Metropoly adalah sebuah permainan yang diselenggarakan departemen Institut for transport Studies di Leeds University untuk mahasiswa barunya. Aturannya adalah mahasiswa dibagi menjadi beberapa group kecil yang dibekali metro day rover family ticket. Ticket tersebut bisa digunakan untuk bepergian menggunakan public transport kemana saja di seluruh area west Yorkshire selama satu hari penuh. Tiap kelompok berusaha untuk mendapat point sebanyak-banyaknya melalui setiap stasiun atau objek wisata yang dituju sesuai dengan peta yang diberikan. Tim hanya boleh menggunakan kereta, bus dan berjalan kaki dan memberikan bukti foto dengan latar belakang lokasi tujuan berdasarkan pepatah no pix=hoax, perjalanan dimulai dan berakhir di kampus dari jam 9.30 sampai jam 16.30.
Jadilah aku sebagai salah satu peserta, ambil bagian dalam sebuah group kecil bersama Lewis: asal Inggris, Vasileios: asal Yunani, serta seorang wanita cantik Jevgenija: asal Lithuania. Entah apa dan dimana itu Lithuania, yang jelas melihat dari penampilannya seperti orang-orang dari eropa timur.
Beberapa website canggih sangat mendukung untuk merencanakan perjalanan ini, seperti metro website: www.wymetro.com, Transport Direct Journey Planning web site: www.transportdirect.info, Nation Rail Web Site: www.nationalrail.co.uk atau web informasi lokasi wisata sesuai degnan yang tertera di peta.
Dari Leeds, kami memutuskan untuk pergi ke Denby Dale demi mendapat banyak point dari mengunjungi tiap stasiun dengan kereta, sekian banyak kereta langsung menuju ke sana mengalami delay atau di cancel entah karena alasan apa. Sehingga itinerary yang sudah dibuat oleh Lewis dengan detail sampai ke menit harus diubah, kami memutuskan untuk memutar jalur. Kami menuju Wakefield dengan Kereta, lalu menaiki bus menuju Dewsbury, lalu ganti ke kereta lagi dari Dewsbury Huddersfield, dsb. Perjalanan yang rumit dengan nama-nama kota yang sulit, dan dengan pengalaman nilai geografi yang pas-pasan, tentu saja nama-nama itu sudah kulupakan lima menit setelah diucapkan.
Singkat cerita singkat kata, sampailah kami di Huddersfield menjelang pukul satu siang. Hari sedang bernama Jum’at, syukurlah aku masih teringat pada salah satu ayat Al Jumu’ah yang memerintahkan untuk segera mengunjungi masjid dan meninggalkan segala urusan jika telah datang panggilan untuk sholat jum’at. Rekan-rekan seperjuangan menyetujui untuk meninggalkanku di Huddersfield dan bertemu lagi menjelang jam 3. Huddersfield adalah kota asing, tak ada peta, dan koneksi internet dengan BB yang canggih sedang error, sehingga ada kemungkinan aku tersesat. “Do you know where the mosque is?” Tanya si british. “No, but I’ll find the way.” Sahutku.
Saat mereka berlari menuju stasiun mengejar kereta berikut, aku berjalan menuju tempat segerombol taksi yang terlihat sedang mangkal. Kutanyakan masjid terdekat kepada seorang berwajah seperti India atau Pakistan, dia bilang akan mengantarku ke sana seraya mengajakku menuju taksinya. Sampai di pintu taksi ternyata ada seorang wanita yang ingin menggunakan taksinya juga, lalu entah kenapa dia menyuruhku menggunakan taksi di belakangnya, mungkin alasannya adalah ekonomi, mungkin pula sentimen agama.
