Thursday, May 31, 2012

about a friend


Alkisah pada suatu ketika, kira-kira setahun yang lalu, Kang UJ yang notabene adalah sahabatku menjabarkan tentang diriku dalam bentuk testimoni yang cukup panjang kepada seorang teman wanita berinisial Nanda. Setelah sekian lama, akhirnya sang Nanda bersedia juga menyerahkan berkas testimoni tersebut.

Tulisan yang ketika dibaca sendiri, bisa membuat tertawa-tawa di malam buta dan menjelma nostalgia. Di bawah ini adalah isinya setelah mengalami satu persen proses editing. Terimakasih wahai Neng Nanda, Kang UJ, dan teman-teman semasa kuliah di Bandung dulu, i miss you all.

 
Assalamualaikum nda,
Baiklah saya akan sedikit banyak bercerita tentang Kang Wahyu dari perspective saya sebagai seorang teman, sahabat dan saudaranya.

Biodata singkat
Kita mulai dari latar belakang biodata dia ya he he. Nama lengkap Wahyu Tamadi, dulu pas awal kita ketemu pada masa-masa imut baru masuk ke ITB, dia pengennya dipanggil Yow, karena itu panggilannya dari temen-temennya di daerah asalnya. Tapi kita gak pernah mau manggil yow, ha ha, walaupun dia selalu memaksakan kalo kenalan dia pasti bilang Gw Yow wkwkwk. 

Anak-anak biasa memanggil dia WTA, untuk membedakan dengan teman yang satunya lagi ada wahyu juga, wahyu pradityo “orang Jogja medok”seorang abdi dalem yang mencari peruntungan untuk menaikan kastanya ha ha. Kemudian saya dengan seenaknya perut dan cenderung racis memanggil dia Jambi, karena apa? karena dia orang jambi walaupun tidak sepenuhnya keturunan suku anak dalam (penduduk asli jambi). Jelas sekali jika kita menilik secara defacto, dari namanya saja kita sudah bisa menebak kalo dia keturunan orang jawa :D. Seiring waktu sebutan jambi menjadi populer diangkatan dan di seantero anak-anak sipil dari berbagai lapisan he he.

Jenis kelamin
Insya Allah laki-laki nda he he

Agama 
Tentunya muslim, dulu dia sangat mengagumi pemimpin spiritual Syekh Ayatollah Khomenei, pemimpin Revolusi Islam Iran, semenjak dia dikasih buku oleh teman kita juga Kang Agung a.k.a Rockstar, Kang Wahyu mulai mejelajahi buku keagamaan yang cenderung ke-arah sufistik, yang kalo menurut saya ma temen-temen terlalu berat untuk dipahami. Dari sana kita sering juga manggil dia Syekh *tapi bukan syekh puji loh, Kang Wahyu normal menyukai peureu yang dah berumur 20-an/remaja-àdewasa. Ya mahasiswi tentunya, masa mahasiswa he he. Kalo ibadah, beliau untuk yg pokok selalu diikuti seperti sholat 5 waktu, walau dulu jaman kuliah dia teh suka rada kesiangan kalo sholat subuh karena begadang kemalaman maen friendsteran ha ha. Pemahaman Al-Quran bagus, klo pengen bukti ajaklah beliau diskusi dari hal ringan ampe hal berat he he.

Keluarga
Dia anak ke-3 dari empat bersaudara kalo gak salah, yang paling besar abangnya sang petualang sejati dalam menjalani kehidupan. Klo saya liat abangnya ini hidupnya mengalir kayak air, tidak ribet dengan memikirkan hari esok, tapi tetap optimis tentang hari esok. Poooll lah, saya sangat mengaguminya. Kang Wahyu punya adik 1 perempuan, tinggal di Jambi. Tahun kemaren bapaknya wafat yang membuat Kang Wahyu agak berat, karena ayahnya sesosok yang sangat dia kagumi, hal ini bisa kita liat di note dia tentang masa-masa sulit kehilangan ayahnya.

Hobby
Bermusikalitas, hal ini lah sebenarnya awal mula yang menyatukan kita, karena kesamaan ideologi bermusik, dimana kita bermain dalam aliran non mainstream seperti underground. Tapi Kang Wahyu dulu bermain di area Grunge, dia sangat mengagumi Kurt Cobain. Kemudian dia mulai bergeser menambahkan aliran ke Rock n Roll seperti The Strokes, The Who, tapi dia sangat menyukai The Doors dengan vokalisnya yang sangat fenomenal Jim Morisson yang mati muda disaat ketenarannya seperti halnya Kurt Cobain. Saking menyukainya sampe-sampe dengan niatnya dia fotokopi biografi Jim Morrison, disaat semestinya dia membeli copian materi/diktat kuliah ha ha.

Sejak itu kita suka memanggil dia Yow Morisson, karena dia sangat suka meniru gaya-gaya jim morisson, Nanda bisa melihat buktinya dari foto-foto dia bergaya Jim Morisson dengan rambut gondes (Red: gondrong desa), kacamata, jaket jeans belel, sambil mengangkat tangan…cheers ha ha. Kalo band lokal dia suka Pas Band, walopun pernah mengalami pengalaman buruk, ketika menonton konser Pas Band, kepala Kang Wahyu kena pentungan polisi ha ha. Tapi kalo saat mellow dia suka mendengar Flanella dengan hitnya Cinta Abadi Yang Terluka (CAYT), aku bisa, hal tersulit.. *OST soundtrack patah hati ha ha.


Bahkan dulu saat megang jabatan sebagai Ketua Department Kesejahtraan Rakyat (kesra) di Himpunan, dia menggairahkan aktivitas himpunan dengan mengadakan latihan band hingga acara musik-musik di himpunan, dimana sebelumnya sangat tabu bagi himpunan kami untuk mengadakan acara hedo. Musik-musik begitu haram hukumnya, dimana sebelumnya lebih didomonasi dengan masalah-masalah kebangsaan dan pengabdian masyrakat ha ha. 

Akibat breaktroughnya ini, dia suka “berantem” sama Departemen Eksternal Bang Edward Veldman yang sangat menjungjung tinggi hal-hal idealis seperti pengabdian masyarakat dan persoalan kebangsaan, walaupun ujung-ujungnya Bang Edo ikut moshing juga pas ada acara music. Fotonya bisa dilihat di note Tribute to Kang Uun, ada sesosok manusia dengan muka nyolot menggigit bibit di depan panggung wkwkwk..

Selain itu sejalan dengan bermusikalitas nya ini, dia sangat mengagumi om Adrie Subono Java Musikindo, sosok itu pernah menginspirasi Kang Wahyu untuk jadi promotor seperti beliau. Saking ngefansnya ada tuh fotonya bersama om Adrie Subono ha ha. Yah minimal dimulai dari promotor OT (organ tunggal) wkwkwk..
Hobby lainnya ada lah dia seneng membaca buku-buku novel, seperti halnya Nanda kan ya hehe. 


Buku-bukunya araraneh, mulai dari buku-buku Sigmund Freud, Salman Rusdi, Eric Fromm the art of loving dsb.. Terkadang buku-buku yang dia baca suka terbawa dalam obrolan kita saat kita berdiskusi terutama tentang cinta. Pasti dia mengeluarkan aksioma, hipotesa, dalil-dalil dari buku Eric Fromm ha ha. Dulu dia sangat klop banget dengan kang Sahrial Agung Nugroho yang kemarin baru nikah.. sama-sama suka baca buku-buku aneh dan novel. 

Karena kesukaan membaca buku, kemudian dia membuat tulisan-tulisan seperti yang ada dalam notenya, Nanda bisa menilai sendiri mengenai kemampuan Kang Wahyu dalam menuangkan ide dalam sebuah tulisan. Terkadang dia juga suka melukis sketsa foto, saya pernah dibuatkan dan hasilnya bagus mirip..he he.

Memang dia otak kanannya berkembang juga, selain otak kirinya yang relative standar gkgkgk gak deng. He is smart too..

Personality
Low profile, down to the earth aihhhh bahasana. Sesosok pria yang sederhana dan bersahaja huekkks. Pembawaannya kalem, tenang, walopun di batinnya saya tahu bergejolak dengan segala permasalahannya, khususnya menemukan tulang rusuknya ha ha. Pribadi menyenangkan, apakah Nanda sudah bisa merasakannya he he. Dia orangnya gak gampang marah, tidak seperti saya yang cukup meledak-ledak.. Sosok yang bertanggung jawab, saat ayahnya wafat, Kang Wahyu lah yang mengurus semuanya.

Percintaan
Selama kita kuliah, yang saya tau dia Cuma berpacaran 1 kali dengan mantannya yang lalu, yang telah menjalin hubungan cukup lama, empat tahunan (anak Meteorology dan Geofisika ITB). Karena sesuatu hal dan lainnya kemudian mereka berpisah dan ini cukup membekas di hati Kang Wahyu, sampai sekitar setahunan loh masa idahnya. Kang Wahyu baru dengan ikhlas melepaskanya he he. 

Bisa dilihat note Kang Wahyu, ato blognya tentang kisah percintaannya yang cukup tragic kingdom, berdarah-darah, nyeuri-nyeuri.. Dulu sih ngejernya anak Teknik Industri, teknik lingkungan, Teknik planologi dengan ciri khas rambut cewe yang dia suka model POLEM yah klo gak salah sih ada model itu.. ha ha. Tapi sayang kandas karena cewenya suka ama yang lain ha ha. Kan kalo saya dulu ngeceng teh akhwat-akhwat salman ha ha, dan gak dapet, karena mereka tentu saja gak mau pacaran, lagian saya dulu setelannya kacau punk rock abis, mana rambut gondrong, so kata akhwat teh bilang Astagfirullah….haram haram..ha ha.

Persahabatan
Semasa kuliah kita sering menghabiskan waktu bersama, dengan segala problematika kehidupan kampus, pokonya mirip banget seperti cerita dalam film Jomblo, da emang cerita itu menggambarkan kehidupan anak sipil ITB. Tapi gak semuanya tentunya, ada yang cocok dan gak. Kita sering jalan bareng entah kemana yang ujung-ujungnya diskusi tentang percintaan *Curcol wkwkwk. Dengan penyelesain yang tidak pernah selesai dan kita selalu bilang dengan PeDenya..


“Kita tuh ganteng yah, tapi kok gak dapet-dapet cewe? lah yang biasa-biasa aja bisa pacaran, lah kita tiap malam minggu ngumpul di himpunan nonton acara dunia lain.. ck ck ha ha benar-benar kehidupan tragis tanpa cinta ha ha ha..

Penutup
Mungkin segitu saja dulu, saya tidak melebih-lebihkan dan emang itu apa adanya cerita kita disaat masih ngumpul bareng.

Wassalam
Kang UJ 

Monday, May 28, 2012

homeless man


Sabtu malam beberapa waktu lalu, karena tidak ada kegiatan, aku berjalan keluar untuk mencari minum dan makanan ringan. Di depan University, seorang gelandangan berpakaian kumal yang sudah sering kulihat, menghampiri.
“Sorry, do you have spare changes”
“Sorry, I don’t have right now.”
Lalu dia bertanya.
“Are you from Chinese?”
“No, I am from Indonesia.”
“So, you came from Jakarta.”
“How do you know Jakarta?” tanyaku.
Dan berlanjutlah percakapan kami. 

Sebenarnya aku sudah sejak lama ingin ngobrol dengan bapak ini, sejak pertama melihatnya. Aku yakin, pasti ada kisah menarik tentang kehidupannya yang bisa dijadikan pelajaran. Aku penasaran dengan pandangannya akan hidup. Ini adalah kesempatan yang jarang datang, sabtu malam ku sendiri, sedang dingin dan sepi, jadilah kami berbincang-bincang sejenak sambil berdiri di pinggir jalan.

Ternyata dia pernah punya istri yang berasal dari Indonesia, meski sudah bercerai bebeberapa tahun. Istrinya itu seorang muslim keturunan campuran China, Thailand dan Indonesia, sekarang sudah menikah lagi dengan pria dari Irlandia. Dua orang anak mereka tinggal bersama istrinya dan tak pernah dia lihat lagi. Ketika kutanyakan kenapa mereka bercerai, dia menjawab dengan lirih bahwa istrinya menemukan kebahagiaan bersama orang lain. Oh.. oke, alasan yang sangat sederhana untuk hidup yang rumit.

Dia sekarang menganut kepercayaan aliran Dalai Lama, tidak minum-minuman keras, tidak makan daging, meski masih merokok. Kubilang dia cukup islami, orang islam juga tidak minum. Dia tinggal dan tidur di jalan di dekat university setiap hari. Udara di Leeds malam hari seringnya dingin sekali, sehingga tidur diluar tentu bukan piliah menyenangkan. Hal ini dijalaninya selama dua tahun terakhir, tidak punya rumah, tidak punya pekerjaan. Pakaiannya terlihat sudah lama tidak dicuci. Sering kudapati pandangannya menerawang, seperti merasa damai atau bahkan merasa kosong dan putus asa.

Dia ingin suatu saat mengunjungi Borobudur, katanya strukturnya dibangun dengan harmonisasi jiwa yang baik, yang terjaga kelestariannya. Dia bilang suka nasi lemak dan ingin kembali mencicipi masakan Indonesia. Sayang aku tidak bisa membuat nasi lemak.

Dia bilang dia pernah berkuliah, di software engineering, hingga gelar master, lalu mengajar di Singapura selama tujuh tahun. Entah kenapa hidupnya bisa berubah demikian rupa, aku sungkan untuk menanyakannya, mungkin karena perpisahan dengan isterinya tadi.

Akhirnya aku pamit, untuk pergi ke swalayan seperti tujuan awal, membeli beberapa roti dan mendapat pecahan uang receh. Kubelikan muffin untuknya, jika nanti bertemu lagi. Namun, ketika bertemu dan kuberikan muffin beserta beberapa koin, dia justru menolak. Entah apa alasannya, tidak terlalu jelas. Ya sudahlah, akhirnya aku berlalu pulang, hanya bisa berharap di hari-hari mendatang kehidupan akan berlaku lebih ramah padanya selain harapan bahwa suatu saat dia akan menemukan alasan untuk bangkit dan lebih menghargai kehidupannya.

Saturday, May 19, 2012

the writing rules

I've been so busy lately that i couldn't write anything to achieve weekly post target for this blog. Let me just post the image on my desktop wallpaper, the only 12 half writing rules you'll ever need. (source unknown, will be updated if the original source has been found).


Sunday, May 13, 2012

dunia

Dunia semakin mencurigakan. 

Selalu saja ada hiruk pikuk, perdebatan, pertentangan, peperangan. Bagaimana tidak bisa dicurigai dunia yang seperti itu. Orang-orang berjuang untuk sesuatu yang sama sekali tidak diketahuinya, tak diketahui ujungnya, tak diketahui awalnya, tak diketahui benar salahnya, dalam ketidaktahuannya masih saja orang berani berjuang ke medan perang. 

Seorang ilmuan bisa mengeluarkan suatu teori, menurunkan rumus, membuat berbagai pemodelan, tapi sejauh mana bisa mengatakan bahwa hasilnya akan benar. Hasilnya selalu mengandung bias, selalu hanya menghasilkan sanggahan dengan berbagai pendekatan dan pembuktian lainnya. 

Pertarungan thesis dan antithesis tak akan pernah berhenti dan setiap pelakunya akan selalu merasa paling benar. Dalam keadaan seperti ini tidakkah orang menaruh curiga pada penglihatan, pendengaran, perabaan, pada persepsi dirinya atas sesuatu. Apa sebenarnya yang bisa dijadikan pegangan dalam dunia ini, disaat semua segala sesuatu saling simpang siur bertebaran dan bebenturan. 

Tentunya hanya kitab kebenaran itu yang bisa dijadikan pegangan, yang mutlak diantara yang relatif. Telah ada garis besar petunjuk hidup dan arah pada kitab itu, namun selalu saja ada yang menentang dengan berbagai pembenaran untuk memuaskan keinginan-keinginan dan nafsunya. Ada yang menjadi lesbian, lalu mengklaim bahwa agama yang harus disesuaikan terhadap perkembangan kegilaannya. Lalu dimana lagi kebenaran dan kurang mencurigakan apalagi dunia ini? 

Dalam pencarian kebenaran, pencarian makna hidup, pencarian esensi, kenapa harus ada manusia di bumi, terkadang diri merasa kecil, hampa, tak berharga dan fana. Diri bisa hilang dalam hitungan detik, bisa musnah bahkan sebelum memberi arti, mengisi kekosongan atau meremajakan kehidupan. 

