Wednesday, July 28, 2010

kereta malam


Hari ini berjalan mengejar hari besok. Sore baru saja berangsur malam. Malam ini, aku kembali dalam perjalanan dari Bandung menuju Jogja. Dengan kereta malam ku pulang sendiri. Duduk dihadapanku bukan seorang ibu yang dengan wajah sendu kelabu dan penuh rasa haru akan menatapku, seakan ingin memeluk diriku. Yang lalu bercerita tentang anak gadisnya yang telah tiada karena sakit dan tak terobati, yang wajahnya tidak mirip denganku, karena aku pria, sedangkan dia wanita.

Suara kereta yang mulai melaju terdengar sahdu. Gejes gejes gejes, kira-kira begitu bunyinya. Berangkatlah semua yang berada di kereta ini meninggalkan Bandung kota kenangan, atau yang lebih dikenal sebagai Bandung lautan asmara. Asmaranya siapa? Asmara kita semua.

Aku melamun sendirian, hal yang lazim dilakukan daripada melamun masal. Teringat pengalaman beberapa tahun lalu, hampir sepuluh tahun, kalau ingatanku ini masih bisa diandalkan. Ingatan antara kejadian masa lalu, kejadian dalam mimpi, serta kejadian masa depan sering terasa penuh distorsi di benakku.

Waktu itu masih kuliah menjelang tingkat dua, aku sedang berlibur, meninggalkan Bandung menuju Jogja juga. Sejak aku kuliah di Bandung, kudengar abangku juga kuliah di Jogja, sehingga aku perlu datang untuk mengecek derajat kebenaran pendengaran itu.

Aku sendirian, cukup senang berperjalanan sendirian karena sangat banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Termasuk di dalamnya hal-hal yang membangkitkan adrenalin dan merefleksikan ego. Termasuk di dalamnya, kemungkinan untuk bertemu calon mertua, yang ketika kutanyakan perihal "Jam berapa sekarang?" dia lantas mencoretku dari daftar calon menantu (1). Tapi, tentunya, pastinya, sudah barang tentu, lebih enak berperjalanan berdua bersama kekasih yang memahamiku, sehingga bisa berkomentar dan tertawa atas apa saja dengan serta merta tanpa dianggap gila.

Terlepas dari itu semua, disitulah aku, alih-alih berada di sebuah terminal aku malah berdiri di sebuah stasiun kereta. Alih-alih berada di Stasiun Hall Bandung, aku malah berdiri di Stasiun Kiara Condong. Alih-alih naik kereta eksekutif, aku malah membeli tiket kereta ekonomi eksklusif. Free seat, katanya di depan loket.

Disitulah aku, sedang berdiri bersama beberapa ratus orang yang memiliki tujuan sama, yaitu naik kereta. Yang sedang menghampar dengan bermacam gaya.

Ningnongnengnong nengnong ningnong

Pengumuman menunjukkan bahwa kereta sebentar lagi tiba. Tepat seperti yang Bang Iwan sampaikan, terlambat lebih sejam, dan itu tidaklah lama.

Saat itulah, langit terasa sangat pekat, sepekat aroma persaingan yang terbawa udara malam mengelilingi jiwa dan raga kami. Aku memutuskan mencari gerbong paling belakang, karena tingkat persaingan di gerbong tengah dari berbagai sisi sangat tidak manusiawi. Maklum, musim liburan. Ternyata banyak orang beraliran sama, yang berbondong-bondong menuju lokasi yang diprediksi persis tempat gerbong paling belakang akan berhenti.

Dari kejauhan kereta terlihat berjalan menuju kedekatan. Kecepatannya masih cukup cepat. Akhirnya satu dua tiga empat gerbong melewati titik kami berdiri. Hingga akhirnya kami sama menyadari bahwa kami berada di titik yang salah. Gerbong paling belakang akan berhenti jauh di depan kami. Maka kami berlari-lari menuju gerbong itu. Salah perhitungan yang fatal. Fatal sekali.

Untung aku telah terbiasa berlari seminggu beberapa kali saat di ospek di kampus, sehingga cukup punya stamina. Sampai kami di pintu masuk. Ternyata untuk naik, kami harus meloncat setinggi satu meter. Sebelum kereta benar-benar berhenti aku sudah menggunakan ilmu meringankan tubuh meloncat, naik ke kereta.

Perihal ilmu meringankan tubuh itu, bolehlah ditanya darimana datangnya. Ilmu ini kudapat saat kelas dua SMA, sewaktu aku menjadi suhu bagi sekitar lima orang murit pake t yang merupakan kependekan dari murat-marit, yang menamakan perguruan kami: Perguruan Bebek Terbang. Bolehlah ditambahkan musik Jreng Jreng sebelum nama itu disebutkan. Misinya menyelamatkan bebek-bebek di seluruh galaksi. Mulia memang. Bayangkan, bebek yang bisa terbang, yang bisa menolong bebek-bebek tak berdaya lainnya, yang mengenakan celana dalam di luar. Saat itulah, saat mengajar di sana, aku jadi menguasai ilmu meringankan tubuh. Memang, seringkali cara belajar yang terbaik adalah dengan mengajar.

Tapi, jangan berpikir bahwa kesulitan berhenti disitu kawan, karena ternyata pintu kereta tidak dibuka. Alhasil aku menggantung begitu rupa, menggedor-gedor minta dibukakan pintu. Orang di dalam sana menggeleng, tidak mau membuka. Celaka, ini di luar prediksi kami semua. Tanpa putus asa, kami terus menggedor, kali ini dengan mempersembahkan ekspresi wajah campuran atara marah dan frustasi. Makin banyak yang ikut menggedor, sehingga akhirnya luluhlah sang penguasa pintu. Pintu dibuka, kami menghambur masuk.

Aku menyelip melewati beberapa orang, yang entah dengan alasan apa, berdiri menyesaki pintu masuk. Berhasil. Aku berjalan mewati wajah-wajah lelah yang bersandar di kursi, akhirnya di ujung ada sebuah kursi kosong. Kursi kosong terakhir di gerbong ini. Aku mendapatkannya dengan riang gembira. Seraya mengungkapkan selebrasi dengan cengar-cengir tak karuan sambil salam kiri kanan.

Salah satu pesaing yag mengejar dibelakangku, cuma mendapati ruang kosong diantara deretan kursi kereta. Saat dia menatap iri padaku, aku mempersembahkan senyum simpati yang lebih-lebih kurasakan sebagai senyum mengejek. Seolah-olah berkata:

"Maaf kawan, dunia memang kejam."

Mas mas tersebut akhirnya terduduk di lantai. Yang lain mengikuti, sehingga penuhlah koridor itu.

Beberapa pemuda yang terlambat, terlihat kebingungan mencari sisa tempat. Mereka berjalan berjingkat-jingkat, akhirnya bergerak ke arah ruang yang boleh diasumsikan sebagai toilet.

"Naah, ini kosong." berkata salah satunya.

"Iya, duduk sini ajalah." berkata yang lainnya. Maka mereka yang sebayak empat orang itu, menguji nyalinya, duduk di dalam toilet.

Kereta akhirnya melaju, setelah semua persaingan yang mengharu biru itu. Udara dingin yang berdesir mengalir dari jendela yang kacanya sudah tidak ada, menerbitkan rasa ngantuk. Kulirik mas mas yang tadi, terbesit sedikit rasa antara bersalah atau iba, sehingga kuberikan kertas koran untuk dijadikannya alas duduk. Dia berterima kasih dan berbasa basi sejenak.

