Hari itu sekitar 23 Mei 2007. Kami berjalan di sepanjang jalan dago, mengelilingi factory outlet, dan berhenti di pinggir jalan. Menunggu angkot untuk pergi ke Braga dalam rangka menonton film yang entah apa judulnya. Ekspresinya seperti sedang berharap-harap cemas, seakan-akan angkot yang kami tunggu terlalu lama tidak datang-datang, dan pertunjukan akan segera dimulai.
Gesture tubuhnya sangat alami sehingga memancingku untuk mengabadikannya. Terlihat sangat feminim. Aku suka sekali. Ekspresi yang membuatku merasa harus menjadi laki-laki yang membuatnya tenteram saat dia sedang gelisah. Ekspresi yang membuatku merasa harus selalu melindunginya dari kejahatan-kejahatan di bumi yang sering kali kejam ini.
Dia cantik sekali. Kalau saat itu aku tak di sisinya, atau tak mengenalnya sama sekali, dan tiba-tiba aku lewat di depannya. Aku akan menyapanya, dan mengucapkan pernyataan seperti yang Morrison ucapkan pada Pamela. “You are the one”. Aku beruntung bisa berada di sebelahnya di hari itu. Sebuah hari di masa lalu yang indah. Masa lalu yang indah...
Gesture tubuhnya sangat alami sehingga memancingku untuk mengabadikannya. Terlihat sangat feminim. Aku suka sekali. Ekspresi yang membuatku merasa harus menjadi laki-laki yang membuatnya tenteram saat dia sedang gelisah. Ekspresi yang membuatku merasa harus selalu melindunginya dari kejahatan-kejahatan di bumi yang sering kali kejam ini.
Dia cantik sekali. Kalau saat itu aku tak di sisinya, atau tak mengenalnya sama sekali, dan tiba-tiba aku lewat di depannya. Aku akan menyapanya, dan mengucapkan pernyataan seperti yang Morrison ucapkan pada Pamela. “You are the one”. Aku beruntung bisa berada di sebelahnya di hari itu. Sebuah hari di masa lalu yang indah. Masa lalu yang indah...
No comments:
Post a Comment