Tuesday, December 27, 2011

a tribute to Uun

14 April 21.30 WIB

“We could be so good together - morrison”
Melihat tanggal dan jam di sebelah kanan bawah komputer, mendadak teringatlah gw kepada seorang teman yang hari kelahirannya akan berulang beberapa jam lagi. Namanya Uun, biasa di tambahkan awalan “Kang” di depannya dan dilengkapi dengan akhiran “Haseup” di belakangnya. Jadi selengkapnya bisa dibaca Kang Uun Ha…ha..hatchiin, aih, kok gw jadi bersin sebelum tuntas melafalkannya?

Okelah, terlepas dari masalah pengucapan tersebut, gw sedang berpikir keras, hadiah apa yang bisa gw persembahkan bagi sobat satu ini. Apakah itu cincin emas bertatahkan permata bersulam berlian bersimbah darah? rasanya dia bukan orang yang membutuhkannya. Apakah itu sebuah mobil mewah, rumah megah, jam tangan indah? Aih, gw percaya bahwa harta benda duniawi tidak terlalu berarti baginya, zuhud cuy, disamping alasan paling utama dan sebenarnya adalah gw sendiri belum memiliki harta benda duniawi yang tersebut diatas. Akhirnya, sebagai seorang teman yang masih cenderung self centered, gw coba membongkar ingatan gw tentang manusia satu ini dan menuliskannya dalam beberapa paragraf dalam ejaan yang tidak disempurnakan. Bukankah kita bisa berkaca melalui mata seorang teman, berbicara melalui mulut seorang teman, dan makan-makan menggunakan penghasilan seorang teman.

Pertama bertemu, pada zaman dahulu kala, sewaktu manusia masih mempertahankan hidup dengan berburu dan meramu, bertemulah gw dengan orang ini. Di kelas T12. Orang sunda asli pencinta persib boi, jadi wae bahasana sunda pisan. Kalau sudah berkumpul dengan geng sesama sunda, anak baru merantau seperti gw bakalan berpikir mereka ngomongin sesuatu yang tidak bisa di makan. Asalnya dari SMU 5 Bandung, yang setiap kali berhasil meluluskan orang aneh ke kampus paling diminati sejagat raya, jurusan paling dihormati sejurusannya.

Sejak awal melihatnya, dengan cem cem celana gunung dan sweater slipknot kali ya? Pokonya yang belel ga karuan dan biasa dipakai orang-orang anti kemapanan lah, dengan walkman di telinganya yang pilihan aliran musiknya tidak lebih dari hard core, punk, british dan indie label, gw yakin banget orang ini bakal jadi temen akrab gw. Seperti prinsip kehidupan: sama angkot bisa saling mendahului, sesama pendekar di dunia persilatan bisa saling mengenali, sesama orang gila bisa saling menyayangi. Maka jadilah kita memulai perkenalan dan persahabatan.  

“Cobalah lihat itu kelakuan, disaat gw berpose memperlihatkan wajah menyesal karena tak bisa berada disebelah rahima (3 dari kiri 3 dari bawah) dia berpose dengan tidak memperlihatkan wajah sama sekali (tertutup buku kalkulus). Gw yakin itu bukan karena wajahnya tidak layak difoto, hanya sebentuk firasat bahwa dia akan mengulang kuliah kalkulus”
Sewaktu tahun pertama kuliah, hal yang gw sadari dari orang ini adalah rasa setia kawan dan rela berkorban. Setelah kudeta angkatan yang memakan korban perasaan itu, diikuti pelantikan ketua angkatan seorang febi febiola (feri bebi feri bebi olala), gw diangkat menjadi koordinator kelas dengan tidak hormat sedangkan uun diangkat menjadi wakil koordinator dengan hormat. Berjuanglah kita menghadapi ospek yang penuh belaian kasih sayang dari para senior. Gw dengan riang gembira bisa mendelagasikan tugas-tugas yang sangat berat kepada Uun yang sangat setia kawan dan rela berkorban ini, salah satunya adalah mengantarkan seorang rekan wanita ke tempat yang sangat jauh di ujung Bandung pada malam-malam yang dingin dan gelap tiga kali dalam satu minggu selama hampir setahun.
 
