Sunday, March 30, 2008

The Solitaire Mysteri

Pengarang: Jostein Gaarder
Terbitan Phoenix, London 1996
Jalasutra 2001 "Misteri Soliter"

Sebuah karya memikat dari Jostein Gaarder. Seperti Dunia Sophie, novel ini sangat pekat dengan nuansa filsafat. Dikisahkan dalam novel ini seorang anak laki-laki yang melakukan perjalanan bersama ayahnya yang gemar berfilsafat ke Athena negeri sumber dimulainya filsafat barat untuk mencari ibunya yang telah lama meninggalkan rumah untuk menemukan dirinya.

Ceritanya mengalir dengan banyak ungkapan bijak khas filsafat. Terlontar pertanyaan-pertanyaan seperti siapakah kau? darimanakah kau berasal? yang terkait dalam sebuah cerita yang menceritakan cerita dimana seseorang bercerita tentang cerita yang diceritakan padanya yang berlangsung selama ratusan tahun. Itulah yang ada disini, cerita di dalam cerita di dalam cerita.

Salah satu tema sentral yang diangkat adalah masalah takdir. Apakah sesuatu yang terjadi adalah takdir atau sebuah kebetulan. Sepertinya Gaarder, atau setidaknya dalam cerita ini, tidak percaya pada sebuah kebetulan. Ada takdir yang harus dijalani, begitu seseorang mengetahui takdirnya, dia harus menjalaninya.

Lalu dimana letak soliternya?
Dalam buku ini diselipkan kisah sebuah permainan soliter yang dimainkan seorang yang terdampar disebuah pulau, permainan tersebut menjadi hidup, keluar dari kekangan imaginasinya. Dalam hal ini hidup manusia bisa diibaratkan seperti permainan soliter yang berasal dari ide sang penciptanya. dalam permainan soliter ada aturan, demikian juga dalam kehidupan. Untuk mengungkapkan asal muasal kartu soliter dibutuhkan seorang Joker, dalam kehidupan Joker adalah para filsuf, yang tidak bisa menerima hidup apa adanya tanpa tau apa dan darimana mereka berasal.

Novel ini tidak terlalu berat, setidaknya tidak seberat dunia sophie, tapi sangat bagus, penuh ide segar dan inspiratif.

Jadi, berperan sebagai apakah anda dalam permainan soliter agung ini?

The Ringmasters Daughter

The ringmasters daughter
Pengarang: Jostein Gaarder
Terbitan Oslo 2001
Mizan 2006 "Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng

Sebuah novel khas Jostein Gaarder. Yang paling saya suka dari semua novel karyanya.

Novel ini menceritakan banyak cerita, yang diceritakan dari sudut pandang Peter si manusia laba-laba. Peter adalah seorang yang sangat kaya dengan imajinasi. Saat seorang penulis bermasalah karena mengalami kebuntuan ide, Peter malah bermasalah dengan begitu banyak ide-ide kreatif dari imajinasinya.

Ide-ide itu mengalir begitu saja di benaknya sejak dia kecil, lalu dengan teratur dia membuang isi kepalanya dengan menuliskannya. Permasalahannya adalah ide-ide tulisannya cemerlang, namun dia tak mau menjadi penulis terkenal.

Maka Peter menjalankan bisnis dengan menjual tulisannya kepada orang-orang yang berniat menjadi penulis serta penulis yang sedang mengalami kebuntuan ide. Bisnisnya yang dinamakan writers aid berkembang dan dia memiliki banyak klien dari berbagai negara. Dari imaginasinya keluar cerita seperi Putri sirkus yang terpisah dari ayahnya sejak kecil, Pembunuhan oleh orang yang sudah mati, Si kembar dalam perang vietnam, Manusia catur, dan sebagainya.

Cerita berlanjut dengan plot yang sangat baik, sampai pada akhirnya Peter mendapat masalah dari bisnis yang dijalankannya. Peter terjebak oleh jaring-jaring yang dijalinnya sendiri yang semakin memuncak dari halaman ke halaman hingga halaman terakhir.

Seperti biasanya, buku ini masih bernuansa filsafat, tapi tidak dalam bahasa yang berat. Sangat bagus. Memotivasi orang-orang yang ingin menjadi penulis untuk mengembangkan imajinasinya.Seperti komentar Kompas, Gaarder adalah garansi bagi bacaan bermutu, buku ini adalah salah satu yang menguatkan pendapat itu. Buku ini juga salah satu mengukuhkan saya sebagai seorang penggemar karya-karya Jostein Gaarder.

Ingin terjebak dalam jaring-jaring karya Jostein Gaarder? Dapatkan di toko-toko buku terdekat.

Saturday, March 29, 2008

istana sendiri

Bejo, itulah namanya.
Berusia hampir empat puluh tahun dan menjalani hidup sebagai sebuah perjuangan panjang. Perjuangan untuk hidup, bersaing dan meraih kemapanan ekonomi. Di sebuah rumah mewah itulah akhirnya Bejo berada.

