Sunday, November 27, 2011

30 days of drawing part II


Day 11: Something you want today
"a smile" 
Hari ini, rindu pada senyum seorang wanita yang bisa membuat hati tentram. Seperti di gambar ini, gambar teman sekelas, sudah ada cincin yang melingkar di jari manisnya. 

 Day 12: Your breakfast today
"Fried rice of broken heart"
Memang gambar ini agak sedikit mirip amuba, padahal sebenarnya ini adalah nasi goreng. Dimasak oleh Chef Kiki sesuai dengan spesialisasinya, atau keahlian satu-satunya. Ditaburi potongan-potongan hati yang membuatnya lebih lezat. 

 Day 13: Scenery
"An old gloomy Parkinson Building @ university of Leeds"
 Kebanyakan pemandangan di Leeds adalah gedung-gedung tua dengan nuansa kelabu. Ini adalah trademark The University of Leeds, gedung yang merupakan perpustakaan, pusat bahasa, serta galeri seni, namanya diambil dari nama salah seorang peneliti di bidang ekonomi (kalau tak salah).

 Day 14: Your favourite fruit
"Apple"
Tentu saja, adalah apple buah favorit, buah ilmu pengetahuan, yang kabarnya menjadi penyebab Newton menemukan teori gravitasi, juga menjadi merek dagang produk elektronik berkelas yang sayangnya belum ada satu produk pun yang dibeli, bukan karena tidak bisa membeli, tapi karena belum ada keperluannya. 

 Day 15: Just drawing (anything you want)
"My self"
Diambil dari gambar lama, diri sendiri. Bagaimana rasanya menggambar diri sendiri? rasanya ya seperti ini, agak sedikit narsis. 

 Day 16: your turning point in life
"13 Desember 2009, No Distance Left to Run"
Menyanyi lagu Blur di atas batu karang di tepi pantai. Sampai di ujung jalan, harus pulang, mengevaluasi lagi hidup, membuat mimpi-mimpi baru.

 Day 17: your favourite superhero
"Kenji Goh, by Ryuchi Matsude and Yoshihide Fujiwara"
Ini dia tokoh idola, seorang anak SMA dari Jepang yang merantau ke negeri Cinta untuk mencari kakeknya yang hilang, akhirnya mempelajari berbagai kungfu yang utamanya adalah Kungfu Delapan Mata Angin. Sifatnya jujur, pantang menyerah dan berjiwa ksatria. 

 Day 18: Your signature
"It's actually a guitar"
Karena waktu SMA sempat bercita-cita jadi gitaris dan membuat band tenar, jadilah tanda tanganku mengikuti bentuk gitar. Gitar Ibanez warna hitam Kurt Cobain, suatu saat masih pengen punya. 

 Day 19: Your dream last night
"All the strange dreams"
Mimpi-mimpiku selalu aneh, selalu berbeda dari hari kehari, kalau diceritakan dalam bentuk sinetron entah sudah berapa episode yang tayang. Kali ini mimpi mendapat ikan di sungai, naik motor beramari-ramai, berkelahi dengan dikeroyok segerombolan orang, serta ditutup dengan acara makan.
 Day 20: Your favourite animal
"Happy and peaceful cows on a green grassland"
 Menyenangkan melihat sapi-sapi yang hidup dengan damai di padang rumput hijau yang luas, entah apa yang ada di pikiran para sapi ini. Tentunya mereka tidak berpikir bagaimana mencari makan dan penghidupan buat esok hari.

Sunday, November 20, 2011

Sekapur Sirih Pernikahan Sahabat

Boi,
Semoga keselamatan dan kesejahteraan senantiasa bersama kita boi.

Berdebar hati awak, ketika sepucuk suratmu itu tiba boi. Telah awak buka surat itu, surat undangan itu yang telah sekian lama kita nanti-nantikan, yang menandai titik baru dalam hidupmu boi. Hari ini, engkau bukan lagi dirimu yang dulu boi, engkau akan mengikat janji, seperti di pilem-pilem dan lagu-lagu itu boi. Seperti teman-teman kita yang terdahulu, dimana kita menghadiri undangannya.

