Pernah ga sih, kita dihadapkan pada situasi dimana kita harus menentukan pilihan? Gw rasa semua orang pernah mengalaminya. Ketika kita sudah menentukan pilihan, memastikan jalur mana yang akan ditempuh, artinya kita harus sudah siap dengan semua konsekuensi yang akan dibawanya. Kita harus terus berjuang untuk itu dengan segala daya dan upaya.
Memilih, bisa jadi sangat tidak logis ketika sudah menyangkut hati. Ketika hati telah menentukan pilihannya, otak yang kapasitas memorinya begitu luar biasa pun tak sanggup berbuat banyak. Hanya bisa memberi perintah kepada indera untuk berperilaku aneh, yang sama sekali ga logis untuk dilakukan.
Hati memang tak pernah salah menilai, tapi nyatanya hati bisa salah memilih. Itulah yang gw alami ketika hati ini hampir menjatuhkan pilihannya, hampir memudarkan warnanya menjadi merah jambu. Sebelum menentukan pilihan pun, dia telah terluka oleh beragam goresan-goresan pedih, yang bila dikonversikan kebentuk makanan akan cukup untuk menafkahi sebuah keluarga.
Kenapa ya? Hati seringkali menolak perintah yang diberikan oleh otak? Berbagai pemikiran logis yang sudah diolah oleh susunan saraf berdasarkan fakta-fakta dan analisa, kemudian dikeluarkan dalam bentuk surat perintah, begitu sampai di hati akan dijawab dengan tegas "Maaf, saya tidak bisa mengikuti kehendakmu, saat ini saya ada diluar kendalimu". Hal ini masih menjadi sebuah pertanyaan besar. Dan selalu menunggu untuk mendapatkan jawabannya. Tapi, apakah setiap pertanyaan besar mesti dijawab dengan waktu? Waktu, waktu, waktu, Untuk saat ini mungkin ga ada pilihan jawaban yang lebih baik untuk itu. Biarlah waktu yang akan menjawabnya.
Memilih, bisa jadi sangat tidak logis ketika sudah menyangkut hati. Ketika hati telah menentukan pilihannya, otak yang kapasitas memorinya begitu luar biasa pun tak sanggup berbuat banyak. Hanya bisa memberi perintah kepada indera untuk berperilaku aneh, yang sama sekali ga logis untuk dilakukan.
Hati memang tak pernah salah menilai, tapi nyatanya hati bisa salah memilih. Itulah yang gw alami ketika hati ini hampir menjatuhkan pilihannya, hampir memudarkan warnanya menjadi merah jambu. Sebelum menentukan pilihan pun, dia telah terluka oleh beragam goresan-goresan pedih, yang bila dikonversikan kebentuk makanan akan cukup untuk menafkahi sebuah keluarga.
Kenapa ya? Hati seringkali menolak perintah yang diberikan oleh otak? Berbagai pemikiran logis yang sudah diolah oleh susunan saraf berdasarkan fakta-fakta dan analisa, kemudian dikeluarkan dalam bentuk surat perintah, begitu sampai di hati akan dijawab dengan tegas "Maaf, saya tidak bisa mengikuti kehendakmu, saat ini saya ada diluar kendalimu". Hal ini masih menjadi sebuah pertanyaan besar. Dan selalu menunggu untuk mendapatkan jawabannya. Tapi, apakah setiap pertanyaan besar mesti dijawab dengan waktu? Waktu, waktu, waktu, Untuk saat ini mungkin ga ada pilihan jawaban yang lebih baik untuk itu. Biarlah waktu yang akan menjawabnya.
Pernah bgt!!!
ReplyDeleteEmang kayaknya kalo udah ga bisa lagi, ujung2nya yah si waktu yang jadi senjata pamungkas..