertemu dengan Nabi SAW, seorang tokoh yang memiliki penafsiran terbaik atas kehidupan dan mengubahnya. Marx tentu tak akan menundukkan kepala, tertahan oleh kesombongannya. Banyak orang lain yang juga memiliki perilaku seperti itu. Aku benci orang-orang yang sombong dan pragmatis, serta tak ingin menjadi seperti itu.

Lantas, mau jadi seperti apa aku? Aku tak bisa menentukan sampai dimanam, bila belum ada jawaban atas hal ini...

Saturday, June 24, 2006

Akhirnya



Akhirnya semua akan tiba pada satu masa yang dinanti.."

Setelah setahun lebih menggeluti kegiatan tugas akhir, akhirnya kita berhasil mencapai sidang tugas akhir, lalu lulus. 22 Juni 2006.

Wah, sungguh, selama sesaat dunia terasa lebih ringan dari biasanya... Melihat kebelakang, dan mengetahui, telah begitu banyak yang kita lalui, telah begitu banyak batu-batu di jalan yang kita singkirkan, hingga sampai pada titik ini... Ya, ternyata kita bisa bertahan, lalu menang. Kita semua bisa bertahan, lalu menang...

Friday, March 31, 2006

menara tua (sebuah cerita pendek)


*****
Udara senja yang berwarna jingga membelai mesra lekuk-lekuk kampus. Mengikuti kebiasaannya, mengalir, melewati satu demi satu bangunan yang berdiri menghabisi lahan-lahan kosong, berputar-putar dilapangan kecil, menyusuri koridor, mengisi suara di pepohonan hingga mencapai pusar kampus.

Disana ada sebuah menara. Dibangun kokoh menjulang tinggi, tak tertandingi bangunan dan pepohonan. Bukan untuk menghampiri langit dan menyamai ketinggian Tuhan pastinya. Kalau demikian adanya, menara ini tak akan bisa selesai, karena pembangunannya dikutuk sedari awal.

Adapun menara ini dibangun oleh para leluhur. Leluhur di kampus, yang telah lebih dulu mencicipi bumi dan mengisinya dengan membesarkan kampus hingga melingkupi negara. Membuatnya tinggi, cukup tinggi hingga mencakup seluruh kehidupan kampus serta peradapan masyarakat. Pada ketinggian itu mereka menyadari, masyarakat terlalu menderita untuk terus mengalami penjajahan, negara ini harus merdeka dari segala bentuk penjajahan. Mereka dulu berjuang, membangun karakter yang teguh untuk mencapai kemerdekaan yang menjadi keyakinannya.

Cahaya senja yang tadi melekat, memberi bayangan pada kemegahan menara, perlahan-lahan sirna. Menara itu kembali memburam, disamping keadaannya yang memang semakin melapuk ditempa zaman. Tidak dirawat dengan baik, kalau dikatakan ada yang merawatnya. Tangga-tangga yang berundak-undak mengelilingi menara hingga menuju puncaknya pun tak pernah tersentuh. Rektor terlalu takut untuk menaikinya, selain karena tak ada kepentingan baginya. Rekan-rekan kampus tak banyak yang tertarik untuk memandang dari atas dan mengamati keadaan sekitar. Jadi, hampir tak ada yang berniat ke atas sana.

Sekelompok mahasiswa yang dipercaya rektor untuk merawat menara tersebut tak lagi mengerti arti keberadaannya, tapi mereka masih berlomba-lomba menghiasi menara itu, sebagai sebuah kebanggaan. Tidak dengan membangun keatas hingga mencapai filosofi dasar pendiriannya. Mereka malah membuat taman yang melingkar mengelilingi bagian bawah menara. “Biar lebih indah”, kata mereka. Di tamannya ditanam berbagai macam bunga, berjenis pohon, rumput dan beragam aksesoris lainnya. Lalu di pusat taman, menara tak disentuh, melainkan hanya ditambahkan pagar yang mengungkung, agar tak sembarang orang bisa menghampiri.