Jika ditanyakan pada awak kapan akan menikah, maka akan awak jawab menunggu Firman. Jika ditanyakan padamu kapan akan menikah, maka akan kau jawab menunggu Wahyu. Sehinggalah dikala itu, di musim kawin yang lalu, terucap juga kutukan dari salah seorang teman kita, kenapa tidak kita berdua menikah saja? Sekarang boi, ketika ditanyakan pada awak pertanyaan itu, apatah lagi jawaban yang bisa awak berikan boi.

Mendadak teringatlah awak pada bermacam pengalaman yang pernah kita lalui, dari pelosok negeri, penjuru sungai, hutan, bukit dan lautan, yang pahit-pahit dan asam-asam, entah kenapa boi, kenangan denganmu jarang terasa manis. Sejak lama kita berteman boi, sejak pertama mendapat seragam merah putih itu.

Kalau saja waktu itu, waktu kita berenang di sungai Auo, berayun dengan akar yang menjuntai, kita terbawa arus yang deras karena konstruksi pada alur sungai, tentu kita telah hilang ditelan zaman boi.

Kalau saja waktu itu, waktu kita bermain bola di lapangan tak berumput, bola yang sedang diam itu kena engkau tendang boi, mungkin engkau sudah akan jadi timnas garuda sekarang.

Kalau saja waktu itu, waktu memancing ikan di sungai kecil di hutan liar di ujung dunia yang kita tempuh dengan berjalan kaki berpuluh kilometer itu kita mendapat ikan boi, mungkin kau sudah akan menjadi seorang nelayan sekarang.

Kalau saja waktu itu, buku cerita yang kita tulis sambil mengabaikan pelajaran berhitung itu tidak ditangkap ibu Liliyanti, mungkin kau sudah menjadi penulis Laskar enam belas sekarang ini boi.

Kalau saja waktu itu, sewaktu mencari buah kemang di pohon tetangga itu kau tidak bertemu Dedek Kusnadi, mungkin pikiranmu tidak akan terganggu seperti ini boi. Bahwa pikiranmu terganggu, sudah lama awak sadar sepenuhnya. Sejak kau bilang akan menjadi presiden untuk menggantikan Pak Harto idolamu itu. Saat itu, kupikir tali enam mu hampir putus boi.

Semua itu boi, hanya sedikit dari kemungkinan-kemungkinan, pilihan-pilihan dan pengalaman-pengalaman yang telah kita lalui. Meski tak pernah kita ketemu kata sepakat kecuali untuk hal-hal kecil tidak relevan yang berhubungan dengan Dedek Kusnadi yang kehilangan tali enam, Nopi Kohirozi yang perlu mentraktir empek-empek, Ichin dan Andi yang lumayan kribo, Adeks yang perlu mensuplai roti untuk pertandingan catur, serta Arman dsb, tak ada dari hal-hal itu yang esensial. Namun tak bisa dipungkiri, bahwa engkau adalah salah satu kawan terbaik yang awak punya boi, salah seorang jenius yang awak kenal, tidak salahlah jika engkau menjadi juara umum No.2 seSMP enam belas itu boi. Mari kita asumsikan saja bahwa orang-orang tidak akan menanyakan siapa terbaik no.1 nya..

Sungguh boi, sungguh benar berita yang disampaikan oleh Quran yang kita baca ini boi. Bahwa telah diciptakan pasangan-pasangan untuk segala sesuatu, untukmu pasanganmu. Meski untuk menemukannya pergi juga kau meninggalkan kampung halaman yang jalan-jalannya berlubang sedalam-dalam jurang, yang tanjakannya tidak dihitung oleh insinyur itu boi, menuju kota yang semanis masakan-masakannya ini yang salah seorang penghuninya memikat hatimu. Saat berpamitan, kau kan mencari ilmu, katamu boi. Ternyata selain ilmu ada hal berharga lain yang kau dapatkan, sebuah pembuluh rindu.