Dengan padatnya penumpang yag bergelimpangan, jangan pernah membayangkan akan sebuah adegan ala before sunrise dalam kereta dari Budapest menuju Vienna dimana Jesse bertemu Celline. Mereka terganggu oleh suara pertengkaran pasangan rumah tangga, sehingga pindah untuk duduk nyaman di ruang makan dan akhirnya menghabiskan malam bersama dengan berjalan-jalan, yang mengubah hidup mereka selamanya. Akupun tertidur dengan potongan adegan tersebut.

Sebagai catatan, karena kereta ini eksklusif, maka setiap stasiun yang dilewatinya akan memintanya berhenti untuk sekedar bertegur sapa. Berhentilah kereta di sebuah stasiun, aku segera terbangun oleh suara orang-orang menjajakan dagangan. Bermacam rupanya, bermacam dagangannya, bermacam warnanya, bermacam juga harganya. Aku terkesima mengamati satu persatu yang lewat. Karena melihat langsung akan ditafsir sebagai menaksir, tak jarang aku hanya melirik dengan sudut mata. Curi-curi pandang.

Mereka lewat dengan caranya masing-masing dan logat masing-masing pula.

nasi rames makan makan: logat bandung

aqua aqua ye: logat bandung

nasi ayam telor: logat batak

tahu tahunya sumedang tahu: logat sumedang

kacang rebus kacang: logat dian sastro aadc

koran mas seribu: logat tegal

selai pisang goring: logat jawa

kopi susu pop mie kopi susu: logat indramayu

yang garut oleh-oleh garut: logat garut pastinya

rokok tisu basah: logat jakarte

sol patuk: logat cimahi

salak pondoh salak pondoh: logat jawa


Suasana ini, aku menyebutnya dengan istilah kerakyatan. Beragam suku bangsanya, beragam warna kulitnya, beragam suaranya, beragam idenya, semua bergabung menjadi satu. Dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Karena rasanya hanya rakyat yang berada di sini, tidak ada pejabat.

Sistem perdagangan ini, aku menyebutnya dengan sistem politik dagang salak dalam karung. Adalah, penjual salak membawa sekarung penuh salak. Lalu mulai menjual dengan harga 10 ribu sekilo di awal gerbong. Beberapa orang membelinya. Lalu ditengah2 mendadak harganya turun menjadi 5 ribu sekilo, beberapa orang lain membelinya. Lalu di ujung gerbong sampailah harganya pada kisaran 5 ribu sekarung. Sungguh, sistem dagang yang amat sangat spektakuler, sensional, brilliant, two thumbs up. Salak dalam karung. Terbayang olehku, pembeli awal salak tersebut sedang meratapi takdirnya karena duduk di ujung depan. Terbesit juga pikiran bahwa sang penjual hanya berjualan sebagai wujud aktualisasi diri.

Selang beberapa waktu yang berlalu, akhirnya ada petugas yang bertugas memeriksa karcis. Menanyai satu persatu karcis penumpang. Kuberikan karcisku untuk diperiksa, selesai sekejap kemudian. Lalu pak petugas beranjak ke orang sebelahku, orang tersebut merogoh kantongnya untuk mengambil sesuatu, lalu berjabat tangan dengan petugas karcis seperti bertemu teman lama yang akrab. Setelah itu, petugas karcis langsung ikut merogoh kantong untuk menaruh sesuatu. Apakah gerangan sesuatu itu, masih menjadi pertanyaan besar bagiku. Yang jelas, semua terjadi dalam gerakan yang sangat harmonis, sinergis. Praktis aku terpana seolah menatap keteraturan alam semesta.

Waktu berlalu, kereta melaju dalam deru dan debu. Mendadak kurasakan sebentuk perasaan ingin buang air kecil. Kuberanikan diri untuk bangkit dan bergerak menuju toilet. Ada empat pemuda sedang duduk disana, bermacam gaya dan posisinya, salah satu menatapku dengan pandangan tidak wajar yang menghipnotis. Hasrat ku pun terlupakan sudah, segera duduk lagi.

Untuk apa yang disebut toilet itu, janganlah sekali-kali membayangkan sebuah tempat yang nyaman dimana orang bisa duduk membaca koran, sambil menghirup aneka wangi bunga. Cukup bayangkan sebuah kotak persegi saja, yang ada sebentuk closet yang dari lubangnya lintasan rel bisa terlihat. Untuk sebuah privasi, benda ini tidak direkomendasikan.

Tak berapa lama, seorang ibu tertular hasrat buang air. Berjalan menuju toilet, persis saat ibu itu berdiri di depan pintu, terdengar pertanyaan.

"Mo ngapain bu?"

Dari nadanya yang tak ramah, tentu saja boleh dibayangkan juga tatapan mengintervensi yang diberikan pemilik pertanyaan.

"Ini gimana sih, ko wc diduduki?"

Ibu itu pergi sambil ngomel. Dihampirinya petugas yang kebetulan lewat, dan mengadukan kekecewaannya. Petugas menjawab dengan sama kecewanya.

"Salah sendiri naek ekonomi."

Katanya seraya berlalu. Aku membeku di tempat duduk ku.

Kereta terus melaju, meski aku membeku. Lalu ditengah jalan terasa kecepatannya menurun dan sesaat kemudian berhenti. Tidak ada stasiun, berarti bisa diasumsikan bahwa kereta berhenti untuk menunggu kereta lain yang akan lewat, karena jalurnya berselisihan. Seperti junior yang akan dilewati senior, kereta menunggu dengan bersabar. Saat senior lewat, yang dalam hal ini dikategorikan sebagai kelas bisnis atau eksekutif, maka junior akan menghormat. Terdengar aba-aba.

"Hormat gerak!" Saat senior sudah lewat seluruhnya, terdengar lagi aba-aba.

"Tegak gerak!"

Yang biasanya berlaku seperti dalam sekolah kedinasan, prosesi ini dikenal sebagai PPM (peraturan penghormatan militer).

Aku masih membeku. “Salah sendiri naik kereta ekonomi” katanya, penghormatan terhadap kereta yang tiketnya lebih mahal. Mau tidak mau terasa juga perbedaan kelas sosial dalam negara yang berkeadilan sosial. Kelas sosial, rangkaian huruf dalam Madilog dan Das Capital memenuhi pikiranku, dalam untaian yang sulit dipahami seperti biasanya.

Memang, perbandingan harga tiket dengan jarak yang ditempuh untuk kereta ini patut mendapat jempol. Kita mengeluarkan uang senilai seribu rupiah untuk menempuh jarak sekitar 25 km, murah meriah. Sangat menolong bagi orang-orang yang keperluannya untuk mobilitas sangat tinggi dan penghasilan sangat rendah, sehingga tidak menguras bagian penghasilannya yang seharusnya digunakan untuk konsumsi, sehingga patut juga aku berterimakasih pada pemerintah atas layanannya ini. Sehingga mahasiwa yang sisa uang kirimannya perbulan yang jika dilewatkan ke kasir Mc D hanya akan mendapat dua potong es cream cone juga bisa ikut melancong. Tak apalah, setidaknya ada ikatan emosional yang bisa kurasakan dengan sesama penumpang. Mas mas tidak dikenal, telah tertidur di lantai beralaskan koran. Dari posisiku, posisinya malah terlihat lebih nyaman. Akupun tertidur lagi.

