Mata kuliah aspek hukum dan manajemen kontrak (askum) adalah mata kuliah yang menyenangkan. Dimana hal-hal yang kita pelajari adalah sesuatu hal yang realistis, untuk dikaji, dianalisis dan dipergunakan dalam bidang pekerjaan sipil. Mata kuliah yang tidak abstrak dan perlu kemampuan lebih dalam memahami perilaku strusktur seperti anstruk metode elemen hingga. Jadi, mata kuliah seperti ini tidak akan membuat mata mengantuk, ketika perannya sangat diperlukan untuk memperhatikan mimik dosen ketika menerangkan materi.
Hingga pagi itu...
Sebuah kamis pagi dimana kuliah askum dilaksanakan seperti biasanya. Pak Biemo dosen kita menerangkan dengan bersemangat. Berapi-api, tidak seperti mahasiswanya yang satu ini, sedang tidak berapi-api, menanggapi dengan mata berat, menjawab pertanyaan dengan menguap, dan memberi tanggapan dengan tertidur...
Terbangun, menyadari badannya masih di kelas...
Tertidur lagi...
Terbangun kembali, menyadari dosen masih bercerita dengan semangat.
Menguap lebar.
"Kamu dari tadi saya perhatikan sudah tiga kali menguap! Kalau ngantuk segera cuci muka ya!"
"Oh" Tersadar, sambil tersenyum malu-malu(in).
Kuliah dimulai lagi.
Kantuk datang lagi, menguap lagi, tertidur lagi, terbangun lagi, masih dikelas dan menyadari dosen masih bercerita dengan semangat. Membahas mengenai claim and dispute.
Samar-samar terdengar.
"Dalam hal ini, saya sebagai dosen sebenarnya bisa mengajukan claim, tuntutan terhadap mahasiswa yang tidur dikelas!"
JGERR!!!
Otak segera mengolahnya dan menterjemahkannya dalam perintah: "Segera bangun!"
"Maaf pak.."
Kuliah kembali berlanjut, kantuk kembali datang, dan tidur kembali mengiringinya. Hingga suatu ketika terdengar kata-kata yang sempat ditangkap otak disela-sela mimpi.
"Dalam sebuah sengketa, penyelesaian bisa dilakukan dengan jalan mediasi, pihak ketiga yang menghubungkan kedua pihak yang bersengketa. Setiap masalah memang sebaiknya segera diselesaikan dengan cara yang benar, termasuk tidur dikelas, bisa diselesaikan dengan cuci muka, misalnya..."
Urat saraf segera menterjemahkannya sebagai sebuah sebuah sindiran, yang harus segera ditindak lanjuti.
"Permisi pak, mo cuci muka dulu..."
Seisi kelas tertawa.
"Oh, silakan!"
Sekedar pembelaan diri, mengantuk di kelas yang dicintai ini, bukan terjadi karena kebiasaan, melainkan karena sebuah alasan spesifik, yaitu: belum tidur semalaman. Belum tidur semalaman juga bukan tanpa alasan, tetapi karena semalam ada LPJ Departemen sampe jam 4 pagi di himpunan. Sebagai kadep, harus terjaga dan menjawab setiap pertanyaan dengan benar plus hati yang deg-degan takut bakal ditolak. Selesai jam empat pagi, langsung sholat subuh (ternyata sebelum waktunya), lalu pulang. Sampe rumah, langsung bikin tugas, abis bikin tugas langsung kuliah lagi. Dan terjadilah adegan memalukan di dalam kelas ini. Maafkan saya bapak dosen..
Hingga pagi itu...
Sebuah kamis pagi dimana kuliah askum dilaksanakan seperti biasanya. Pak Biemo dosen kita menerangkan dengan bersemangat. Berapi-api, tidak seperti mahasiswanya yang satu ini, sedang tidak berapi-api, menanggapi dengan mata berat, menjawab pertanyaan dengan menguap, dan memberi tanggapan dengan tertidur...
Terbangun, menyadari badannya masih di kelas...
Tertidur lagi...
Terbangun kembali, menyadari dosen masih bercerita dengan semangat.
Menguap lebar.
"Kamu dari tadi saya perhatikan sudah tiga kali menguap! Kalau ngantuk segera cuci muka ya!"
"Oh" Tersadar, sambil tersenyum malu-malu(in).
Kuliah dimulai lagi.
Kantuk datang lagi, menguap lagi, tertidur lagi, terbangun lagi, masih dikelas dan menyadari dosen masih bercerita dengan semangat. Membahas mengenai claim and dispute.
Samar-samar terdengar.
"Dalam hal ini, saya sebagai dosen sebenarnya bisa mengajukan claim, tuntutan terhadap mahasiswa yang tidur dikelas!"
JGERR!!!
Otak segera mengolahnya dan menterjemahkannya dalam perintah: "Segera bangun!"
"Maaf pak.."
Kuliah kembali berlanjut, kantuk kembali datang, dan tidur kembali mengiringinya. Hingga suatu ketika terdengar kata-kata yang sempat ditangkap otak disela-sela mimpi.
"Dalam sebuah sengketa, penyelesaian bisa dilakukan dengan jalan mediasi, pihak ketiga yang menghubungkan kedua pihak yang bersengketa. Setiap masalah memang sebaiknya segera diselesaikan dengan cara yang benar, termasuk tidur dikelas, bisa diselesaikan dengan cuci muka, misalnya..."
Urat saraf segera menterjemahkannya sebagai sebuah sebuah sindiran, yang harus segera ditindak lanjuti.
"Permisi pak, mo cuci muka dulu..."
Seisi kelas tertawa.
"Oh, silakan!"
Sekedar pembelaan diri, mengantuk di kelas yang dicintai ini, bukan terjadi karena kebiasaan, melainkan karena sebuah alasan spesifik, yaitu: belum tidur semalaman. Belum tidur semalaman juga bukan tanpa alasan, tetapi karena semalam ada LPJ Departemen sampe jam 4 pagi di himpunan. Sebagai kadep, harus terjaga dan menjawab setiap pertanyaan dengan benar plus hati yang deg-degan takut bakal ditolak. Selesai jam empat pagi, langsung sholat subuh (ternyata sebelum waktunya), lalu pulang. Sampe rumah, langsung bikin tugas, abis bikin tugas langsung kuliah lagi. Dan terjadilah adegan memalukan di dalam kelas ini. Maafkan saya bapak dosen..
abang, titip salam ya buat Pak Biemo
ReplyDeleteeh tulisannya udah ganti warna ya, siip lah, kmaren gelap gitu, gak kebaca
huahahahahaha.. *ngakak*
ReplyDeletesudah cuci muka hari ini? :D