Jalin-menjalin dengan waktu, tangan takdir itulah yang telah membawa kita menjadi kita hari ini boi, menjadi engkau, yang sehari ini menjadi raja. Takdir boi, keberadaan kita, keberadaan manusia, sesuatu yang sudah seharusnya tak habis-habis menjadi penyebab rasa syukur kita.

Tentunya engkau sudah hampir lupa pada kutipan dari Hirata (2010) ini boi.. "..betapa memilukan keadaan kami. Dua orang bujang lapuk yang tak mampu berbuat apa-apa selain mengasihani diri sendiri, terpojok di sebuah kamar losmen murahan, di antara kecoak yang berseliweran, gemeretak bunyi tikus, dan gelak tawa para pelaut mabuk di lantai bawah."

Sebentar lagi salah seorang dari bujang lapuk itu akan mengalami transformasi menjadi seorang pemimpin keluarga boi, sungguh bahagia sekaligus sedih hati awak boi, bahagia karena akhirnya satu langkah maju akan kau tempuh untuk membuat hidup lebih bermakna dan sedih karena tinggal seorang saja kini yang terpojok di kamar itu, yang tak mampu berbuat apa-apa selain mengasihani diri sendiri.

Setelah hari ini, tentu awak harus menahan diri dari mendadak muncul di depan pintu rumahmu boi. Untuk segera beredar mencari Syahril yang hilang. Untuk segera meluncur menuju rumah guru mengaji kita. Untuk segera meminta jatah preman dari juragan timah. Atau untuk sekedar mendiskusikan hal-hal remeh seperti relevansi integrasi partisipasi indomi dalam birokrasi dan realisasi desentralisasi. Baiknya saat itu awak nyanyikan saja lagu DLloyd boi, Oh dimana, oh dimana kawan dulu, yang sama berjuang.

Setelah hari ini, kau adalah seorang pemimpin keluarga boi. Awal dari sebuah babak baru dalam kehidupan, hal baru bagimu boi, tentu kau masih harus belajar banyak untuk itu. Caramu mendidik kucing berbulu kuning dengan system militer itu, yang kau tuduh berbulu tapi tidak mau mengaku, dengan kepalan tangan di perutnya, agaknya tidak relevan untuk diterapkan boi. Soal yang satu ini awak pun tak punya pengetahuan, ada baiknya mendengarkan petuah dari ninik mamak dan tuo tengganai di kampung kita.

Ah, sungguh boi, sungguh besar penyesalan awak karena tidak bisa hadir untuk memenuhi undangan ini. Tentulah engkau maafkan awak, karena sedikit banyak ketidakhadiran ini disebabkan oleh satu dan lain hal seperti geografis, sosialis, politis dan ekonomis. Variable-variable itu boi, seringkali berada di luar kuasa kita. Namun, tentulah obat bagi penyesalan ini hanya jika doa dan restu awak bisa sampai:

Agar penikahan ini diberkahi Allah SWT.

Agar keluarga besar yang menyelenggarakannya berbahagia, dan keluarga yang akan didirikan ini menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Yang bisa membuat hatimu tentram, yang penuh cinta dan kasih sayang.

Agar kelak keluarga ini dapat memberlangsungkan keturunan yang sholeh dan sholehah yang membawa kontribusi positif pada bangsa dan negara ini, yang membawa kebaikan bagi umat dan mencegah manusia dari semakin banyak berbuat kerusakan di muka bumi.

Semoga keselamatan dan keberkahan senantiasa bersama kita boi.
aamiin..

Catatan:
Tentunya boleh awak asumsikan bahwa system klakson otomatis berbunyi saat ada wanita cantik di pinggir jalan itu sudah dinonaktifkan dari moda transportasimu..
Satu lagi boi, dengan resmi keluarnya dirimu dan beberapa anggota yang selama ini sangat kontributif bagi Persatuan Bujang Lapuk Nasional (PBLN), maka awak perlu merombak struktur organisasi dan mulai akan memperluas jaringan hingga mancanegara..

Wahyu
Leeds, 20112011.

Sunday, November 13, 2011

30 days of drawing part I

day 1: about your self 
"i'm so sleepy..." 
Belakangan ini sering sekali mengantuk di dalam kelas, untuk membuang kantuk akhirnya menggambar di buku catatan, sebentar gambar selesai dan kantuk pun hilang, aku ketiduran...