Akirnya kereta tiba di Jogja, aku menggeliat bangun. Tak sabar melihat abang yang sejak aku lahir telah setia menjadi seorang abang. Akupun bergegas menuju pintu keluar. Aku menyelip melewati beberapa orang, yang entah dengan alasan apa, berdiri menyesaki pintu keluar. Berhasil. Aku berjalan melewati beberapa lajur rel. Celingak-celinguk mengamati sekitar, mampir ke warung yang ada di pojokan untuk membeli pengganjal perut. Kurogoh saku belakang dan demi daun yang jatuh dari pohon ke muka bumi yang sudah tercatat di lauhl mahfudz, dompetku telah sukses mempelajari ilmu menghilangkan diri. KTP, SIM, KTM, ATM serta uang yang tak seberapa banyaknya juga turut serta.

Rentetan kejadian mulai dari naik kereta sampai turun barusan dengan cepat menghambur, tak kutemukan adegan di mana ia menghilang. Kuputar ulang lagi dengan fast forward pada beberapa adegan, tetap misterius. Lalu kutemukan slow motion pada adegan aku menyelip melewati beberapa orang, yang entah dengan alasan apa, berdiri menyesaki pintu.

Kuhampiri aparat yang sedang bertugas. Akan kulaporkan perihal jurus menghilang dompetku. Aku tau, peluangnya untuk ditemukan satu banding sejuta, peluang untuk aparat membantu mencari sebelas dua belas saja dengan yang tersebut sebelumnya. Tapi, aparat itu akan membantuku melewati hari, karena kuceritakan bebanku padanya. Karena mungkin dia akan mendengarkan, bahkan lebih dari itu, dia mungkin akan mencatat dengan penuh perhatian.

Aku terjaga dari lamunan. Masih di kereta. Tak ada orang-orang yang berserakan di koridor kereta ini. Suasana kerakyatan yang tadi kukenang cukup kurindukan. Tapi, kali ini, aku membeli tiket eksekutif.. 

Ket:
(1) Sebuah cerita komedi yang beredar luas, sehingga tak diketahui siapa penulisnya..
Seorang pemuda sedang dalam perjalanan dengan kereta api ke Jakarta. Persis di depannya duduk seorang bapak setengah baya. Setelah lama berdiam diri, sang pemuda bertanya, “Jam berapa sekarang, Pak?” 

Namun si bapak itu ternyata diam saja. Mengira sang bapak agak tuli, ia mengulangnya sampai 3 kali, namun tetap saja si bapak itu diam. Merasa kesal, pemuda mencolek bapak itu dan berkata “Saya heran kenapa bapak tidak menjawab pertanyaan saya? Apa sih susahnya?”

Si bapak membalas, “Bukannya saya gak mau jawab, tapi nanti kalau saya jawab, kita pasti ngomong-ngomong lagi soal ini soal itu, soal apa saja, ngalor-ngidul, terus nanti kita jadi akrab.”

“Lalu apa salahnya kalau kita akrab?”

“Nanti anak gadis dan istri saya akan menjemput di stasiun Gambir. Kalau kita sudah akrab, nanti kita akan turun sama-sama, terus saya pasti akan memperkenalkan mereka sama kamu.”

“Lalu?”

“Istri saya tuh orangnya baik sama semua orang. Nanti dia pasti nawarin kamu mampir ke rumah. Nanti kamu mandi di rumah saya, terus makan di rumah saya, trus nanti kamu lama-lama bisa akrab dengan anak gadis saya, dan kamu bisa jadi pacarnya, dan lama-lama kamu bisa jadi menantu saya.”

Sang pemuda yang dari tadi sudah bingung sekarang makin bingung. Lantas dia tanya, “Terus hubungannya apa sama pertanyaan saya soal jam tadi?” 

Sambil berdiri dan lantang bapak tersebut menjawab, “Masalahnya.. SAYA TIDAK MAU PUNYA MENANTU SEPERTI KAMU, JAM TANGAN AJA NGGAK PUNYA, GIMANA MAU MEMBAHAGIAKAN ANAK SAYA!!”

Saturday, July 24, 2010

maaf

Jika sebuah kata saja yang bisa kuucapkan kepadamu, maka kata itu adalah maaf. Sebuah kata saja, karena sedikit kata tak kuharap akan menyakiti. Tetapi jika engkau membutuhkan yang lebih dari itu, akan kucoba menjelaskan dengan hati-hati. Agar tetap tidak menyakiti.

Aku lelaki dan engkau wanita, jelas itu berbeda. Dengan perbedaan itu, orang-orang menyatu menjadi keluarga dengan berbagai proses yang dilaluinya.

Bagiku, proses itu berarti, aku menyadari ada yang berbeda dengan perasaanku terhadapmu sejak pertama kali bertemu, lalu aku akan memutuskan untuk mulai mengenalmu dan itu tidak berlaku  untuk sebaliknya, masih bagiku.

Bagiku, waktu pertemuan kita tidaklah ideal. Itu untuk mengartikan bahwa pada saat bertemu denganmu, aku sedang sangat mencintai wanita lain, yang kuharapkan menjadi ibu dari anak-anakku. Sehingga tidaklah mungkin menaruh sedikit perasaan terhadapmu diatas perasaan lain yang memenuhi hatiku.

Bagiku, mengejar cintaku adalah sebuah keniscayaan. Yang berarti dikejar-kejar perasaan cinta adalah kemustahilan. Tak perlulah mengirimkan kata-kata apapun atau melakukan tindakan apapun karena tak ada ruang untuk itu dalam diriku. Tindakanmu hanya mengingatkanku akan cintaku yang telah pergi dan masih ingin kukejar. Tak enak rasanya mengingat itu semua. Terlebih aku khawatir hanya akan menyalahkanmu atas kehilanganku.

Bagiku, meski masih sendirian melewati malam, dalam umur yang menua, dalam julukan yang membujang lapuk, tak akan bisa diartikan bahwa aku mengambil kesempatan yang mudah dibandingkan dengan berjuang dengan hal-hal yang sulit dan kemungkinan yang lebih melimpah. Yang berujung pada diriku menikmati malam, masih sendirian, dalam waktu yang lebih lama, yang melentur menjadi tak hingga.

Bagiku, engkau harus menemukan orang lain, yang akan mencintaimu dengan sepenuh hati. Karena penting bagi wanita untuk dicintai, dan penting bagi laki-laki untuk mencintai. Tak perlulah menyia-nyiakan waktumu yang berharga itu. Sebagaimana aku tak ingin menyiakan waktuku.

Bagimu, apalah artinya diriku ini. Diriku yang tak rupawan dalam wajah, yang seringkali terseok dalam langkah, yang seringkali gundah dalam arah, yang sering terlanggar dalam sumpah, yang akan sering kau dapati matanya memerah saat mengingat ayah.

Pada akhirnya, apa maumu, apa mauku, tidak memungkinkan untuk bertemu. Sehingga yang kuucapkan seharusnya adalah sebuah saja kata maaf, agar tidak akan menyakiti. Maaf.

Monday, July 05, 2010

Padang Bulan (Resensi)

Judul : Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang, Juni 2010 

Ini adalah buku kelima dari Andrea Hirata sang penulis novel best seller tetralogi laskar pelangi. Padang bulan menjadi sebuah dwilogi bersama dengan Cinta di Dalam Gelas. Dua buku bisa didapatkan dalam satu paket, sebuah buku bersampul orange di depan dan marun di belakang.

Padang bulan dan Cinta di Dalam Gelas masih menceritakan kehidupan di sekeliling ikal, kehidupan orang melayu yang tinggal di pulau Belitong. Selain menceritakan kisah si Ikal, andrea juga menceritakan kisah seorang anak perempuan bernama Maryamah, yang biasa dipanggil Enong, yang menjadi pembuka buku ini dengan kehidupan yang dihinggapi tragedi tapi selalu bangkit dan berdiri.