Warga kampus, kebanyakan daripadanya, menyukai taman tersebut. Setiap hari mereka memandang taman yang tumbuh subur, mengaguminya, hingga hampir tak menyadari ditengah-tengahnya ada menara. Menara yang telah dibangun dengan sekian banyak jejak perjuangan, dibanjiri keringat dan darah dari para pendahulunya.

Bahkan, sesekali taman itu dipakai muda-mudi untuk berduaan. Sebagai pewujudan taman di hati mereka yang sedang bersemi, dengan cinta selalu disiramkan padanya. Di kali lain, taman itu dipakai oleh kumbang untuk mencari madu dari bunga-bunga yang sedang bermekaran. Ada pula ulat yang menyempurnakan diri menjadi kupu-kupu manambah warna-warni taman. Hal ini semakin membuat keadaan taman begitu indah menawan dan keadaan menara begitu kusam untuk dipandang. Mereka lupa bahwa pembuatan taman ini diperuntukkan sebagai hiasan bagi keberadaan menara.

Begitu yang dilakukan mahasiswa, berbeda pula yang dilakukan oleh rektor universitas. Beliau turut membangun, tapi membangun gedung-gedung megah untuk kampusnya. Bahkan tingginya menyaingi menara yang diciptakan oleh para leluhur. Sedangkan niatnya bukan untuk melihat objektif keadaan masyarakat yang berada di dalam dan di luar kampus, melainkan agar menara itu tak lagi terlalu diagung-agungkan oleh mahasiswa. Agar mahasiswa lebih bangga dengan mempunyai gedung-gedung tinggi yang akan berguna bagi mereka sendiri. Mereka akan belajar didalam gedung, bukan untuk mengamati keadaan sekitar, lalu belajar darinya.

Suatu ketika, sekian mahasiswa yang pro menara berkumpul. Menyuarakan beban yang dipikulkan kehatinya. Mereka kehilangan kebanggaan akan kampus ini, karena semakin tidak memberi arti pada kehidupan disekitarnya. Mereka juga merasakan, tak ada persatuan lagi di kampus ini, setiap orang bertidak demi pribadinya sendiri dan tak pernah melihat keberadaan kampus secara utuh. Mereka berpikir, kuncinya ada pada menara.

Menara yang sejak dulu menjadi pemersatu dan kekuatan perjuangan. Menara yang kemudian malah hanya dikagumi, karena taman indah yang melingkupinya. Sementara keberadaannya terpagar dan terkunci di dalam taman, tak tersentuh hingga hakikat yang dimilikinya.

”Bagaimana kita bisa mencapai puncak menara jika kita dihalangi oleh taman itu?” pikir para mahasiswa pada akhirnya.

Lalu disusunlah sebuah rencana. Mereka akan mengkudeta. Kudeta terhadap taman itu, berarti kudeta terhadap rekan-rekan kampus yang membangunnya, kudeta pula terhadap rektor yang memberikan restu. Tapi mereka tak peduli, mereka memiliki keyakinan yang begitu besar akan apa yang hendak dilakukan. Sisa-sisa semangat perjuangan menuntut sebuah pergerakan lebih dari sekedar kata-kata.

Maka, bergeraklah mereka. Berjalan dengan langkah tegap yang tak ada keraguan padanya. Sampailah mereka pada tepian taman itu. Mereka mulai menghancurkannya, membabat habis setiap yang menghalangi jalan menuju menara, membongkar semua keindahan semu yang menutupi esensi.

Angin menerbangkan wangi bunga yang tercabut dari batangnya, tercabik-cabik dari keindahannya. Kumbang yang merasa kehilangan meradang. Berdua mereka membawa berita keseluruh kampus.

Sampailah berita itu kepada bagian lain mahasiswa, yang mendukung dan melaksanakan pembangunan taman. Dikumpulkan massanya. Dan beramai-ramailah mereka menuju ke jantung peristiwa.