“Motor legendaries dengan rajah Rage Again the Machine, yang menjadi saksi perjalanan Uun yang seharusnya juga bisa menjadi saksi kisah asmaranya."
Pada tahun-tahun berikutnya dari kuliah, kita mendapat musibah ditempatkan dalam ruang yang sama karena memiliki wajah tidak ganjil. Satu hal yang saya sadari adalah manusia ini memiliki motivasi tinggi untuk menjadi orang sukses. Jika untuk menjadi orang sukses harus memiliki nilai yang baik, dan untuk mendapatkan nilai baik harus rajin belajar, maka dia akan rajin belajar. Gw sadar dia sering menghadiri kuliah dengan duduk di jajaran terbelakang seperti halnya gw atau sahrial, dan sering menghabiskan waktu dengan ngobrol tak tentu arah dan tak jelas tujuan. Tapi gw juga menyadari bahwa di rumahnya dia mengulangi pelajaran lebih banyak daripada gw, dan pada detik-detik yang menentukan seperti waktunya harus menyalin tugas dari Oscar, dia selangkah lebih maju daripada gw, dalam artian mendapatkan salinan edisi kedua, sementara gw biasanya baru edisi keempat dan sahrial edisi kesepuluh. Jika pada waktu menjelang ujian terlihat kepanikan pada wajahnya yang bertentangan dengan ketenangan pada wajah gw, maka itu hanyalah sebuah kamuflase, karena pada akhirnya nilainya sama atau lebih besar daripada nilai gw.

“ekspresi wajah penuh kamuflase seolah-olah stress sesaat sebelum ujian, dan akan segera menunjukkan kebalikannya sesaat setelah ujian.”
Kehidupan bersama uun pada masa lalu bisa diringkas menjadi sebuah judul “realita, cinta dan rock n roll.” Kita bisa mendapati banyak paradoks dalam sebongkah diri uun. Cobalah lihat julukannya semasa tingkat empat “Uun si punk belajar”. Meski wajahnya menyiratkan radikalitas pemberontakan terhadap hak-hak yang tertindas, hasil kekejaman preman yang sering memalaknya sewaktu di sekolah, tapi perasaannya yang halus mudah tergerak terhadap hal-hal yang bisa menyentuh perasaannya. Bahkan untuk masalah kebersihan, jika melihat lantai yang kotor dan tidak ada wanita berhati mulia yang sudi membersihkan, maka uun dengan serta merta akan menyapu atau mengepel.

“Lantai Himpunan yang bersih dan kinclong yang sering menang lomba kebersihan sekampus raya, menjadi pelampiasan bakat uun untuk menjadi mbok inem (gambar ini adalah asli, bukan tipuan kamera belaka).”

Tentu saja bisa kita pahami dan kita lihat niat tulus Uun dalam menjaga kebersihan tersebut dari keringat yang membasahi dahinya. Hal ini sangat berbeda dalam hal motif, dengan kasus lainnya, yang bisa kita telaah dari gambar berikut:
 
"sebentuk ungkapan perasaan yang diwujudkan dengan sentuhan dari sang abang."
Setelah membicarakan tentang struktur yang menindas ditambah realita kehidupan dan kenyataan bahwa diperlukan revolusi dalam rangka mengakhiri kebobrokan di negeri ini, melalui pemusnahan terhadap generasi tua yang korup hingga ke akar-akarnya, dia segera akan mempertanyakan mengenai perbedaan islam sunni dan islam syiah, dan kenapa bisa terjadi pertikaian diantara mereka. Gw yang mendengar celotehnya hanya menganggap ada sedikit korslet dalam system sarafnya, dan bisa diperbaiki melalui terapi dengan disembur memakai air yang sudah dibacakan mantra-mantra.

“Ritual yang dilakukannya untuk memanggil arwah leluhur”
Meski dulu dia sering memakai kaos berwarna hitam atau merah terang dengan tulisan sick freak people atau lambang palu arit di siang hari, tetapi di malam hari mengajak kami mengikuti pengajian di Daarut Tauhid. Meski kami berangkat menuju perhelatan underground yang penuh wewangian alcohol, tapi dia segera menyeru ke masjid saat mendengar azan di Salman. Semua itu hanyalah sebuah contoh agar kita tak menilai sesuatu hanya berdasarkan penampakan luar.