Pengaruh besar perasaan cinta dalam kehidupan manusia menjadi bagian penting dari buku ini. seperti dalam kutipan berikut.
"Tak dapat dipungkiri, hal paling sinting yang mungkin dilakukan umat manusia di muka bumi ini sebagian besar berasal-muasal dari cinta." Atau dalam bagian lain dikatakan “Cinta, yang jika seluruh gunung di dunia ini digabungkan, masih akan lebih kecil darinya.”

Ikal harus berhadapan dengan kenyataan, ketika perasaan cinta pertamanya menuai pertentangan antara mencintai ayahnya dan mencintai A Ling yang tak direstui ayahnya. Ikal berniat membawa A Ling pergi ke Jakarta. Suka dan duka sebagai paradoks yang diakibatkan oleh perasaan cinta digambarkan dengan kutipan ini.
"Bagi yang tengah jatuh cinta. Waktu mengisi relung dada mereka dengan kegembiraan, sekaligus kecemasan. Karena teristimewa untuk cinta, waktu menjadi jerat. Semakin cinta melekat, semakin kuat waktu menjerat. Jika cinta yang lama itu menukik, jerat itu mencekik."

Cerita berlanjut hingga sampai pada kenyataan dimana Ikal mendapat saingan yang akan merebut cintanya dari dirinya. Perasaan cemburu itu tergambar dengan begitu mempesona.
"Akupun sesungguhnya ingin bertemu dengan Zinar. Sesungguhnya aku ingin tahu, bagaimana muka orang yang telah membuat A Ling mabuk kepayang, yang telah pula membuatku sengsara. Sore itu aku naik sepeda ke manggar. Kukayuh sepedaku dengan marah dan tergesa-gesa. Nafas meburu, hati membiru, tangan menggenggam tinju, kepala penuh pikiran jahat. Trifolia cemburu pada bunga desember, capung cemburu pada kumbang, danau ingin ditinggalkan sendiri, awan bercerai-berai, langit curiga pada angin dan angin membenci gunung. Alam penuh angkara murka."

Dimana si perebut kebahagiaannya dibayangkannya dalam sebentuk deskripsi yang amat sangat super kejam sekali.
"Bayangan manusia lain menyerbu. Giginya tonggos, wajahnya bulat, hidungnya meleleh karena suntikan silikon yang gagal dan ia dulu adalah seorang perempuan."

Rasa kehilangan terhadap orang yang dicintai yang diungkapkannya juga terasa mengiris hati, terutama bagi yang pernah mengalami.
"Namun, ternyata, jika seseorang hanya memikirkan seseorang, bertahun-tahum dan dari waktu kewaktu mengisi hatinya sendiri dengan cinta hanya untuk orang itu saja, maka saat orang itu pergi, kehilangan menjelma menjadi sakit yang tak tertanggungkan, menggeletar sepanjang waktu."

Dilanjutkan dengan teori empirisnya terhadap kebenaran-kebenaran di alam semesta.
"Dunia ini rupanya penuh dengan orang yang kita inginkan, tapi tak menginginkan kita, dan sebaliknya. Kurasa itulah postulat pertama hukum keseimbangan alam. Jika kita selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, seseorang akan naik ke puncak bukit, lalu meniup sangkakala, dunia kiamat."

Andrea juga sangat piawai dalam menggambarkan kehidupan disekitar Ikal yang berisi tragedi dengan cara komedi, yang banyak ditemui disepanjang cerita. Salah satunya adalah tentang teman semasa kecilnya yan disebut sebagai Detektif M Nur.
"Nasibku dan Detektif M Nur mirip. Kami adalah pengangguran, lebih dari itu kami adalah bagian dari golongan pria-pria yang paling menyedihkan di dunia ini, yaitu pria yang tak jelas masa depannya, mulai memasuki satu tahap yang disebut sebagai bujang lapuk, dan masih tinggal dengan ibu."

Namun dalam pada itu, penulis tetap mengisi narasinya dengan semangat untuk berjuang, dengan mimpi dan harapan bahwa potensi kemanusiaan bisa terus berkembang.
"Orang-orang telah melupakan bahwa belajar tidak melulu untuk mengejar dan membuktikan sesuatu, namun belajar itu sendiri adalah perayaan dan penghargaan terhadap diri sendiri." atau “Berikan aku sesuatu yang paling sulit, aku akan belajar.”

Demikian buku Padang Bulan berkisah. Lalu dilanjutkan dengan buku keduanya: Cinta di Dalam Gelas, tetap dengan gaya bahasa satire yang sama indahnya. Mengisahkan keadaan sosial dan kultural di daerahnya, yang menaruh harga diri dalam pertandingan catur, yang mengadukan kegetiran hidup di dalam sebuah warung kopi, yang kesemuanya terangkum dalam segelas kopi, yang adalah penjelmaan dari sebuah cinta di dalam gelas.

Seperti biasanya, cerita ini dilengkapi dengan pelajaran moral nomer sekian serta penyakit gila nomer sekian sekian yang tak pernah ditempatkan dengan urutan, seolah-olah dia hanya menyebutkan angka apa saja yang sedang terlintas di kepala.
“Pelajaran moral no dua puluh dua: kemiskinan susah diberantas karena pelakunya senang menjadi miskin.”

Hingga akhirnya penyakit gila itu hinggap di kepala narator, ketika dia bercerita tentang Yamuna blender kesayangannya.
“Jika warung kopi sedang sepi, aku bercakap-cakap dengan blender itu. Aku berkisah tentang kawan-kawan masa kecilku. Blender itu bercerita tentang musim yang tak menentu dan keluhannya tentang dapur tempat tinggalnya yang berantakan.”

Sangat indah sekali bagaimana andrea menceritakan tragedi, harapan dan perasaan cinta berdasarkan pengamatan dan perasaan yang mendalam, dengan gaya bahasa yang masih sama seperti buku-buku sebelumnya. 

Monday, June 07, 2010

children's delusion (bab sikok)


BIODATA PENGARANG

1.      Wahyu
Ciri      :
Gagah, caem, mirip ngandi low dan ngaron kwok, agak sedikit pendek dibanding teman-temannya.
Profesi            :
Ilmuan terkenal dari SD 150, kemudian masuk SMP 16, kemudian ke Titian Teras (TT) dan akhirnya lulus dengan nilai terbaik di Oxford University. Saat ini menjadi guru besar perguruan kungfu.
TULISAN BERWARNA HITAM
2.      Firman
CIri      : 
Cakep, gemuk kayak derom, mirip Jet Lee tapi Jet Lee yang tidak sipit. JUga mirip aktor terkenal Kua Lee, tapi sayang ternyata saya ini agak sedikit gila.
Profesi            :
Dirut PT. Thamak, berasal dari SD Adiyaksa, dan masuk ke SMP 16, setelah itu masuk kebun binatang  dan akhirnya masuk Rumah Sakit Jiwa Level IV. Kemudian saya keluar dari RSJ karena dianggap sebagai orang gila teladan.
TULISAN BERWARNA BIRU
3.      Andi Mangatas
Ciri      : 
Gagah, tampan mirip Bruce Lee dan Brandon Lee, tinggi atletis rambut hitam tapi cribow dikits. He..he… (Tulisan berwarna hijau)
Profesi            :
Sebagai mahasiswa Universitas Oxford, lulus dengan predikat yang memuaskan. Menyandang gelar lebih dari gelar yang ada di Eropa dan di Asia.
TULISAN BERWARNA HIJAU



BAB SIKOK 



Pada suatu hari, yaitu hari N bulan M minggu Y tahun Z dan abad x2 . Nampak seorang pelajar yang gagah sedang berjalan untuk pergi ke SMP 16. Tau kan SMP 16? SMP yang kuno, di pedalaman, dan terisi oleh berbagai macam makhluk aneh seperti: Firman, Andi, Syamsir, Hariyanto, dan Nopi. SMP itu dikepalai oleh kepala sekolah dan di wakil kepalai oleh wakil kepala sekolah, begitulah kiranya. Guru-guru di SMP itu sudah senior semua, ada yang senior dalam hal makan, minum,mandi, cuti tangan, cuci muka, cuci mata, ngepel dan juga ngelap sepatu. Mereka memang sudah pada mandiri (mandi sendiri), begitulah kiranya.

