Friday, October 14, 2005

sumpah serapah sampah


Hari ini, maafkan aku karena apa yang kulisankan kepadamu begitu saja mengerjap. Lebih karena terlarutnya diri terhadap apa yang seharusnya dalam kendali. Menyesali, tak mudah untuknya, karena akibat yang lekatkannya pada jejak kaki ini. Pada gores-gores hati yang hampir beku, tanpa kehangatan. Bila semua ini lalu menyusun kembali rangkaian puzzle pada apa yang diharapkan, bukan apa yang sebelumnya tertera, bukankah tak bisa diharapkan setiap langkah yang itu itu saja, dan kembali pada kejatuhan yang sama.

Apakah ada guna berlari menghindar atau terbang melontarkan diri pada sisi lain kehidupan. Kecut, penakut. Terlontar sendiri bahkan sebelum yang lain membuka mulut. Kemudian, adakah memaki diri akan menambal semua keluh kesah? Sampai pada saat semua benturan membuat logika hanya berputar pada ilusi, hati terayun-ayun diawang dengan pengharapan yang terjatuh ke dasar jurang. Lalu semua bagian terserak pada lantai kelam yang membiru. Sumpah! serapah! sampah! Apa lagi yang bisa merangkum semua pernyataan ini...

No comments:

Post a Comment