HMS, 20 Februari 2005
23.00
Beberapa hari ini banyak kegiatan yang membuat badan mengalami degradasi energi. Aktivitas rutin dalam perjalanan menyambut mimpipun terabaikan selama beberapa hari, hingga malam ini.
Sebuah malam dingin dimana tetes hujan yang jatuh diatas genting menyuarakan nada jazz dengan denting organ berbunyi tik tik tik... Stiffness. Udara malam membuat manusia cendrung menghabiskan setiap detik yang berharga dengan bercinta dibawah selimut tebal. Bagi yang tidak kuasa mengkondisikannya, memilih untuk menghabiskan secangkir kopi panas, dan menghidupkan cahaya dari tembakau yang terbakar. Caffein dan Nikotin, kombinasi yang pas untuk menemani kesendirian dalam dingin malam. Pasangan yang juga serasi untuk sekedar berkumpul bersama teman dan berbagi berbagai nostalgia.
Kecanggihan teknologi informasi untuk mengakses dunia maya tanpa batas, beserta teknologi yang mendukung untuk membajak karya-karya the doors dalam wujud yang bisa diterima telinga membuat diri tak hendak untuk melewatkan malam. Garpitpun kembali menyala, memperdengarkan suara "kretek kretek" yang menari indah di telinga.
"Terlambat sudah kau datang padaku...
Setelah kau dapatkan penggantiku..."
Sial!!! Suara apa itu. Menoleh kebelakang, dan mengalirlah serangkaian respon syaraf mata kepada syaraf otak untuk kemudian diproses.
Laporan pandangan mata:
" Si Gustaf, Obhe, dan Joli, beberapa perantau yang menemukan komunitas yang tepat di HMS dalam rangka mengkumandangkan tembang-tembang kenangan dalam wujud suara yang masih diragukan untuk dikategorikan sebagai bunyi. 'Koor yang fales'. Syaraf-syaraf telinga melaporkan hasil analisisnya. Tapi semangat mereka patut dikagumi. Karakter yang dibawanya lebih indah daripada suara yang dikumandangkan. Penuh keceriaan, seperti sekumpulan burung yang bernyanyi, terbang bebas dari segala beban kehidupan yang membuatnya selalu menyentuh bumi."
Apa boleh buat, bait-bait puisi Jim Morrison harus terhenti sejenak. Mengizinkan serangkaian tembang kenangan mengganti posisinya.
00.00
Sukurlah. Sekelompok Pria Lapuk dari tanah Batak tadi telah terbang ke alam mimpi mencari nostalgianya di atas sana. Tak lagi bernyanyi. The Doors kembali menunjukkan kuasanya.
Hati ini kembali sepi, mengingat belahannya yang entah ada dimana. Hanya Garpit dan Morrison yang setia menemani. Serangkaian saraf pengecap berusaha memberi kontribusi dengan mencerna teh dan susu dingin yang membentuk kombinasi yang tak lagi sempurna. Seperti potongan puzzle yang tidak menemukan tempatnya.
Serangkaian nada yang belum bisa digolongkan kedalam rock n roll, blues, atau jazz kembali menggema. Mengantarkan lyricsnya untuk berusaha dicerna.
"Before you slip into unconsciousness
I'd like to have another kiss
Another flashing chance at bliss
Another kiss
Another kiss
The days are bright and filled with pain
Enclose me in your gentle rain
The time you ran was too insane
We'll meet again
We'll meet again
Oh tell me where your freedom lies
The streets are fields that never die
Deliver me from reasons why
You'd rather cry
I'd rather fly
The crystal ship is being filled
A thousand girls, a thousand thrills
A million ways to spend your time
When we get back
I'll drop a line"
Kelelahan menatap cahaya putih yang terpendar dari sebentuk (mungkin) kotak di depan, mata berusaha mencari sekumpulan cahaya lain untuk dikumpulkan kedalam retina.
Laporan pandangan mata:
"Sesosok Gillmar sedang menyuarakan dengkuran halus, dengan perut yang tak berhenti turun naik, memperlihatkan lemak yang dikandungnya seraya berusaha menangkap udara dan membuangnya kembali."