Pemuda gagah yang sedang berjalan tadi tiba-tiba mendapat firasat yang aneh.  Dan dari kejauhan terdengar suara motor yang mirip pesawat tempur.

DROONG DROONG BROOM BROOM CKIIIIT!! BRUAK BRUAK BRUAK BLETUK KLENTUNG!!!!

Tiba-tiba motor itu terpeleset akibat kulit pisang usil yang sedang jalan-jalan cari udara segar. Dan akhirnya motor itu nyungsep ke pagar rumah orang batax. Pemuda tadi segera bersembunyi di balik semak-semak dengan hati berdebar-debar ria. Pengendara motor yang terpeleset itu ternyata adalah Om Jhony (salah seorang staf pengajar di SMP) yang kemudian membetulkan motor yang berbentuk seperti Harley Davidson dari jaman nabi Adam itu. Setelah mengambil motor yang nyangkut dipagar itu, guru yang perkasa dan penuh wibawa bak kolonel jendral mahsyur itu langsung mengendarai motornya lagi menuju SMP.

BROOM BROOM BREEENG DOR DOR DOR BROOOOM!!! (music by. Firman)

Pemuda tadi yang ternyata bernama Wahyu langsung keluar dari persembunyiannya dan langsung berlari-lari kecil, berlari-lari sedang, dan kadang berlari-lari besar menuju SMP 16. Sesampainya di SMP 16 dia bertemu dengan salah satu makhluk aneh dan unik di SMP itu, yaitu Firman. Firman sedang member makan chachink nya yang bernama Alex, Alexander dan Alex Murphy.

Wahyu lalu melempar senyum dan mengenai kepala Firman. Firman marah dan membalas melempar senyum. Akhirnya mereka saling lempar-melempar senyum. Dan Firman terkena banyak senyum, mukanya benjol-benjol dan akhirnya dia duduk sambil menangis tersedu.-sedu ditemani ketiga cacingnya yang juga ikut bersedih. Wahyu yang tidak terkena satu lemparan pun dengan cueknya berjalan menuju kelasnya.

Tapi kembali dia bertemu makhluk mengerikan lainnya yang berambut cribow yaitu Samsir.  Kembali Wahyu melempar senyum, tetapi malah terkena Mr. Punk yang “killer”nya sangat terkenal sadis itu. Akibatnya:
POKA BOKA MOKA TOKA COCA COLA FANTA SPRITE FANTA SEVEN UP LIMUN SAPARILLA BUAG BUAG AGH!!!

Wahyu di hajar habis-habisan sampai babak belur, babak penyisihan, babak semi final hingga akhirnya ke babak final. Setelah itu Mr. Punk pergi ke kantor tanpa perasaan “berdosa”. Lima detik kemudian Wahyu yang cedera berat, kira-kira beratnya 3 ton akhirnya masuk ke kelas.

Ternyata lonceng telah berdenting NING NONG NING NONG. Wahyu pun menghentikan atraksi babak belurnya. Kemudian masuk ke kelasnya. Kelasnya sudah riuh rendah dengan suara aneh makhluk-makhluk yang lumayan aneh juga. Wahyu tetap berjalan dengan gaya cuek bebeknya. Lho? Mukanya ko berubah jadi kaya bebek? Setelah tidak cuex bebek lagi maa mukanya yang semula kaya bebek itu berubah gagah seperti semula. Dia pun duduk di bangkunya, kemudian membuka tasnya. Kelihatannya tas itu lumayan penuh juga. Di dalamnya ada buku-buku pelajaran seperti fisika, matika, kimia dan bahasa inggris. Disitu juga ada buku cerita seperti Kobo Chan, Nana Chan, Chan-Chan, Mari Chan dan buku lainnya. Didalamnya juga ada barang-barang seperti meja, kursi, papan tulis, kamar mandi, telepon, kulkas, dan juga barang pecah belah seperti piring pecah, gelas pecah, mangkuk pecah, senduk pepacah, kapal pecah dan juga barang perabotan rumah tangga lain yang juga pecah. 



Sementara Firman telah duduk di kelasnya. Perlajaran pertama dengan guru besar Mr. Punk. Yaitu bahasa batax yang baik dan benar. Dalam pelajaran itu diajarkan contoh-contoh bahasa batak seperti bodat kan, horas bah, dll. Sementara itu di sudut lainnya, tepat di bangku paling belakang tampak syamsir sedang makan sesuatu yang dibungkus daun pisang. Melihat itu Pak Mr. Punk menjadi kuesal banget. Ia lalu mengambil bungkus daun pisang itu. Dan ia jadi terkejut ketika melihat isi dari bungkusan tersebut. Karena isinya adalah: tahi kuping, kotoran kambing, cacing, ulat kerjbang, sapi, kambing, banteng, burung unta dan beberapa potong besi bekas. Akhirnya tibalah waktu untuk pulang.

NING NONG

Ketika pulang, Nopi yang jenius mengajax Firman dan Wahyu ke rumahnya yang lumayan jelek karena rumah itu terbuat dari bahan-bahan kumuh, contoh: batu bata yang kumuh, besi yang kumuh, papan yang kumuh, seng yang kumuh, bahkan Nopi sendiri sebenarnya adalah orang yang kumuh. Di dalam rumahnya terdapat juga benda-benda yang kumuh, contoh: kursi yang kumuh, meja yang kumuh, dll. Nopi lalu mengambil sesuatu dari kamarnya yang kumuh.

Ternyata itu adalah computer buatannya sendiri, meski dibantu oleh adiknya, kakaknya, neneknya, kucingnya, ayamnya, kambingnya dan sapinya. Komputer kumuh itu dibuat dari radio kumuh dan tv kumuh yang di beli dari pasar rombeng. Sehingga ketika di program bunyinya mirip-mirip kentu


BUTT BRUEK BRUEK FSSSSSTT.
Tiba-tiba…
DUAAAR!!!

Komputer itu akhirnya meledak. Rumah kumuh itu seketika hancur berantakan dan Nopi, Wahyu, serta Firman terpelanting hingga nyemplung ke sungai AUO. Wajah mereka rata-rata bonyok semua. Mereka lalu hanyut ke sungai Bagan Petai.

Ketika mereka hanyut ke bagan petai, nopi yang hanyut duluan disebabkan oleh berat badannya yang ringan segera tenggelam. Wahyu dan Firman berusaha menarik. Tetapi mereka malah tertarik dan akhirnya kepala mereka terbentur air hingga pingsan.

