Thursday, July 14, 2005

manusia dan cinta

Selain sebagai makhluk sosial, makhluk ekonomi dan makhluk religius, manusia juga adalah makhluk cinta, yang selalu membutuhkan untuk mencintai dan dicintai. Sebagian besar manusia mengejawantahkan cintanya pada tahap tertentu dengan mencari pendamping, membangun kehidupan berkeluarga dsb. Namun, pada sisi lain, atau pada tahapan yang berbeda (entah lebih rendah atau lebih tinggi), manusia menemukan cintanya pada benda-benda, kegiatan, atau lingkungan sekitarnya.

Ada banyak contoh kasus yang bisa kita lihat dimana makhluk-makhluk yang merasa hampa, tanpa cinta, berusaha mengisinya dengan mencurahkannya pada berbagai jenis hewan peliharaan atau tumbuhan. Hal ini telah diselidiki oleh tim kepakaran, yang secara khusus meneliti mengenai perilaku mencinta bagi penganut aliran kehampaan. Salah satu yang bisa dijadikan sebagai bahan renungan adalah pengalaman seorang rekan dengan inisial Edd, beberapa tahun yang lalu, yang tak bisa terlupakan. Dalam periode itu, masalah eksistensinya pada aliran kehampaan tak perlu diragukan lagi.

Alkisah pada suatu hari, dia menemukan cintanya pada seekor ikan, mungkin lebih tepat jika dikatakan, pada secuil ikan kecil, ikan cupang. Dia mencurahkan kasih dan cintanya setiap hari, mengajaknya bercanda dan bercerita, berbagi makanan dikala dia harus berpuasa, bahkan hingga berbagi kamar bersama. Bayangkan apa yang kira-kira bisa diperbuatnya pada segurat ikan kecil itu, di dalam kamar yang gelap.

Alkisah kembali membawa kita pada suatu hari dimana seorang makhluk jalang dengan inisial Edd ini datang ke balai-balai depan himpunan dengan wajah duka nestapa di hadapan seorang yang mulia dan tampan.
"Ini makhluk, kenapa tampangnya suntuk gini?" Tanyaku dalam hati.
"Bang... Ikanku.. Si Joni.. mati......" Katanya, seraya tertunduk lesu.
"....." aku tak bisa berkata apa-apa di waktu itu, juga belum bisa menyimpulan apa-apa, selain hanya menatap iba padanya.  

Dan alkisah kemudian menceritakan bagaimana hari-hari yang dilaluinya karena kehilangan ikan tersebut. Ikan yang meninggalkannya sendirian, membawanya pada penderitaan batin yang tak berperi, penuh duka nestapa. Kehilangan luar biasa karena cintanya yang begitu besar pada seberkas ikan kecil itu.

Namun, sebagai manusia yang luar biasa, hidup harus terus berjalan. Alkisah kembali bercerita tentang Edd, yang tak ingin terlalu lama larut dalam kehampaan karena kehilangan seonggok ikan, kembali bertemu denganku dalam periode waktu itu.
"Bang, aku punya sesuatu yang baru." Katanya dengan wajah antusias, seraya menunjukkan sebongkah kaktus dalam pot kecil. Aku tetap tak berkata apa-apa waktu itu, hanya menatap iba padanya.

Sampai saat ini, baru bisa kusimpulkan betapa tidak ada obat yang lebih manjur dari sebuah kehilangan akan cinta selain daripada menemukan cinta yang baru. Bahwa, betapa pentingnya bagi manusia untuk memiliki cinta, terutama pada sesama manusia.

4 comments:

  1. Anonymous9:02 PM

    ikan mati di ganti kaktus..
    kalo kaktus mati di ganti apaan yah

    ReplyDelete
  2. Anonymous10:42 AM

    telur kawan ini....
    ini hanya piktip belaka
    bukan faktah
    ~edd~
    sipenganut aliran kehampaan tanpa cupang dan kaktus

    ReplyDelete
  3. Anonymous11:09 AM

    aku kurang sepakat dengan kata2 cinta buta,
    perlu anda ketahui wahai Yang Ternista Yows (YTY), kalau cinta buta itu adalah cinta yang tak berarah dan tak memiliki konsistensi....
    apa parameternya?
    Yang Mulia Edd (YME)

    ReplyDelete
  4. huahahaha berat juga pembahasan kawan ini, pake parameter-parameter..

    ReplyDelete