"Sesosok Binjai tergeletak dengan posenya, yang menunjukkan pembelaan diri terhadap dunia, manyatakan bahwa dirinya tak berdosa. Tak ada yang bisa membuktikan dia berdosa saat menatap seraut wajah polos seperti bayi yang seperti berharap bisa melalui hari esok dengan tetap tertawa dan riang bernyanyi."
Oy, Surius dulu Binjai!!! Hati ini tetap mencoba memberikan dakwaannya.
01.22
Layar HP yang belum beraneka warna berusaha melaporkan waktu yang diingatnya. Setelah seharian tidak memperdengarkan suara SMS masuk, yang setidaknya berisi "Yows, pa kabar?".
Peranannya tak lagi terasa.
Lyrics The Doors kembali mengisi sekian detik dalam lamunan
"There will never be
Another one like you
There will never be
Another one who can
Do the things you do, Oh
Will you give another chance?
Will you try a little try?
Please stop and you'll remember
We were together
Anyway
All right!"
Sebatang Garpit kembali memberi sumbangsihnya.
Sekumpulan memori kembali mengisi pikiran, belum rela meninggalkannya dalam keadaan kosong. Entah kapan kekosongan itu bisa datang dan memberikan kebahagiaan menikmati hadirnya gambar-gambar baru yang tak lagi datang sejak melalui hari-hari statis, yang membuat sepasang kaki seolah-olah berjalan dalam lingkar labirin.
"Tek tek tek"
Sepasang telinga melaporkan getaran yang ditangkapnya, seraut wajah Pak Jhon menyumbul dari balik pegangan tangga.
"Mbi, Ntar klo sudah, panggil aku ya..."
"Oke" Mulut refleks berucap. Meski rasio menyimpulkan, entah kapan explorasi ini akan selesai.
Pak Jhon, sesosok Pria jantan, yang dengan potensi yang sesungguhnya melebihi batas pemikirannya, merupakan suatu figur yang menarik. Kemampuannya bercerita dan bergaul membuatnya mudah diterima berbagai angkatan dibawahnya. Meski itu mungkin sedikit banyak disebabkan oleh ditinggalkannya dirinya oleh rekan-rekan seangkatan yang telah lebih dulu menyelesaikan kuliah. Tapi Maret besok Pak Jhon lulus, hati ini turut bergembira untuknya, tetap mendoakan semoga beliau bisa melengkapi status kelulusannya dengan PW. Meski demikian kapasitas otak yang terbatas telah berikrar untuk terus berjuang mengoptimalkan potensinya untuk tidak mengalami nasib seperti halnya Pak Jhon. 5 1/2 tahun perkuliahan. Laah, kenapa jadi nyeritain Pak Jhon ya??
02.15
Waktu kembali menunjukkan ukurannya, mengingatkan bahwa dirinya tetap bergerak meski banyak orang mengacuhkannya. Berputar mengikuti jalurnya tanpa pernah mengeluh. Kadang terbesit cemburu dengan kemampuannya menjajaki lingkaran tanpa pernah merasa bosan.
Lagu The Doors sejenak tergantikan oleh Dewa19. Sebelum kau terlelap.
"kuharap kau lepaskan sejenak
riak lakunya
sebelum kau terlelap
Lagu ini elus hati
Timang segala sedihmu
Sebagai suatu redam perih sebagai sampul diriku...
Yang kau sayang
Selalu saja terbitkan nurani
Diperihnya langkahmu
Pejamkan matamu
Sandarkan bebanmu
Masih ada yang lain
Sebelum kau terlelap..."
Mungkin sudah saatnya untuk memejamkan mata.
"Pak Jhon, aku udahan nih..."
Musik The Doors, dengan lyrics nya yang masih belum tercerna kembali mengalun.
Layar mulai tertutup, menanti untuk dibuka kembali pada pertunjukan dihari esok.
ZzzZZzzZzzzz....
ciee akhirnya blogging juga :) eh ternyata abang emang sering begadang sampe malem bgt ya.
ReplyDeleteada saran nih, blog nya abang d kasih guestbook deh, biar kita bisa ninggalin jejak :)
ok deh happy blogging ya, awas kena blogacholik *kosakata karangan sendiri* ;)
eh kalo ada perlu, cari aja aku disini or di fs juga bisa :)
see ya
wah, akhirnya memang kena blogacholic nih.. :D
ReplyDeletethanks atas sarannya buat guestbook..