Tidakkah dunia semakin mencurigakan dan terkadang mengerikan? 

Monday, May 07, 2012

motivasi beasiswa (3)

Akhirnya aku pamit ke ibu untuk pergi ke Jogja, Jogja adalah kota terdekat kampung ayah yang bisa ditempuh dengan dua jam perjalanan, ibu merestui dan selalu mendoakan. Aku berangkat karena ingin merangkai harapan baru, mencari kehidupan baru, entah itu mencari pekerjaan, atau mendaftar kuliah S2, aku tak tau apa pastinya. Yang jelas, tujuan utamanya adalah agar aku bisa dekat dengan alm ayah, bisa sering berziarah dan bersilaturahmi dengan keluarganya.

Sambil melamar beberapa pekerjaan di Jogja akhirnya aku berangkat ke kampus UGM dan mencari informasi program master. Beberapa yang menarik minatku adalah arsitek dan transportasi, karena program di arsitek sudah lewat batas waktu maka kuputuskan untuk mendaftar transportasi saja.

Saat mendaftar, persyaratan yang diminta adalah membawa nilai Toefl dan TPA. Maka kuikuti test toefl dari lembaga bahasa dan test TPA dari Otto bappenas, Alhamdulillah keduanya memenuhi syarat. Saat membawa nilai tersebut ke Jurusan untuk mendaftar, petugas administrasi kelihatan terkesan dengan nilaiku, terutama dengan nilai TPA yang 660an dibanding persyaratan minimalnya 450. Lalu dia menghadap ketua jurusan, oleh ketua jurusan aku ditawarkan beasiswa unggulan dari Diknas dengan syarat lulus test psikotes, test akademis dan wawancara yang akan diadakan.

Saat wawancara, pengelola menanyakan motivasiku memilih kuliah di UGM, aku mengatakan dengan jujur bahwa aku memilih UGM karena lokasinya di Jogja yang dekat dengan kampung ayah. Beliau kelihatan bingung dengan jawabanku, namun apa daya. 

Selang beberapa lama kemudian, saat sedang beribadah puasa mejelang lebaran, datang pengumuman bahwa ternyata aku diterima dengan mendapat Beasiswa Unggulan dari Kementrian Diknas. Padahal tadinya aku ingin membiayai kuliah sendiri dengan sisa tabungan selama bekerja, yang sebenarnya cukup diragukan akan bisa mencukupi keseluruhan biaya kuliah yang 38 juta ditambah biaya hidupnya untuk dua tahun. Nikmat Tuhan yang manalagi yang aku dustakan.

Saat mengikuti kuliah, ada pengumuman bahwa beberapa mahasiswa akan dipilih untuk mengikuti double degree ke luar negeri, pilihannya negaranya adalah Inggris, Swedia dan Australia. Hal ini menambah motivasi belajarku sehingga bisa mendapat IPK 4 selama dua semester. Pada waktu inilah, kunci lemari dari mimpi-mimpi tak terealisasi dari masa kecilku itu tiba-tiba muncul begitu saja, sehingga kubuka lagi lemari itu, kubuka lagi harapan untuk melanjutkan kuliah ke Inggris Raya.  

Setahun setelah itu, akhirnya aku terpilih menjadi salah satu dari empat orang yang berangkat untuk kuliah di Univesity of Leeds, United Kingdom, untuk mendalami bidang studi transportasi. Jurusan Transportasi di universitas ini adalah salah satu terbaik yang reputasinya mendunia sehingga pelajar dari berbagai Negara di seluruh belahan dunia berkumpul di sini untuk mendalami materi atau melakukan riset.

Aku tak perlu bersusah-susah berkomunikasi dan melamar ke universitas karena sudah diatur oleh system yang baik di MSTT UGM, tak perlu bersusah mencari sponsor karena sudah ada yang menjamin biaya, tak perlu menunggu lama untuk pencairan uang beasiswa, semua mengalir dengan kelancaran nyaris sempurna. Maka nikmat Tuhan yang manalagi yang aku dustakan.