Ketika bangun dari pingsan, mereka telah berada di hutan amazon. Disitu mereka bertemu suku primitive yang dikepalai oleh Andriokosoajinomotodoremifasolasido. Andri berkata: “kill them!!” maka anak-anak malang itu di sate dan jadi santapan suku cannibal di tengah hutan amazon. Tiba-tiba….
“Hah!”
Wahyu terbangun dari mimpinya. Terbayang di benaknya bayang-bayang. Dia ingat bagaimana nasibnya, dan teman-teman dijadikan sate dan dikasih kecap manis yang di impor langsung dari Indonesia. Sedang Nopi dijadikan sop tulang. Iiiih ngeri…
Tiba-tiba sebuah tangan yang tak bisa dibilang halus menjewer kuping Wahyu. Oooh rupanya dia tertidur pada pelajaran IPS dengan ibu Rosma.
“Hooy, udah preman loe tidur pada jam gue?!!” PLAK PLAK PLAK!!!


Setelah menapar ibu itu berkata:
“Wahyu, kamu gagah sekali. Tapi kok ada panu di gigi dan di pipimu? Jarang mandi ya? Lalu kurap di keningmu kenapa menumpuk? Kurang ajar! Ternyata kamu itu makhluk jelek bin buruk! Terima ini! CIAAAT”


BET BET DUAG PLAK TAK DUK BRUENG TENG TENG CTAR CTAR BLAAR

“Ish, dak meraso.” Umpat Wahyu. Bajunya sudah compang camping, entah apa yang terjadi. Mukanya juga sudah penuh dengan bekas cakar-cakaran. NING NONG
Syukurlah akhirnya jam pelajaran berganti keluar main eh berganti pelajaran biology. Dengan Miss Madonna, bintang film terkenal.

Dalam pelajaran biologi dibahas tentang pengeluaran hewan-hewan. Ibu guru bertanya pada Firman.
“Firman! Sebutkan bagian-bagian hewan avertebrata?”
Firman menjawab:
“H-E-W-A-N spasi A-V-E-R-T-E-B-R-A-T-A  buu”
“Bagus Firman, Kamu anak berbakat. Sekarang. Apa nama ibu kota Syria?”
“Dak tau bu.” Jawab Firman cuek.
“hebaat, lagi-lagi kamu anak yang b erbakat. Kalau begini terus kamu sebentar lagi bisa masuk RSJ dengan sukses. Selamat ya atas keberhasilanmu.” Ucap bu guru, kemudian mulai menghajar Firman.
BOKA BOKA BOKA BOKA  BOKA lagi BOKA dan akhirnya BOKA.


Selanjutnya apa yang terjadi pada Firman? JIka ada mengetahui jawabannya kirimkan jawaban anda ke alamat 666636 JKT PO BOX 6601 magazine.
Setelah menghajar Firman, ibu guru lalu bertanya pada Andi.
“Andi, sebutkan contoh-contoh hewan avertebrata!
Andi menjawab:
“Coklat, vanilla, susu, strawberry dll”
“Bagus, jawab bu guru seraya mendekati Andi. Dia lalu mengangkat tangannya yang mirip gada bima itu dan 20 cm lagi tangan itu ajab menggebuks kepala Andi… tiba-tiiba ada seorang murid mengatakan bahwa Andi di panggil kepsek. Mendengar itu, ibu guru menghentikan aksinya.
Dalam hati Andi berkata “Wah, lega deh rasanya tidak jadi di hajar.”
Dia lalu melenggang ke kantor. Ketika ia masuk, ia jadi terkejut ketika melihat orang di dalam kantor itu. Ternyata di sana telah menunggu algojo-algojo SMP 16 yaitu Mr.Punk, Om Jhony, dll. Dengan wajah tanpa berdosa Andi masuk ke kantor, tiba-tiba…

BUAK POKA BOKA CTAR DUNG BLAR BOKA BOKA TONG DOENG BYAR CIAAY BRAAK

Andi langsung dijadikan bola oleh para algojo tsb. Ia di uncal dan ditinju kesana kemari kesitu kedepan kesamping kebelakang dan akhirnya diuncal keluar dan jatuh di hadapan seseorang. Tanpa mengetahui kesalahannya Andi yang sudah tak berbentuk lagi tsb mencoba bangkit. Begitu ia melihat orang yang ada di hadapannya ia menjadi terkejut lagi karena orang tersebut adalah Mrs. Madonna yang masih dendam padanya. Akhirnya

BUAG BUAG BUAG DUK TAK BLAR BOKA BOKA BOKA POKA MOCA COCA COLA

Andi kembali di hajar. Akibatnya tubuh Andi sekarang lebih mirip nangko busux. Begitulah nasib Andi yang sesuai dengan pepatah “sudah jatuh tertimpa tangga terpeleset ke sungai batang hari di tabrak kapal beli bawang, beli mie dan makan lontong”( dak nyambung)

Lima menit lima detik kemudian lonceng balix akhirnya berbunyi. Anak-anak kelas dua a mengambil langkah seribu untuk segera pulang, tetapi karena mereka sudah loyo karena belum makan, akhirnya mereka hanya mampu ambil langkah 13. Dari sekian banyaknya makhluk-makluk jelek SMP 16 yang terdiri dari berbagai macam versi, contoh: versi cribow, versi gemux, versi kurus, versi chachink, versi ndut, versi cipit dll.

Terdapatlah lima ekor makhluk mengerikan. Ciri-cirinya ada yang gemuk, ada yang kurus seperti tiang listrik, ada yang cribow seperti bonsai, ada yang keriting seperti indomie, ada yang seperti gorilla dan ada pula yang seperti gelandangan. Mereka adalah Firman, nopi yang mengendarai sepeda bobroknya tetapi sebenatnya tidak bisa dikatakan seperda karena bannya sudah meirip angka delapan.Besi-besi sepeda tersebut sudah karatan, stangnya juga sudah kribow, bahkan rantainya sudah banyak sambungannya. Kemudian gigi tulang sepernta juga sudah kuning-kuning, sehingga sepedanya sering sakit gigi. Sementara makhluk-makhluk mengerikan lainnya adalah: syamsir, Ade G, dan Wahyu. Mereka berlima asyik ngerumpi tentang cara membuat baju rumpi yang baik dan benar. Selain itu mereka juga asyik mengobrol hal-hal yang bisa diobrolkan seperti: tentang kambing Wahyu yang mati, tentang rambut Samsir yang terbakar dll. Tiba-tiba…

DUAR DUAR

Ternyata ban sepeda nopi pecah. Akhirbanya sepeda itu melanting dan nopi pun melayang entah kemana. Melayang-layan seperti layang-layang di tanah lapang.

Sementara itu Firman, Wahyu, Ade, dan Samsir terkejut mendengar suara tersebut. Firman terkejut setengah mati, Ade terkejut seperempat hidup dan Samsir terkejut seperdelapan mati. Seketika itu juga jantung ketiga makhluk itu langsung copot. Sementara itu Wahyu yang pekak dan tuli serta budge alias congek hanya terkentut-kentut karena kebanyakan makan angin. Ia menjadi terkejut karena menyaksikan jantung ketiga temannya coppot. Tapi untunglah ia seorang ahli bongkar pasang, sehingga dalam waktu 10 jam ia berhasil memasang kembali jantung ketiga temannya.

Namun malang bagi Samsir, karena yang dipasang Wahyu bukan jantung aslinya tetapi malah jantung pisang. Itulah sebabnya sampai sekarang Samsir rada-rada gila. Jadi bila anda bertemu dengan Samsir, maka berhati-hatilah. Karena makhluk ini sangat mengerikan.

Sekarang mari kita kembali ke cerita. Setelah sadar, Ade, Firman, Samsir dan Wahyu pulang ke rumah masing-masing. Dengan selamat, meskipun ketika pulang Ade digigit anjing, wajtu menumbur mobil, Samsir dikeroyok budak astek dan Firman dilindas mesin giling.
Lalu bagaimana dengan nasib nopi?