Disana mereka mendapati sekelompok rekan kampus yang berbeda mata, berbeda telinga, juga berbeda hati. Tak pernah mereka menyadari adanya perbedaan hingga hari ini. Kedua kelompok akhirnya berhadapan.
”Taman ini kami bangun untuk menghiasi menara, mengapa kalian menghancurkannya?” tanya mereka. Emosi mendesak ke dada.
”Tak tahukah kalian, taman ini menutupi kemegahan menara, mengubur filosofis pendiriannya. Menara jadi terkunci didalamnya. Tak bisa kita masuki, tak bisa kita naiki. Jadi apa guna keberadaannya, kami harus menghancurkannya!” jawabnya
”Apa perlunya bagi kalian, untuk menaiki menara?” Emosi telah sampai pada tenggorokan, siap dimuntahkan.
”Wahai kalian pengurus taman, kalian harusnya memahami! Di atas sana kita bisa melihat keadaan kampus, belajar daripadanya. Diatas sana kita bisa mengamati keadaan masyarakat, mencari solusinya. Tidak seperti kalian yang hanya mengetahui bagaimana cara merawat taman, melihat hanya pada sejengkal tanah, sedangkan bunga akan tumbuh dengan sendirinya pada tanah yang sejahtera. Kalian pikir taman bunga bisa memberi solusi pada keadaan kita? Kalian terlalu memaksakan keadaan. Lihatlah, tanpa fungsi menara ini, kita tak pernah mengetahui secara pasti apa yang sedang terjadi di kampus ini, kita selalu bergerak sendiri kesana kemari tanpa menyadari telah tersesat arah!!” jawab pihak mereka, disertai semangat yang siap meledak pada apa saja yang menghalangi.

Tapi kedua pihak telah memandang benar apa yang dilakukannya, maka tak ada pertemuan dalam meja perundingan damai yang diakhiri dengan saling berjabat tangan. Terjadilah pertikaian diantara mereka, yang semula menggunakan dialektika, beralih ke pertukaran fisik semata.

Mereka saling menyerang. Tendangan berbalas tendangan. Pukulan berbalas pukulan. Darah berbalas darah, dan dendam berbalas dendam. Hati yang tak bisa menahan emosi akan melihat dendam pada mata orang lain, dan dendam pada penglihatan akan menjelma menjadi darah.

Lalu angin membawa anyir darah yang segera menggantikan semerbak wangi bunga. Membawanya berjalan berkeliling, tak terbatasi kecuali oleh gunung yang tinggi menghadang.

Sampailah baunya pada rektor yang merasa punya otoritas penuh pada kampus. Dia datang, seperti diundang. Sampai pada padang yang telah berhamburan. Emosinya tak terhadang. Diperintahkannya penjaga keamanan kampus untuk menghentikan pertikaian. Menangkap para pelaku kerusuhan.

”Orang-orang yang yang bersalah atas hal ini akan diadili”, katanya. Ya, diadili, yang artinya diberi keadilan. Semua tindakan diluar pengawasan dan aturannya tidak dapat dibenarkan. Dan itulah keadilan baginya. Meskipun itu berarti keadilan hanya menjadi milik penguasa. Pada kekuasaan, yang lalu menjadi candu yang mengikis sedikit demi sedikit nilai-nilai kebenaran. Tanpa nilai kebenaran, tak mungkin dicapai sebuah keadilan. Tapi, rektor tak peduli dengan itu semua, dia hanya ingin segala sesuatu berjalan terencana sesuai dengan aturan yang telah dia tetapkan.

Lalu dimulailah pengadilan. Sebenarnya tidak tepat untuk dikatakan pengadilan. Karena tak ada bagian untuk mendengarkan pembelaan, beliau hanya memanggil pihak-pihak yang bersengketa pada waktu yang berbeda untuk memberikan keterangan. Selanjutnya memutuskan sendiri penjatuhan hukuman.

Keputusan lalu dijatuhkan. Yang sesuai makna katanya, jatuh, sudah pasti arahnya kebawah. Seperti apel yang menimpa kepala Newton. Begitu juga yang dirasakan oleh kepala beberapa mahasiswa. Mereka diliburkan dari kehidupan kampus. Mereka merasakan sakitnya. Ada yang merasa menyesal, ada pula yang merasa bersukur. Seperti juga sebagian orang, ada yang merasa berduka atas apa yang menimpa mereka, sebagian lain justru merasakan bahagia.