Dirumahnya yang seperti istana, lengkap dengan kolam renang di halaman belakang dan taman bunga di halaman depan, Bejo mempekerjakan seorang tukang kebun, seorang supir, dan dua orang pembantu rumah tangga, mereka saling berpasangan sebagai suami istri. Namun Bejo belum memiliki istri.

Marni, teman wanita yang disukainya sejak kecil waktu di kampung telah lama menikah, Bejo tak pernah menyatakan perasaannya. Bahkan sampai saat ini dia belum pernah menyatakan perasaan cinta kepada seorang wanita pun. Karena hampir di setiap waktunya, Bejo selalu berjuang untuk hidup, bersaing, dan meraih kemampuan ekonomi. Sendirian di ruangan keluarga yang besar itulah Bejo kini melamun.

Minggu depan usianya genap empat puluh tahun, dia telah mencapai apa yang kebanyakan orang anggap sebagai kesuksesan tentu saja. Dia yang dilahirkan dari keluarga miskin di daerah jawa tengah, ditinggalkan kedua orang tuanya semenjak kecil, telah berjuang, mencari nafkah di ibukota sebagai seorang pekerja bangunan. Karirnya berkembang hingga dia kini memiliki perusahaan sendiri, sebagai kontraktor pelaksana. Dia telah berjuang untuk hidup, bersaing, dan meraih kemampuan ekonomi. Sekarang dia bertekad untuk mendapatkan calon istri sebelum usianya mencapai empat puluh tahun, atau lebih tua lagi.

Didepannya diatas meja, tergeletak sebuah harian ibu kota. Bejo telah menaruh profil dirinya di bagian kontak jodoh. “BEJO SUJOTOKO, pria matang , lima puluh tahun, sukses, punya perusahaan sendiri, mapan, merindukan seorang gadis yang baik untuk menjadi isteri, langsung menikah.” Sudah satu bulan sejak dia menaruh iklan, tapi hingga hari ini belum ada yang menghubungi dirinya.

Bejo mulai berpikir apakah tidak ada orang yang percaya dia seorang pria sukses, karena pria sukses mana yang berumur segitu tapi belum memiliki seorang isteri. Pikirannya jadi lelah memikirkan kemungkinan-kemungkinan buruk mengenai betapa susahnya mendapatkan seorang isteri. Bejo bangkit dan memutuskan untuk menghibur diri dengan melihat-lihat taman bunga di halaman depan.

Bejo duduk di beranda, Kusno si tukang kebun sedang merapikan daun bonsai. Bejo menatap bunga mawar ditengah halaman yang hampir layu. Dibayangkannya bukan si Kusno yang merawat kebun, tetapi isterinya. Dibayangkannya anaknya berlarian diatas rumput mengejar kupu-kupu seperti yang biasa dia lakukan waktu masih kecil. Dibayangkannya dirinya bercanda tawa bersama mereka. Tak terasa air matanya menetes perlahan. “Bagaimana aku bisa bahagia kalau tidak ada seorang yang menemaniku berbagi rasa bahagia.” Gumamnya tak sadar.

Kusno si tukang kebun heran melihat majikannya tiba-tiba menangis.
“Ada yang bisa saya bantu pak?”
Bejo tergagap.
“Tidak ada, tidak mungkin kamu bisa bantu. Sudah, kamu ke dalam saja!”
“Baik pak.”

Bejo menghapus air matanya dengan lengan baju. Lalu mengambil ponsel, mencari seseorang yang bisa menyelesaikan masalahnya dari phone book. Dari A hingga Y diteliti. Tak ada nama wanita di phone booknya, selain sekretarisnya yang telah menikah. Itulah Bejo, yang tak pernah berbicara dengan wanita, kecuali pekerja-pekerjanya. Dia bahkan tak pernah berkenalan dengan wanita-wanita lain diluar lingkup pekerjaannya, dia juga tak mau mengajak bicara para pelacur karena dia tau akan membawa dosa.

Sebenarnya dia sangat menghargai wanita, terlalu menghargai bahkan, hingga dia tak pernah berani untuk mengenal satu dua pribadi lebih mendalam. Sekarang dia mulai mengumpulkan keberaniannya. Karena dia harus, dia harus menikah sesegera mungkin, atau dia tak tahan lagi dengan semua kesendirian dalam malam-malamnya. Kesendirian dalam kebahagiaannya, kesendirian dalam kesedihannya.

Bejo sering memikirkan, sebenarnya dia bisa saja menelepon beberapa rekan kerjanya, dan minta untuk dicarikan seorang istri. Tapi dia merasa malu. Dia akan menjadi bahan tertawaan teman-temannya, karena sudah berusia lanjut, bisa meraih kesejahteraan, menghidupi orang-orang, tapi tidak bisa mencari istri sendiri. Dia tak pernah membicarakan kehidupan pribadi dengan teman-temannya. Bejo merasa harus mencari calon dari orang yang belum dia kenal.