Sopir taksi di belakang, menggunakan Surban ala India, menanyakan padaku kenapa taksi di depan tidak mau mengantarku? “Entahlah.” kubilang. Dia lalu menanyakan masjid mana yang aku tuju? Ternyata ada banyak masjid di sekitar sana, terbagi-bagi sesuai jamaahnya. Aku minta diantarkan menuju masjid terdekat apa saja. Sambil jalan, dia mulai menginterogasi, kenapa sopir taksi tadi tidak mengantarku, dengan nada marah. Aku menangkap gelagat kurang baik, sehingga kukatakan saja “it’s oke, I have no problem with that.” “No, it is not oke, he is cheating!” Katanya. Demi menghindari konflik yang mungkin terjadi, yang mungkin melibatkan suku bangsa itu, kukatakan saja bahwa sopir tadi belum menyepakati untuk mengantarku, dia cuma tau dimana masjid dan menyuruhku untuk mengikutinya. Bapak India ini masih kelihatan dongkol, entah kenapa. Sudahlah Pak, masalah kecil ini, pikirku. Tak berapa lama, sampailah di Masjid, ternyata sebuah Masjid jamah dari Pakistan. Dengan sukses ku ikuti khutbah berbahasa Arab yang dilanjutkan dengan bahasa Pakistan, dengan sukses pula usahaku menyimak berbuah kegagalan.
Masih sesuai petunjuk Al Jumuah, selesai Shalat, maka betebaranlah di muka bumi untuk mencari karunia-Nya. Maka kulanjutkan perjalanan. Sesuai peta, ada beberapa objek wisata di Huddersfield yang bisa kutuju sambil menunggu teman-teman datang. Maka kutanyakan saja kepada salah seorang yang baru selesai sholat. “Oh, this Greenhead Park Conservatory is just 2 minutes from here, cmon brother, I’ll take you there.” Kata seorang berwajah mirip Thierry Henry dengan mobil sportnya. Demikianlah seharusnya persaudaraan sesama muslim di seantero bumi ini, maka dengan sumringah, tak kutolak ajakannya.
Sambil jalan kami berkenalan dan dia bercerita soal ini itu tentang Inggris, Leeds dan Kota Huddersfield. Dia memberi petunjuk singkat dengan antusias mengenai cara menuju beberap lokasi seperti Emley Moor Transmitter dan Castle Hill, ternyata cukup jauh. “Goodluck brother” katanya saat sampai, sambil melambai tangan dan tancap gas.
Maka berjalanlah diriku ke gerbang taman, minta di foto sebentar pada nenek-nenek yang kebetulan di sana, lalu berjalan lagi menuju terminal bis. Ternyata bis menuju ke Emley Moor hanya ada tiap setengah jam, tidak mungkin sempat, sehingga ku putuskan untuk berjalan kembali ke stasiun kereta menunggu teman-teman pulang dari Denby Dale. Salah satu hal baik dari kota-kota di Inggris adalah integrasi antar modanya, dimana di setiap kota, stasiun kereta dan terminal letaknya berdekatan dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki mengikuti papan-papan petunjuk yang tersedia. Kota-kota di Indonesia perlu juga meniru yang seperti ini.
Setelah lama menunggu di stasiun akhirnya kelihatan sebentuk bayangan orang berbaju orange berlari dari kejauhan, ternyata si Vasileios (ampun deh susah banged namanya, selanjutnya dipanggil Sile) yang sangat bersemangat sedang berlari sambil melambai-lambai. Waktu sudah menunjukkan pukul empat, sehingga kami segera naik kereta dan terburu-buru untuk kembali ke Leeds karena keterlambatan akan dikenai pengurangan point. Sesampainya di Leeds si Sile masih bersemangat dan mengajak kami berlari menuju kampus. “Cmon run run, lets run”. Sebagai seorang asia berkaki pendek tentu usahaku berlari harus lebih besar daripada orang-orang bule berkaki panjang ini. Dengan ngos-ngosan, sampailah kami di depan jurusan, saat yang lain sudah berkumpul, kami grup terakhir yang finish, akhirnya kalah dengan nilai total 17000 sementara grup pemenangnya mendapat point 18000. Permainan yang melelahkan sekaligus menyenangkan, sementara kalah menang tak penting buatku.
No comments:
Post a Comment