Aku tak terlalu pintar, motivasiku untuk keluar negeri tak terlalu besar. Saat ku evaluasi lagi kisahku, bertanya apa yang membuatku bisa sampai di sini, ku pandangi beberapa milestone yang telah kulalui. Jika aku tak putus dengan pacar waktu itu maka aku tak akan berhenti bekerja dan keluar dari zona nyaman. Jika ayah tidak berpulang dan dimakamkan di Wonogiri, maka aku tak akan pergi ke Jogja untuk mendaftar kuliah lagi. Jika aku tak mendaftar maka aku tak akan tau ada beasiswa dan tentunya tak akan mendapat beasiswa.

Sejak ayah tiada, aku menjalin silaturahmi yang baik dengan keluarganya, selalu memanjatkan doa untuk kebaikannya, sering berkunjung berziarah, membaca Quran dan tahlil untuk dipersembahkan kepadanya. Sepertinya Allah SWT menjawab doa itu dengan  mengabulkan doaku yang lainnya. 

Saat kujejakkan kaki di Inggris, saat kulangkahkan kaki berkeliling di Oxford Unviersity, terbayang lagi masa kecil, terbayang koper berisi paket pelajaran bahasa Inggris dari Oxford, terbayang ayah yang membelikannya, terbayang ekspresinya saat mengambil rapor juara umum di SMP, terbayang kesedihannya saat nilai-nilaiku turun, terbayang betapa senangnya dia saat aku masuk SMU Titian Teras, terbayang kebahagiaannya saat aku diwisuda di Sabuga ITB. Tak terbayangkan bagaimana perasaannya jika nanti (InsyaALlah) aku diwisuda dari University of Leeds, entah bagaimana perasaannya. 
Oxford University
Ada sebuah kutipan dari Andrea Hirata yang mengatakan bahwa “Ironi bukanlah persoalan substansi, ia tak lain hanyalah soal kompensasi. Itulah definisi ironi, tak kurang tak lebih.” Adalah ironi bahwa pada akhirnya aku berangkat menempuh studi di Inggris sebagai sebuah kompensasi atas kesedihan-kesedihanku karena kehilangan dua cinta yang porsinya besar dalam hidupku.

Dengan sekian banyak pengalaman beasiswa, terkadang aku berpikir, akan seberapa jauh kontribusiku bagi masyarakat sekitar atau Negara Indonesia nantinya. Sehingga dalam hati aku berjanji akan menjalankan amanah ini dengan sebaiknya dan kelak akan ikut berpartisipasi membangun masa depan yang baik bagi Indonesia dan orang-orang disekitarku. Dalam hal ini setidaknya ada sebuah prinsip yang kujadikan sandaran, jika tidak bisa membantu memperbaiki kehidupan bangsa, setidaknya aku tidak jadi bagian yang merusaknya.

Sekedar menutup dengan kesimpulan dan saran dari cerita yang panjang ini. Menurutku, intinya adalah berbakti kepada orang tua dengan selalu mendoakannya dan meohon doa restunya akan selalu menjadi salah satu penentu kesuksesan disamping segala daya upaya dan usaha. Juga untuk jangan pernah berputus asa dan larut dalam kesedihan jika mendapat musibah, selalu ada jalan keluar dari setiap masalah. Tentunya ditambah dengan jangan pula bersikap sombong saat mendapat anugrah. Penting untuk menjaga hati tetap membumi saat cita-cita melangit.

Ucapan terimakasih:
  1. Terimakasih kepada Biro SDM Departemen Perhubungan RI, atas beasiswa double degree di Unversity of Leeds, United Kingdom. 
  2. Terimakasih kepada Kementerian Pendidikan Nasional, Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri atas program Beasiswa Unggulan untuk pendidikan di Magister Sistem dan Teknik Transportasi (MSTT) Program Pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
  3. Terimakasih kepada Yayasan Damandiri atas BMU-UMPTN 2001 yang telah memberikan beasiswa penuh dan uang saku untuk pendidikan di program studi Teknik Sipil ITB periode 2001-2006.
  4. Terimakasih kepada Yayasan Pendidikan Jambi atas pendidikan dan latihan disiplin gratis di SMU Titian Teras Jambi periode 1998 - 2001.
  5. Terimakasih kepada SMPN 16 Jambi atas kesempatan mendapat pendidikan.
  6. Terimakasih kepada SDN 150/IV Jambi atas kesempatan mendapat pendidikan.