Thursday, January 21, 2010

early days, through the sorrow

“Through the Sorrow”
Through the Sorrow
Hari itu, 15 Januari 2007. Dia sedang bersedih. Aku menyusulnya ke bagian atas gedung ruang kuliahnya. Kutemukan dia di sana sedang duduk sendirian. Mungkin dia bersedih karenaku, mungkin juga karena yang lain. Kadang-kadang aku merasa menjadi salah satu sumber kesedihannya. Kadang aku tak bisa berbuat apa-apa dan kebingungan menghadapinya, tapi tentu saja aku selalu berusaha membuat keadaan menjadi lebih baik.

Seperti waktu itu, aku menenangkannya. Dengan sepenuh perasaanku aku berusaha menenteramkannya dan berhasil melakukannya. Dia kembali tersenyum dan kami kembali becerita seperti biasa. Saat itu aku berpikir semua masalah ini akan berakhir di situ. Tapi karena kebodohan dan percaya diriku yang berlebihan, aku hanya sampai pada kenyataan bahwa aku tak sebaik itu, untuk bisa membuatnya selalu berbahagia.

Aku menyadari kebodohanku, aku memang bodoh, meski masih selalu ingin belajar. Sekarang aku merasakan pelajaran ini harus kuambil dengan biaya yang sangat mahal, seolah tak terbayarkan. Dengan menempuh jalan yang tak mengenal kata kembali apabila sudah tersesat, dengan penyesalan yang entah kapan akan berakhir, dengan melupakan semua kebahagiaan yang dulu pernah kumiliki. Yang dulu pernah kumiliki…

3 comments:

  1. ngeri kale skill sketmu bang
    ajarin awa nanti yah

    ReplyDelete
  2. Ngeri apanya edd, cuma gara2 dituntun hati yang luka, sungkan awak mau berbagi luka kepada kisanak.. :-)

    ReplyDelete
  3. ok bang
    mantiappsss itu udah
    free hand itu/

    ReplyDelete