Ternyata ia masih melayang dan sekarang berada di atas rumah Andri. Ternyata Andri melihat nopi melayang, maka ia lalu berteriak. “AUOOOOOOOOOOOO” seketika itu juga anak-anak ingusan yang ada di situ segera berbaris dengan rapi di depan Andri. Andri lalu berkata:
“Hai pasukanku, coba kalian kejar layangan itu.” Maka pasukan Andri pun langsung mengejar nopi yang mereka sangka layangan itu. 

Mendadak layangan eh nopi itu melayang jauh ke angkasa dan nyangkut di tiang listrik.

BZZZT BZZZZT BZZZZT

Itu suara nopi tersentrum hingga rambutnya jadi kaya durian busuk. Ketika angin bertiup sepoy sepoy layangan itu langsung terbang dan nyangkut di batang pule, kemudian diterbangkan lagi ke atap rumah orang, KELONTENG KELONTENG kemudian nyangkut di parabola. Orang di dalam rumah yang punya parabola itu sedang menonton tv, tiba-tiba…

“Oooooh tuooolooooooong”
Satu keluarga berteriak histeris dan dengan kompak berlari ke kamar mandi sambil terkencing-kencing. Ternyata siaran yang ditontonnya berubah menjadi wajah nopi akibat nopi tersangkut di parabola.
“Iiiih, amit-amit deh, itu tadi apa sih, hantu, gendoruwo, vampire atau apa yah? Kok jeleknya ga ketolongan. Fosil idup kali ya?”

Sungguh malang nasib nopi, sampai di kira fosil. Akhirnya nopi melayang lagi dan akhirnya jatuh menimpa rumahnya sendiri.

Sementara itu Wahyu sedang duduk-duduk di rumahnya sambil ngemil beberapa pasir dan kerikil dari tetangga sebelah sambil menonton tv. Acara di tv ternyata ga ada yang bagus. Setelah pencet-pencet remote ternyata tetap ga ada yang bagus. Acaranya malah ada acara memasak kerikil ala india, spektrum, bulletin siang dan ada juga film si komo. Tiba-tiba…
DUAARR!!
Televisi itu terkena lemparan remote. Dan Wahyu berlalu tanpa perasaan berdosa.

Sementara itu, suasana di rumah Firman biasa-biasa saja. Firman sedang berdendang-dendang ria sambil menyanyikan lagu-lagu yang ngelantur. Suaranya yang luar biasa dahsyat sempat memecahkan piring-piring tetangga, tv tetangga, gelas tetangga, dan cicak cicak di dinding tetangga pun sudah pingsan sejak tadi. Cacaing-cacing piaraan Firman sudah kehilangan selera makannya akibat mendengar suara itu. Sementara itu, rumah Firman sendiri sudah hancur sedari kemarin. Rumput-rumput pun menjadi layu, karena hawa mulut Firman yang lebih dahsyat daripada bau kaos kaki Andi.



Keadaan di rumah syamsir tenang-tenang saja.
Meskipun Samsir sedang bertengkar dengan ayuxnya, hingga piring-piring di rumah itu hancur berantakan dan adik Samsir sedang mengadakan keliling rumah dengan motor GL PROvitamin B5 dan diperkaya dengan zat besi dan protein yang baru dibeli oleh buapaknya tetangga.

Sedangkan kedaan di rumah Nopi sangat memprihatinkan karena rumah itu sudah hancur berantakan dan penghuninya sudah lenyap entah kemana. Menurut cerita tetangga lima detik yang lalu di rumah itu telah terjadi perang antar Serbia melawan hongkong.

to be continued..

for complete stories, you can download at this link:
children's delusion complete 

Tuesday, May 25, 2010

children's delusion (preface)

Demikianlah…
Apanya yang demikianlah? Ya demikianlah, saat para ahli arkeologi menemukan berbagai manuscript berusia beberapa lapis tahun, ratusan, lebih… Saya pun menemukan semacam manuscript diantara tumpukan buku-buku yang sudah lama tidak terjamah, sebuah buku yang sudah usang dan hampir saja dari kumpulannya terbuang.

Kertasnya sudah sangat kumel, berwarna kuning, tulisannya tidak bisa dibaca dengan jelas, dan secara essensi maupun substansi dari sudut manapun, tentu saja sangat tidak layak untuk dibaca. Catatan-catatan ini dibuat sekitar tahun 1997, oleh beberapa anak belum gede yang labil sekali, yang melarikan diri dari rutinitas pelajaran kelas dua SMP menuju dunia imaginasi, atau lebih tepat mungkin dikatakan sebagai dunia halusinasi.

Hal ini terjadi setelah mengisi LKS matematika dengan gambar-gambar gunung, kapal, pesawat, mobil dan wajah manusia menjadi haram karena beberapa barang bukti telah digunakan untuk mendakwa beberapa murid yang tak sanggup menerjemahkan soal-soal menjadi jawaban berupa tulisan atau angka-angka eksakta. Gambar pemandangan gunung, sawah dan ladang adalah pemecahan masalah sementara yang hanya memperumit permasalahan sebenarnya, saya tentu saja tak bertanggung jawab, karena hanya menjadi perantara bagi ide-ide mereka menjadi beberapa bentuk yang bisa ditangkap oleh indera. Hanya guru kami tidak bisa mengerti bahwa kesalahan kami hanyalah menjawab pertanyaan matematika dengan jawaban untuk bidang pelajaran kesenian.

Buku ini beredar. Menjadi bacaan pokok disela-sela pelajaran yang isinya didiktekan dengan suara pelan. Menjadi sarana untuk menjelek-jelekkan atau membagus-baguskan apa-apa yang sebenarnya tidak bisa disebut sebagai salah satunya. Dalam pada itu dia sempat singgah ke ruang guru sebentar, dan lagi-lagi penulisnya berlepas tangan. Untunglah ibu itu sangat moderat sehingga bisa mengembalikan buku ini tanpa perlu memperlihatkan gesture mengelus dada seraya menggeleng-geleng prihatin demi melihat apa yang kami kelakuan.

Dua buah buku, yang isinya hanya imaginasi tak terkendali. Yang tak ada karakter tokoh, dialog, alur, atau konflik yang bisa membuatnya dikatakan sebagai cerita yang bermutu. Sama sekali tidak bermutu. Sehingga bagi orang-orang yang telah menjalani hidupnya dengan biasa-biasa saja dan perlu meningkatkan efisiensi dan efektifitas waktu untuk menjalani kehidupan dengan lebih baik, tolong jauhkan diri anda dari membaca cerita ini. Dan bagi orang-orang yang telah menjalani hidupnya dengan sempurna, memanfaatkan waktu dengan baik, dan perlu sekali-sekali setidaknya dalam sebuah siklus hidup, untuk berbuat kesalahan, silahkan baca cerita ini.

Dari dua buku tersebut, satu telah hilang entah dimakan siapa dimana. Sehingga penting untuk mengabadikannya secara digital, sebelum yang satu ini hilang dimana dan entah dimakan siapa juga. Dan dipersembahkan bagi teman-teman yang pernah menjalani masa itu bersama kami, karena hey, sadarlah masa-masa itu layak untuk disesali: kalau tidak dinikmati.

Salam tempel.