Tapi rektor tak melihat baik duka atau gembira mahasiswa. Ini pencemaran bagi nama baiknya, itulah yang dilihanya, maka para pelaku harus menerima akibatnya. Selain itu, rektor merasakan bahwa keberadaan menara merupakan ancaman baginya. Setiap saat, hal ini bisa melemahkan kedudukannya. Mahasiswa tak boleh memandang dari atas menara, yang akan menyamai kedudukannya. Mahasiswa seharusnya menengadahkan kepala agar bisa melihat kearahnya, dan harus bersuara keras untuk bisa berbicara padanya.

Maka, dijalankanlah rencana untuk merubuhkan menara. Pada tiap penjurunya dipasangi patok-patok peraturan yang perlahan-lahan akan meniadakan keberadaan menara. Mahasiswa dilarang mendekati menara tersebut, bahkan dilarang untuk berpikir mendekatinya. Pada tiap-tiap kepala mahasiswa akan disumpalkan obat yang dapat membuat pikirannya berada dibawah kendali rektorat. Setelah mereka semua dalam kendali, maka akan dihancurkannya menara tersebut.

Kebanyakan mahasiswa yang merasa peran utamanya belajar, menerima obat yang diberikan pihak rektorat. Mereka menelannya untuk meningkatkan kemampuan intelektual. Sekian lama waktu berjalan baru terasa efek sampingnya, mereka semakin tak mampu mengeluarkan suara yang keras. Kian tak ada suaranya. Sementara lidahnya semakin tak merasakan keindahan beragam rasa, selain hambar belaka.

Mahasiswa yang waktu itu diliburkan datang. Dari kedua pihak yang dulu bersengketa. Saat ini tak terasa lagi ada perbedaan diantara mereka. Mereka masih bisa bersuara lantang. Merekapun menyadari, teman-temannya mulai akan dikendalikan. Dan saat semuanya sudah dibawah kendali, mereka tak punya kekuatan untuk menentang segala peraturan. Pada akhirnya mereka akan merelakan penghancuran menara yang dulu menjadi bahan pertentangan. Menara yang dapat meluaskan sudut pandang.

”Tidak bisa tidak, ini semua harus dihentikan” Pikir mereka pada akhirnya.
Maka mereka mulai menyuarakan pemberontakan. Rencana disusun, hanya oleh beberapa orang. Tapi beberapa orang yang bisa bersuara keras akan didengarkan oleh yang lain.

Akhirnya mereka bergerak. Menyebarkan selebaran-selebaran yang menuntut penguasaan kembali atas menara. Mempropagandakan perlawanan pada peraturan yang tak mendukung pembangunan karakter mereka. Selama beberapa hari mereka memulai pergerakan, akhirnya berhasil mendapatkan banyak dukungan.

Ribuan orang mahasiswa berkumpul di sekeliling menara. Beberapa orang yang memimpin berteriak-teriak mengobarkan semangat juang. Mereka mencabut patok peraturan, mereka menghancurkan jeruji yang menghadang. Tak terbendung pergerakannya.

Rektor yang murka akibat keberadaannya tak dianggap ada, datang dengan menghadirkan penjaga keamanan. Terjadilah baku hantam akibat tak ada yang besedia mengalah. Rektor tak bersedia menurunkan kedudukan, mahasiswa tak bersedia mengurungkan kekecewaaan.

Tapi, sekelompok keamanan tak sanggup melawan persatuan massa yang marah. Mereka dikalahkan oleh kekuatan pemberontakan yang mencari kebenaran. Candu kekuasaan pun tak sanggup menahan terpaan gelombang.

Rektor ditangkap, diarak-arak dalam irama yang naik turun. Dibawa dirinya berkeliling kampus agar mengetahui keadaan. Rektor meringis, lalu menangis. Telinganya mulai mendengar, matanya mulai melihat. Ternyata, kampus ini, tak bisa dimiliki seorang diri.
*****

Bandung, Maret 2006