Wednesday, April 13, 2005

Perjalanan Di Alam Mimpi

Semalam aku bermimpi…

Terjadi beberapa mimpi dalam satu malam. Mimpi malam ini dimulai ketika aku sudah terlelap sekitar jam 10 malam, lebih cepat dari kebiasaan. Entah kenapa, hari ini terasa begitu melelahkan. Rutinitas yang terasa seperti menjebakku dalam hari-hari monoton membuat semua menjadi semakin melelahkan.

Runutan aktivitas sebelum terlelap:

20.00: Tiba di rumah (lebih cepat dari hari-hari biasa) nogbrol-ngobrol sama abang, percakapan ringan seputar keluarga, teman dan kondisi keuangan

20.30: Ditelpon sama Bunda tercinta (I miss u so much mom…)

21.00: Bikin presentasi kondisi ekologi cilacap, ngabisin segelas teh manis dan sebatang garpit (hanya sebatang, mengingat komitmen untuk mengurangi pemasukan asap ke paru-paru)

21.40: Presentasi sudah 90% selesai, terlalu lelah untuk melanjutkan perjuangan, segera kuakhiri dengan menyetel lagu The Doors full album, menyalakan timer untuk mematikan komputer dalam 1 jam.

22.00 (mungkin) Sudah terlarut dalam mimpi-mimpi aneh.


Mimpi pertama:

Fase paling panjang, dan paling sedikit yang diingat. Mimpi ini membawaku kembali ke kampung halaman, menjalani hari-hari bersama keluarga, hari-hari gembira dan penuh kasih sayang. Hingga aku terbangun pukul 5 pagi, dan masih mengingat dengan jelas setiap ucapan dan peristiwa dalam mimpi. Kemalasan menghalangiku untuk segera menunaikan ibadah pagi. Dan akupun tertidur lagi, memulai mimpi berikutnya.


Mimpi kedua:

Fase mimpi yang cukup singkat, membawaku kembali kepada hari-hari SMP, hari-hari ceria, dengan beban yang masih belum banyak dan belum mengganjal pikiran. Bersama teman-teman lama, mulai dari beli jajan istirahat siang, ngumpul dengan teman-teman.

Salah satu adegan yang diingat jelas:
Seorang tidak dikenal, mengancam hendak memukul, entah karena apa, mungkin palak memalak, atau urusan wanita (aku lupa). Adegan berikutnya aku mendatangi orang tersebut ke kelasnya, kemudian menghajarnya dengan ancaman “Jangan diulangi lagi ya!” dan dia tidak bisa apa-apa, pasrah babak belur. (Aneh ya, mungkin ini gambaran kehidupan masa kecilku dimana emosi masih labil dan sering terlibat perkelahian).

Aku tebangun pukul 6 pagi, mengingat dengan jelas mimpi ini, dan melupakan mimpi fase sebelumnya. Segera melaksanakan sholat subuh dengan injury time nya. Setelah sholat berbaring lagi, sambil mengingat mimpi yang baru kualami, dan ternyata aku malah memasuki mimpi berikutnya.


Mimpi ketiga:

Fase mimpi yang jarang terjadi, dengan tidur sebentar langsung mengantarkanku kepada hari-hari di SMU. SMU Titian Teras Jambi, sekolah asrama dimana kehidupanku dipaksa untuk teratur dalam semua hal. Aku memulai kembali dengan permulaan masa-masa SMU, membereskan pakaian dalam lemari, kemudian berbaris, kemudian upacara pagi, dengan panik, karena ikat pinggang belum di brasso (digosok dengan cairan dan kain hingga warnanya menjadi keemasan den mengkilat) dan terancam hukuman push up atau lari beberapa keliling. Setelah upacara dilanjutkan dengan makan, tetapi aku kembali ke barak dan membereskan pakaian dalam lemari dan membrasso ikat pinggang, akupun terbangun. Mungkin ini gambaran masa smu ku, dengan sekian kesulitan yang kualami untuk menyesuaikan diri dengan disiplin semi militer yang ada.

Kulihat ukuran waktu pada hp, masih pukul 7 pagi, masih ada beberapa jam untuk kuliah jam 10. Akupun tertidur lagi, lagi…


Mimpi keempat:

Fase mimpi yang terakhir. Aku berada pada masa-masa kuliah. Masa-masa aktif berorganisasi dan mengalami masalah dengan cinta. Ada seorang wanita yang aku berusaha keras untuk tidak menyukainya, menjadi pusat aktivitasku dalam mimpi ini. Semua mimpi ini tentang perasaan ku yang menjadi aneh karena dia. Aku dibakar cemburu ketika dia dekat dengan orang lain. Kenapa harus, padahal aku sudah berusaha untuk tidak jatuh hati padanya. Akupun terjaga. Pukul 8 pagi.

Hari ini akan sangat tidak produktif jika aku masih melanjutkan perjalanan di alam mimpi. Kuputuskan untuk mengakhiri semua mimpi dan kembali kepada realita. Meski mimpi-mimpi itu masih saja membayangi.

Aku teringat pada sebuah buku yang pernah aku lihat di Tobucil. “DIARY MIMPI” Sebuah buku aneh dengan pengantar beberapa halaman, kemudian sisanya berupa halaman-halaman kosong yang tebal. Petunjuk yang tertera pada buku itu: “letakkan buku ini diatas tempat tidur dan begitu terbangun segera catat mimpi anda pada buku ini.” Distro abis. Cetakan terbatas. Aku memutuskan untuk membeli keesokan harinya dan mendapati buku itu sudah tidak ada, dan tidak di produksi lagi. Dasar nasib… Dalam situasi seperti ini, dimana begitu banyak mimpi aku alami dalam satu malam dan tak mampu mengingatnya, mungkin buku itu akan sangat bermanfaat.

Aku suka bermimpi, tapi tak ingin terlena, atau terbebani karenanya.

3 comments: