Saturday, February 19, 2005

Perjalanan Kerja Praktek: Menuju Suramadu

Sebagai mahasiswa yang hendak menjalani semester tujuh, maka Yow dan rekan-rekan seangkatan harus melalui suatu tahapan perkuliahan yang dinamakan Kerja Praktek. Perjuangan untuk melalui Kerja Praktek ini dipenuhi oleh aral melintang yang selalu hadir menguji mental, masa-masa yang menjengkelkan bagi sebuah perkuliahan. Tapi tetap merupakan sebuah kenangan untuk dinikmati.

Partner KP
Memilih Partner KP yang tepat sama dengan menentukan masa depan, kesalahan memilih, berarti masa depan yang suram. Dan itulah yang Yow alami ketika berkata
“Yal, partner KP lo siapa?”
“Belum ada, kalo elo?”
“Belum ada juga, kalau begitu gimana kalo kita satu kelompok aja”
“Sepakat”Help me!!!

Perasaan kita berdua termasuk orang dengan gelaran termalas dalam mengerjakan tugas, yang setiap sehabis ujian baja ngetok2 kosan Cok Gus, ato Insan untuk menyamakan jawaban take home kuis, yang kalo ada Kuis langsung bersahabat dengan Oscar yang master segala bidang, yang begitu mo ujian sibuk meminjam catatan Eliza untuk di copy, yang begitu jam kuliah selesai, langsung nongkrong di kursi sipil atau Boulevard untuk ngecengin cewek2. Bagaimana bisa kita berdua memutuskan untuk menjadi satu kelompok?Ada beberapa kondisi yang menyebabkan hal tersebut, teman-teman segeng, seperjuangan, si Sopyan yang keliatan jenius dari botak di kepalanya ternyata sudah berpartner dengan si Ferry yang jenius juga meski itu ditunjukkannya dengan IPnya tidak begitu besar. Si Uun yang meski tidak jenius, tapi punya otak encer, rajin dan memahami betul ilmu pertanahan hingga menjuluki dirinya Haseup si Raja Tanah, dikabarkan telah berpasangan dengan si Jogja yang geblek, jadi tidak bisa dimintai berpartner. Si Adi kacrout yang lumayan berprestasi, telah memilih Ntong Veldman untuk berpartner. Si Oscar yang jenius, sudah dimanfaatkan oleh Roni yang taunya cuma cara memfoto yang baik dan belum tentu benar. Si Agung yang Brother banget, udah pindah jurusan. Keadaan mulai mengkhawatirkan, dimana semua orang yang prospek untuk dijadikan partner telah memiliki pasangan. Yow berpikir keras… Termenung… Kemudian melihat ke sebelahnya, seorang teman, yang juga belum mendapatkan partner. Yow memalingkan wajah, berharap yang dilihatnya hanyalah ilusi... Kemudian melihat lagi ke arah tersebut. Tetap saja, yang ada disana hanyalah seorang sahrial, apa boleh buat... terjadilah sebuah percakapan yang menentukan masa depan tersebut.

Pra KP, Menuju sebuah KP Perjuangan
Pengurusan TranskripBersama Sahrial, telah diputuskan untuk KP di Pembuatan rel ganda di sekitar Jogja. Pembagian tugas, rial mengurusi pengurusan KP diluar Bdg, dan Yow di dalam Jurusan.Suatu hari, Yow harus meminta transkrip sebagai syarat KP. Pengurusam tramskrip yang cepat bisa menjadi sebuah awal yang baik bagi perjuangan kedepannya. Yow menemui Pak Dede si buncit, di ruangannnya.
“Pak, mo minta transkrip buat syarat KP”
“Oh, formnya taruh dibawah aja, biar bareng sama yang lain”
“Oh, iya, makasih pak”
Keesokan harinya (Jumat), Liat ke Jurusan, belum ada transkrip yang keluar. Sial! Apa aja sih kerja si Buncit? Selentingan yang beredar menjanjikan transkripnya akan selesai Sabtu pagi. Sabtu pagi pukul sembilan saat yow ke Jurusan, sial! Belum ada juga.Satu jam berikutnya saat Yow kembali melihat ke Jurusan,
“Sial! Transkripnya gak di proses karena alamat pada form permohonannya belum lengkap.” Maka Yow memperbaikinya untuk memohon transkrip kembali, ketika telah selesai memperbaiki dan berjalan keatas lewat tangga (lewat manalagi?) tiba-tiba pak Dede turun dari ruangannya, berpapasan di tangga.
“Pak, mo ngurus transkrip buat KP pak, tadi isiannya belum lengkap…”
“Oh, Komputernya sudah dimatiin, besok ajah!” katanya tak bersalah…ekspresi yang, klo lagi dipasar tanah abang, akan mendapat sebuah tempeleng gratis.
Damn!!! dalam hati…
Senin berikutnya baru transkrip keluar. Beberapa hari kemudian Surat KP pun keluar, disambut dengan wajah sumringah seorang Yow. Giliran Rial bertugas menyelesaikan urusan KP diluar Jurusan, ke tampat KP.

Pengurusan Proyek
Rial berusaha menjalankan tugasnya, kebetulan orang tuanya memiliki teman yang bekerja sebagai Pimpro sebuah proyek pembangunan rel ganda Solo-Jogja. Rial berangkat ke Jakarta untuk menemui Pimpro tersebut berbekal surat permohonan Kerja Praktek ditangannya. Menunggu sekian lama, sebagaimana layaknya seorang tidak penting, berusaha menemui seorang yang dianggap penting, dan oleh orang yang tidak penting yang bertindak sebagai bawahan orang penting tadi disuruh menunggu di sebuah kursi yang menjadi penting karena bisa digunakan untuk melewatkan beberapa jam kedepan.

Hari menjelang sore, setelah dikonfirmasi ulang, mendapat berita bahwa orang yang dicari tidak bisa ditemui hari ini. Keesokan harinya, Rial melalui serangkaian aktifitas yang seperti dejavu dikepalanya, kemudian mendapat kabar bahwa proyeknya baru sampai pada tahap pengurugan tanah, pembangunan rel baru dilaksanakan awal 2005. Rial tertunduk, dengan segala ekspresi yang menyiratkan “why, why, why…”

Tidak bisa mendapatkan tempat yang sesuai dengan tujuan KP di surat permohonan, merupakan isyarat harus memulai kembali semua proses dari awal. Teman-teman sejurusan sudah mendapatkan tempat, dan memulai KPnya. Seorang rekan bertanya
“Eh, giman KP kalian? Kapan kalian berangkat ke Jogja?”Dijawab
“Aakh… Pertanyaan yang susah untuk dijawab… NO COMMENT”

Yow dan Rial menetapkan target proyek baru. Proyek pembangunan Jembatan Suramadu. Seorang saudara dari ayah Sahrial yang bekerja di PU pusat memiliki hubungan dekat dengan Pimpro Proyek Suramadu. Pimpro Suramadu telah menyetujui Yow dan Rial untuk KP disana. Tinggal menunggu surat dari jurusan.

Pengurusan surat KP kedua di jurusan ternyata memakan waktu dan emosi yang terlalu berlebihan. Harus mendapat surat penolakan dari proyek pertama, yang belum dimiliki oleh mereka. Sementara waktu liburan tinggal sebulan lagi. Maka Yow dan Rial memutuskan untuk melakukan sedikit tindak kejahatan. Dan segera mendapat surat balasan dari proyek.

Searching for The Pembimbing KP
Pengurusan KP yang berlarut-larut bisa berpengaruh besar terhadap kesehatan jiwa mahasiswa KP. Hal ini berhubungan dengan pembimbing KP. Pasangan yang telah mendapatkan tempat KP akan langsung mamboking dosen pembimbing yang difavoritkan. Yang baik dalam hal nilai, tidak susah ditemui, tidak bikin susah dalam asistensi.

Yow telah melakukan pencarian dosen dengan semangat 45. Beberapa hari berlalu tanpa mendapatkan Dosen. Yow dan Sahrial menghadap ke pak Wayan di PPAU. Menanyakan kesediaannya...
”Kp nya bukan di bagian pondasi ya, saya kebetulan masih memiliki mahasiswa TA, cari dosen lain aja dulu, nanti kalau tidak ketemu dosen lain, baru hubungi saya...”
Selanjutnya pencarian di lakukan Yow seorang diri, karena partnernya pergi ke Surabaya. Yow memutuskan untuk menghadap ke Pak Sahril di Gedung annex, menunggu hingga lumutan, orang yang ditunggui begitu sibuk dengan tamunya sehingga tidak bisa melayani mahasiswa. Yow pulang dengan tangan hampa.

Alternatif lain, Pak Rizal Tamin. Begitu dicari di kantornya, sekretarisnya mengatakan,
”Wah, pak rizal itu sibuk, sekretaris MWA, suka bepergian keluar kota. Mahasiswa yang TA dan KP nya diurusin beliau tahun kemarin pada susah selesainya...”
Belum putus asa, Yow menghadap ke Pak Legowo, dosen yang terkenal karena kebaikannya dalam memberikan nilai. Mendapatkan restunya, maka bersorak-sorak bergembiralah hati Yow. Kemudian segera menghadap ke bu Tiktik selaku pengurus KP dari departemen.
”Bu, saya sudah menghubungi pak Legowo, katanya bersedia menjadi pembimbing saya.”
”Lho, bukannya pak legowo belum bisa membimbing karena mahasiswa KP nya yang semester lalu belum selesai?” Bu Tiktik seolah-olang mengambil sebuah pisau, kemudian menusukkannya ke sebuah hati yang penuh harap. Damn!

Tiba-tiba muncul seraut wajah memasuki departemen, yang seharusnya tidak muncul pada saat itu, wrong time, Pak Juned.
”Nah, ini ada Pak Junaidi, beliau belum ada yang dibimbing,kalin bimbingan sama Pak Junaidi saja.” Ibu Tiktik mengambil tombak empu gandring dan menambahkan tusukan di bekas pisau yang dulu telah bersarang dengan ucapannya.
”Oh, iya, gimana, boleh pak, kita bimbingan sama bapak?” Terpaksa terucap, berdoa dalam hati semoga tidak mendapat jawaban ”iya”
”Hmm, boleh-boleh saja.” Jawaban yang tidak diinginkan, pemilihan alphabets yang berbeda...Maka resmilah kami memiliki soorang pembimbing yang paling di hindari di seantero sipil. Mimpi buruk bagi mahasiswa yang menjalani KP.

To be continued

No comments:

Post a Comment