Friday, October 14, 2005

sumpah serapah sampah


Hari ini, maafkan aku karena apa yang kulisankan kepadamu begitu saja mengerjap. Lebih karena terlarutnya diri terhadap apa yang seharusnya dalam kendali. Menyesali, tak mudah untuknya, karena akibat yang lekatkannya pada jejak kaki ini. Pada gores-gores hati yang hampir beku, tanpa kehangatan. Bila semua ini lalu menyusun kembali rangkaian puzzle pada apa yang diharapkan, bukan apa yang sebelumnya tertera, bukankah tak bisa diharapkan setiap langkah yang itu itu saja, dan kembali pada kejatuhan yang sama.

Apakah ada guna berlari menghindar atau terbang melontarkan diri pada sisi lain kehidupan. Kecut, penakut. Terlontar sendiri bahkan sebelum yang lain membuka mulut. Kemudian, adakah memaki diri akan menambal semua keluh kesah? Sampai pada saat semua benturan membuat logika hanya berputar pada ilusi, hati terayun-ayun diawang dengan pengharapan yang terjatuh ke dasar jurang. Lalu semua bagian terserak pada lantai kelam yang membiru. Sumpah! serapah! sampah! Apa lagi yang bisa merangkum semua pernyataan ini...

Keparat Bernama Pengumuman

Sebenarnya bukan pada tempatnya untuk memaki disini, tapi, ya memang harus diapain lagi kalau tidak dimaki???
Si keparat bernama pengumuman yang menyatakan tanggal 29 oktober 2005 sebagai waktu pelaksanaan ujian komprehensif. Atau pembuat pengumumannya yang bangsat?
(Huuf, ternyata aku masih bisa dikuasai emosi.....)

Monday, October 10, 2005

Dara

Bertemu aku dengan seorang dara. Memandangnya langsung dengan tatatapan hati. Ketika bercakap dengan seuntai kata, aku terbawa pada selaksa suasana. Terpesona. Akan kata yang dituturkannya, akan budi yang dipancarkannya, akan laku yang dibawanya, akan kenangan yang ditancapkannya pada ingatan.

Wahai dara yang merangkum keelokan pada setiap alunnya, izinkan aku bertemu dengan mu, kembali lagi seperti kala itu. Bercerita, mari kita saling menceritakan tentang kehidupan. Tentang setiap langkah, tentang tawa yang kita kejar atau setiap gelisah yang memburu kita. Tentang sebuah tempat dimasa mendatang dimana kita meraih mimpi kita, semua menjadi nyata. Kita bersama, menutupi setiap celah dan luka yang tergores. Kita duduk dalam sebuah singgasana yang tak bisa dicerca, karena kita berkuasa dengan bijaknya. Kita membawa senyum merekah pada segenap kehidupan di dunia.