Thursday, September 22, 2005

Idealisme Retak Mahasiswa ITB

Assalamu’alaikum,
Menanggapi selebaran yang saudara buat dalam menolak pengambilan gambar film jomblo, saya punya beberapa pandangan, dalam hal ini, mungkin kita bisa sedikit berdiskusi lebih lanjut.

Pertama,
ITB adalah rumah kita (mahasiswa, bukan rektorat). Saya sebenarnya, sebagai sesama mahasiswa, mendukung ide ini. Tapi dalam kehidupan kita, di kampus ini, ternyata bukan cuma kita mahasiswa yang memiliki kampus ini, dan itu tak bisa dipungkiri. Ada rektotat, ada negara, ada rakyat, semua ikut berkepentingan terhadap ITB sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi nasional. Mungkin kita perlu belajar banyak dari kesalahan-kesalahan mahasiswa yang menganggap dirinya eksklusif. Seperti juga rektorat yang menganggap ITB adalah semata-mata kewenangannya sendiri, tanpa memandang adanya mahasiswa sebagai salah satu elemen kampus yang perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan kebijakan. Hasilnya, rektorat pun membuat berbagai aturan yang akan mematikan kemahasiswaan, mahasiswa dipaksa menerima, lalu ada perbedaan kepentingan, lalu terjadi konflik antara mahasisa dan rektorat. Lalu mahasiswa yang menderita. Mungkin sebaiknya kita belajar sesuatu dari hal ini, sehingga tidak lagi menganggap kampus ini milik kita sendiri.

Kedua,
Kalau dalam pembuatan sebuah film, ada orang lewat dan melihat ke kamera, ya, jadi aneh kan filmnya??

Ketiga,
Film jomblo yang tanpa intelektualisme, idealisme, rasionalisme, moralitas, leadership, dsb. dan hanya berisi hedonisme, glamour, fun dsb. Nilai-nilai intelektual itu ada di dalam setiap sendi kehidupan, bahkan dalam film ini. Tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Meskipun cerita pada film ini lebih banyak mengekspos pada sisi yang berbeda dengan yang dianut oleh kemahasiswaan kita, tapi bukan berarti tanpa nilai, tanpa moral. Selalu ada pelajaran moral dari setiap peristiwa yang kita lalui, jika kita mau membuka mata.

Keempat,
Mahasiswa ITB, ada dimana? Atau sudah tidak ada? Kondisi mahasiswa sekarang yang minim penelitian, sepi publikasi ilmiah, pengabdian masyarakat formalitas dan pembelaan rakyat setengah hati, dsb. Mungkin sebagian ada benarnya, walaupun ga sepenuhnya kondisi mahasiswa kita sejelek itu. Tapi kita bisa sampai pada titik ini bukan tanpa sebab, banyak proses yang mengantarkan kita sampai disini. Dan ini, kalaupun benar terjadi, bukan karena adanya pengambilan gambar buat film jomblo di kampus ini. Bukan karena film jomblo, lantas mahasiswa kita tidak lagi produktif. Pada dasarnya gw sepakat dengan opini yang mengarah pada perbaikan kondisi kampus kita, tapi bukan berarti harus mempersalahkan pihak lain. Seharusnya kita lebih mengutamakan introspeksi diri terhadap apa yang telah kita lakukan terhadap kampus ini, terhadap masyarakat, terhadap bangsa dan negara. Memangnya kita sudah berbuat apa?

Kelima,
Sebenarnya kita tak bisa memungkiri, perubahan nilai-nilai yang dianut oleh mahasiswa ITB. Saat KM mengkampanyekan anti kenaikan BBM, mahasiswa lebih memilih belajar, berolah raga, dan berbagai aktivitas lainnya. Tak banyak yang tertarik dengan keadaan di luar kampus, apalagi untuk mengurusi negara. Tapi bukan berarti mahasiswa ITB tak punya nilai-nilai yang dianut atau idealisme yang dipegang. Hal ini lebih mengarah pada lebih beragamnya nilai yang mereka anut ketimbang kehilangan sama sekali nilai-nilai tersebut. Setiap orang bisa berubah sesuai keadaan lingkungannya, tapi bukan berarti mereka tidak mempertimbangkan perubahan yang terjadi. Selalu ada alasan rasional dari setiap tindakan, bahkan untuk sebuah perubahan. Dalam hal ini, sebaiknya kita memang menyadarkan kembali rekan satu kampus, akan adanya nilai-nilai yang memang seharusnya jadi bagian dari kehidupan seorang mahasiswa, tapi bukan berarti dengan kesombongan seorang mahasisa, lantas begitu saja menghujat rekan-rekan, atau memaki pihak luar yang bahkan tidak tahu ada permasalahan apa di dalam sini.

Keenam,
Saya sebenarnya ragu, artikel ini dibuat karena kemarahan anda karena merasa punya otoritas terhadap kampus, dengan segenap ego yang ada, tapi sedikit terenggut oleh pengambilan gambar film jomblo, atau karena anda benar-benar miris dengan kondisi kemahasiswaan ITB? Jadi, mana sebab mana akibat?

Saya tidak berpikir apa yang anda sampaikan ini salah, dan saya juga tidak berpikir apa yang saya kemukakan sepenuhnya benar. Mungkin kita hanya melihat dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Dan kita tak perlu berdebat soal mana yang benar dan mana yang salah. Tapi setidaknya saya bisa menangkap, apa yang terkandung dalam keprihatinan anda, dan saya yakin anda adalah salah satu dari sebagian orang yang masih peduli dengan kondisi kampus ini, walaupun saya tidak begitu sepakat dengan penyalahan pada pihak luar atas apa yang terjadi di dalam kampus. Semoga kedepannya, kita sama-sama bisa menjaga kampus ini agar tetap hidup dalam segenap kehormatannya.

wassalam.
Wahyu/Yows/Jambi-Sipil 2001

No comments:

Post a Comment