Hari-hari berlalu mengiringi usaha Bejo dan gejolak batinnya yang semakin tak tertahankan. Diberanda yang sama, melihat taman bunga yang sama, pikirannya melayang ke hal yang sama. Seorang wanita untuk menjadi isterinya, bersamanya meneruskan keturunan, membentuk keluarga yang ramai yang memupus rasa sepinya. Besok hari ulang tahunnya, dia sudah tak tahan dengan hari-hari yang dilaluinya tanpa hasil.

Lelah terlalu lama berpikir dan tanpa hasil, Bejo pun membuat keputusan, siapa saja wanita yang lewat di depan pagar rumahnya dan sendirian akan diajukannya pertanyaan. “maukah jadi isteriku” Ya, harus begitu, harus berani. Ujarnya menguatkan diri.

Jalanan di depan komplek rumahnya tergolong sepi, jarang yang lewat, apalagi seorang wanita yang berjalan sendirian. Bejo menunggu hampir selama satu jam di dekat pagar. Akhirnya dilihatnya seorang wanita sendirian, mengenakan baju santai warna merah. Bertubuh gemuk, berparas biasa saja, sedang berjalan santai. Bukan tipe wanita yang dia suka, tapi dia menguatkan hatinya, mungkin saja tidak ada pilihan lain.

Bejo menghampiri.
“Mbak, maaf mbak saya mau nanya, boleh?”
“Oh, boleh.” Jawab wanita itu heran.
“Mbak, sudah menikah?”
“Oh, belum. Kenapa emangnya?” tanya si wanita menatap curiga.
Bejo mulai gugup. “Begini mbak, itu rumah saya, saya punya perusahaan, punya banyak karyawan, tapi belum punya isteri, mbak mau jadi isteri saya? Kalau mau kita bisa menikah minggu ini”
Si wanita kaget diajukan pertanyaan seperti itu. Sembari melotot dia meradang.
“Pak, gini ya, saya ini meski gemuk dan tidak cantik, tapi wanita baik-baik. Bapak anggap apa saya ini? Kalau mau mencari pasangan, itu perlu proses. Bapak belum tau nama saya aja udah nanya yang aneh-aneh. Harus kenalan dulu baik-baik. Apalagi untuk menjadi sebuah keluarga, perlu waktu buat pria dan wanita menyatukan visi. Bapak udah gila ya?” Si wanita mengakhiri ucapannya, dan berjalan tergesa-gesa membawa amarah.

Bejo merasa lemas, terduduk diatas tanah, bahkan wanita yang seperti itu pun tak bisa menjadi isterinya. Bejo menahan sedu.

Kembalinya Super Yow

Salam,
Sungguh, sebenarnya bukanlah hal yang penting untuk diketahui, bahwa saya akan mulai menulis lagi. Tapi rasanya hal ini penting buat saya katakan, meskipun lagi-lagi tak penting untuk diketahui.

Akhirnya aku memiliki sebuah laptop, belum diberi nama, masih mencari nama yang cocok, atau berjenis kelamin apa kira-kira dianya. Dalam hal ini sangat terima kasih untuk janurtech.com
atas Toshiba a215 s4747nya. Sedikit informasi mengenai Janurtech, yang kali ini penting untuk diketahui, adalah situs penjualan notebook online. Sangat bermanfaat. Kita bisa melihat spek laptop dari internet, lalu telepon, negosiasi dan transaksi lalu barangnya bisa tau-tau nongol di depan rumah. Harga bersaing, katanya sih harga buat toko dan buat user sama aja. Jadi kita bisa mendapatkan barang dengan harga yang lebih murah daripada membeli langsung di toko. Sekali lagi terima kasih kepada Janurtech.

Sebagai dampak kehadirannya, sekarang saya punya media untuk menyalurkan apa-apa yang perlu disalurkan. Bisa browsing, bisa menulis, bisa update blog. Walaupun tulisan-tulisan saya masih sangat self oriented, mohon dimaklumi. Setidaknya saya masih belajar menulis dan mencoba menemukan bentuk penulisan yang tepat.

By the way, saya mendadak ingat seorang tokoh rekaan bernama Super Yow dalam dua jilid buku yang saya tulis bersama teman-teman SMP dan menjadi bacaan selingan satu kelas pada jam-jam pelajaran. Tersebutlah seorang Firman Hadi, adalah rekan sekaligus musuh saya dalam menulis. Teman karena tulisannya cukup membuat cerita di buku jadi berbobot tapi menjadi musuh karena tulisannya tentang dirinya sendiri selalu membuat Super Yow menjadi jelek di mata publik. Tapi Super Yow tetaplah Super Yow, meski hanya dalam imaginasi, tetap mencoba membuat dunia menjadi lebih bisa dinikmati penghuninya.

Saya pun akan mulai mencoba membuat blog ini lebih bisa dinikmati tidak hanya bagi saya sendiri. Tapi itulah, mencoba, saya tak bisa menjamin hasilnya...
Salam.