Jika mendengar alunan musik yang menggugah hati, seperti irama kecapi suling, maka uun yang tadinya hanya duduk dan berhaha hehe di belakang, akan segera maju ke depan panggung, segera mengekspresikan diri dan emosinya dengan tarian yang oleh seorang pakar musik kenamaan berinisial bogel, disebut sebagai tarian lebah afrika, seperti gambar di bawah ini. Gejala yang dalam pandangan umum bisa disebut sebagai trance, bersentuhan dengan alam transcendental, bahasa orang baratnya siih kesurupan kali ya. 

“ups, sorry! Gw salah memasukkan gambar, ini sih orang yang ekspresinya rada-rada ‘gimanaa gitu’ ya. Kalo ketemu orangnya nanti gw complain deh ekspresinya yang rada ‘gimanaa gitu’ itu”
 
“ini dia yang benar, yiihaa! Lihatlah gayanya yang asyik dengan tunjuk kiri tunjuk kanan ituh (kaos hitam di depan panggung)”
Jika berbicara tentang cintanya pada wanita, orang ini pasti selalu mengidam-idamkan sesosok wanita cantik islami sholehah yang anggun perilaku, tuturkata dan penampilannya, tetapi pada saat yang bersamaan juga membicarakan seorang oriental yang berambut lancip dan berwarna merah dari film-film jepang atau korea. Pada waktu-waktu ini gw ingin menyembur lagi mukanya agar segera disadarkan. Namun demikian, saat pikirannya sedang normal, dia akan menunjukkan kebaikan dan kepeduliannya kepada orang-orang di sekitar. Salah satu hal terbaik yang pernah gw dapatkan dari uun adalah sebuah sms pada suatu hari: “Don’t ever u give up for love cause u have fuckn friend” untuk menghibur hati gw yang waktu itu sedang berhati-hati. Sementara itu, gw yakin dia akan bisa memperoleh apa-apa saja yang diinginkannya dalam kehidupan yang fana ini.
“Ciluuk baa!”
Pada intinya, kehidupan sosial gw di kampus sebagian besar adalah kisah persahabatan gw dengan uun, sahrial, sofyan, agung rock, febi, dsb. Pada tingkat akhir, kebersamaan kita mulai berkurang karena harus mengerjakan tugas akhir yang berbeda spesialisasi, serta kesibukan gw berkeliling kota dengan seseorang yang terlarang untuk disebutkan namanya. Hanya pada saat makan sianglah ada waktu untuk berkumpul di dodi derita, sekedar memesan nasi goreng telur kornet yang diikuti keributan tentang siapa yang akan membayarnya, sembari menceritakan tentang ini itu itu ini yang bisa mengurangi integensia, diakhiri dengan sholat bersama di masjid yang selalu menyejukkan hati kita.

“Foto keluarga: Seragam wajib bagi Uun (kedua dari kiri atas), jaket dan celana jeans belel, tapi ada bendera merah putihnya?"
Pada akhirnya, setelah lika-liku kehidupan penuh canda duka dan tawa lara itu kita bisa menyelesaikan semua dengan baik, memulai kuliah pada hari yang sama, sidang kelulusan pada hari yang sama, dan diwisuda pada hari yang sama. Sebenarnya gw bisa lulus lebih cepat daripada uun, tapi atas dasar rasa setia kawan dan tepo seliro gw memundurkannya, oke oke, gw berbohong dengan pernyataan barusan. Takdir menentukan apa yang terjadi dalam periode itu dan setiap periode lainnya dalam kehidupan manusia, tanpa tergantung pada apakah kita menghendakinya atau tidak. Tapi suatu pernyataan yang bisa dicari derajat kebenarannya adalah, bahwa teman pada masa kuliah akan menjadi teman selamanya.

“Ekspresi kebahagiaan sesaat setelah kelulusan, lihatlah wajah yang so.. sok imut itu, menyatakan: silahkan tempeleng saya tepat di arah jari telunjuk ini, gejala masochism kali ya?”
Demikianlah seringkas lalu mengenai Uun dimasa sama-sama berkuliah dulu. Sekarang tentu saja dia telah menjadi orang yang lebih baik daripada di masa itu, karena kita semua sebaiknya begitu.

salam

(Arsip Catatan Facebook, 15 April 2010)

No comments:

Post a Comment