Monday, May 17, 2010

ar rahmaan



Kali ini saya akan sedikit bercerita tentang kesan. Karena yang saya bicarakan adalah sebuah surat di dalam Al Qur’an, maka saya hanya berani mengungkapkan sebagai kesan. Penguasaan bahasa yang terbatas serta penelusuran historis dan simbolik yang belum bisa saya lakukan, ditambah kondisi beragama saya yang tidak terlalu baik, membuat saya tidaklah dalam kapasitas yang tepat untuk membuat sebuah tafsir.

Meski begitu, saya sudah memutuskan untuk maju satu langkah, dengan mempercayai bahwa Tuhan itu ada. Saya maju dua langkah dengan mempercayai kebenaran ajaran islam, para rasul, para malaikat, Al Quran berikut kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, keberadaan alam akhirat serta takdir.

Dan ini adalah kesan menurut saya. Sesuatu yang terlintas di kepala berdasarkan sesuatu yang lainnya yang telah lebih dahulu mengendap di kepala saya sebagai pengalaman dan pengetahuan. Kesan saya ketika beberapa tahun yang lalu, membaca surat ini adalah betapa indahnya. Keindahan itu terasa dari nada-nadanya saat membaca dan ketika melihat terjemahnya keindahan itu saya rasakan juga dari makna kata-katanya. Berikut ini sebagian kutipan nya.

(Tuhan) Yang Maha Pemurah (1)
Yang telah mengajarkan Al Qur'an (2)
Dia menciptakan manusia (3)
Mengajarnya pandai berbicara (4)
Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan (5)
Dan bintang-bintang dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada Nya (6)
Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan) (7)
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu (8)
Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu (9)
Dan Allah telah meratakan bumi untuk makhluk(Nya) (10)
Di bumi itu ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang (11)
Dan biji-bijian yang berkulit dan bunga-bunga yang harum baunya (12)
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (13)

Sang Maha Pemurah yang telah menciptakan manusia, mengajarkan kepada isi Al Qur’an dalam rangka menuntun kita menjalani kehidupan. Sang pencipta memberikan petunjuk kepada ciptaannya, karena tanpa petunjuk, manusia akan kebingungan menjalankan peranannya di bumi ini. Sang pencipta juga telah menjadikan manusia sebagai satu-satunya makhluk yang bisa mengekspresikan isi pikiran dan kemauan dengan cara berbicara. Berbicara atau berkomunikasi merupakan symbol dari pengetahuan dan kecerdasan pikiran manusia dibanding makhluk hidup lainnya.

Matahari, bulan, bintang dan seisi alam semesta berjalan berdasarkan aturan, sesuai perhitungan yang telah ditetapkan. Dan diantara bumi dan benda langit telah ditetapkan keseimbangannya yang belakangan telah diformulasikan dalam rumus-rumus oleh fisikawan. Agar manusia tetap menjaga keseimbangan tersebut. Agar manusia tidak merusak hukum kesetimbangan tersebut, hidup dalam harmoni. Bumi ini telah diciptakan dan dipersiapkan untuk kedatangan manusia dengan kondisi ideal, sumber makanan dari tumbuhan yang kaya variasi yang bukan hanya mengandung gizi, tetapi memuaskan indra pengecap dan pengihatan kita, untuk mendukung kehidupan kita dan seluruh makhluk hidup lainnya.

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” Kalimat inilah yang menjadi penekanan dalam surat ini, yang diulang berkali-kali pada ayat-ayat berikutnya setelah menceritakan mengenai penciptaan, surga, dan neraka, yang kalau dirangkum hanya seiktar sepertiga yang menceritakan kehidupan dunia dan dua pertiga sisanya adalah kehidupan akhirat. Kalimat ini ditafsirkan dengan beragam makna dengan kekayaan kata-kata bahasa arab dari kata “nikmat” dan beragam penjabaran pada kata “dustakan”.

Nikmat, bisa juga diterjemahkan sebagai manifestasi, mukjizat, atau kekuasaan Tuhan dalam konteks yang berbeda pada ayat-ayat selanjutnya. Sedangkan mendustakan bisa terjadi dalam beberapa tingkatan antara lain: Tidak mengakui keberadaan Tuhan sebagai sang pencipta yang biasanya kita temukan pada penganut materialisme, tidak mengakui kebenaran ajaran agama atau atheis yang belakangan semakin banyak kita jumpai, dan pada tingkatan yang lebih terselubung adalah tidak berterimakasih atas nikmat yang telah diperoleh.

Tetapi mengapa pertanyaan ini bernada negatif? Dalam bagian lain disebutkan karakter yang dominan pada diri manusia adalah makhluk yang cenderung zalim, tergesa-gesa, bodoh, banyak membantah dan mendebat, serta tidak berterima kasih. Seperti dalam surat Al Ma'arij (70: 19, 20, 21) dijelaskan bahwa manusia adalah makhluk yang cenderung berkeluh kesah, apabila ditimpa kesusahan ia mengeluh dan apabila mendapat kebaikan ia menjadi kikir, dengan beberapa perkecualian yang salah satunya adalah orang-orang yang mengerjakan sholat dan sebagainya. Itulah salah satu yang menyebabkan manusia membutuhkan penuntun dalam menjalankan kehidupannya.

Kehidupan kita selalu berputar, terkadang hal-hal yang kita inginkan tak selalu berjalan sesuai kehendak kita, selain kenyataan bahwa apa-apa yang kita ingingkan belum tentu benar-benar baik bagi diri kita. Maka seberapa sering kita mengeluh terhadap kehidupan ini dan merasa semakin tidak bahagia dari hari kehari. Oke mungkin bahasa saya terlalu negatif. Seberapa sering kita tidak bersyukur atas apa-apa yang kita miliki? Dalam bahasa yang lebih positif lagi, seberapa sering kita bersyukur atas semua nikmat yang telah kita peroleh?

Jika boleh mengeluh, saya seringkali merasa iba jika melihat berita di televisi dimana sering meliput pertikaian antar manusia karena hal-hal sepele yang dilanjutkan pertikaian antar keluarga dan antar kampung bahkan antar Negara karena konflik kepentingan. Okelah, mungkin memang sudah semestinya begitu, karena toh manusia sama-sama memperjuangkan kepentingan yang menurutnya layak diperjuangkan dan itu semua bisa berbeda-beda tergantung pada sudut pandang, latar belakang pengalaman dan pendidikan. Tapi bolehlah jika saya merasa heran pada status orang-orang yang memprotes kedatangan hujan misalnya, atau mengeluhkan sejumlah hal-hal remeh lainnya.

Bukankah sudah ditakdirkan bahwa manusia adalah makhluk yang cenderung berkeluh kesah, jadi kenapa harus protes? Benar sekali, tapi telah diajarkan juga kepada kita untuk bisa memanfaatkan potensi kita untuk lebih cenderung bersyukur daripada kufur. Menurut saya, tak apalah sesekali mengeluh, karena itu memberi ruang bagi seseorang lain dalam kehidupan kita untuk menjalankan peranannya menentramkan kita, untuk saling berbagi. Tapi jika setiap hari kita terlaru larut dalam keluhan-keluhan, rasanya lambat laun itu akan menjerumuskan kita, yang pada akhirnya bisa membuat kita lupa untuk berterima kasih pada karunia Tuhan atas diri kita.

Dalam rangka inilah, kesan saya terhadap surat yang indah ini, lebih spesifik lagi, terhadap ayat: “Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” ini, saya buat untuk mengingatkan diri saya sendiri. Agar lebih mensyukuri nikmat di sekeliling saya, lebih fokus pada apa-apa yang saya miliki, daripada terus menyesali apa-apa yang tidak ada dan yang telah hilang dari kehidupan saya. Jika suatu saat saya terlupa, apa boleh buat? toh itu bukan berarti saya tidak berusaha...