Day 2: your hobby
"eat-books"
Sebenarnya ada banyak hobi yang kumiliki, salah duanya adalah makan dan mengoleksi buku. 

Day 3: your family
"grandma n her peaceful sleep, there will be no me without my beautiful grandma.."
inilah nenek favoritku, yah... sebenarnya inilah nenek satu-satunya yang kupunya, nenek dari ibu. Sementara nenek dari ayah sudah tiada sejak ayah lima tahunan. Biasa dipanggil mbah, mbahku yang ini orangnya senang ngobrol, pekerja keras, disukai banyak orang. ini adalah ekspresinya saat tidur, menopang kepala dengan tangan. 

Day 4: your favorite place
"up on the hill"
tempat yang paling kusuka, tak ada yang tempat lain dalam pikiranku selain di atas sebuah bukit di dago atas. suatu tempat di bawah pohon, dimana kita bercerita tentang apa saja dengan bebas, sambil melihat peradaban manusia yang menyemut jauh di bawah sana. masa-masa itu salah satu bagian yang paling indah dalam hidupku.
Day 5: your favorite food
"shaun the soup"
domba atau kambing adalah salah satu favorite, saat umur masih muda dan belum ada larangan untuk makan itu, tentu harus diambil setiap kesempatan. Salah satu yang paling terkenal adalah sup kaki kambing pak udin di jalan depan bunderan UGM.
Day 6: your best friend
"laugh"
Sebenarnya ada banyak teman terbaikku dalam masing-masing fase hidup. Teman yang satu ini salah satu favoritku, karena tawanya yang lepas. Tipikal tawa yang menular, penyebar tawa, penyebar bahagia. Itu adalah salah satu manfaat memiliki teman.

Day 7: your inspiration
"the music of jim morrison"
Aku tau, sebenarnya pribada Jim Morrison bukanlah teladan yang baik. Tapi musiknya tetap yang paling sesuai dengan telingaku. Menemani selama bekerja dan belajar juga pengantar menuju mimpi-mimpi, definitely the best music in the world of all time. 

day 8: your favourite sport
"Chelsea"
yah, itu bukan sepakbola yang aku suka, tapi chelsea. aku jadi menyukai menonton bola karena menyukai Chelsea, kesukaan terhadapnya muncul begitu saja dengan alasan yang aku tak tau apa. setelah kupikir sering-sering, mungkin karena ini salah satu tim yang berjuang untuk menantang dominasi Manchester United di Liga Inggris, tim yang belum mapan.

day 9: something you like
"bunch of books"
salah satu obsesiku adalah memiliki perpustakan pribadi. di dalamnya akan ada berbagai buku tebal seperti tafsir Al Misbah, Biografi Nabi SAW, sejarah, filosofi, agama serta sastra. Potret tokoh nasional yang berdiri di depan lemari penuh buku kelihatan sangat intelek bagiku, sangat berkelas dan elegan.

day 10: someone you miss
"my beloved father (1953-2010)"
Ayahku, semoga keselamatan dan keberkahan dari Allah SWT senatiasa bersamanya. Sejak dia pergi, tak ada hari yang berlalu tanpa mendadak bayangan wajahnya muncul di kepalaku. Ayah, dalam hening sepi ku rindu...

Saturday, November 05, 2011

puisi (karya mengiring umur)


Karya tulis seseorang bisa menggambarkan bagaimana perjalanan hidupnya. Jiwa manusia berubah seiring umur, ada yang mengerdil ada yang membesar. Bagi seorang penyair, dengan puisinya yang merupakan ekspresi jiwa, jiwanya bisa terbaca dengan syair-syair yang digubahnya.

Tanpa bermaksud mendaulat diri menjadi penyair, mungkin hal ini juga berlaku pada puisi-puisi yang pernah aku hasilkan. Sebutlah puisi-puisi ketika SD seperti.
Cabai
Alangkah pedas rasanya
Kenikmatannya mengundang petaka
Petakanya mengundang nikmat untuk kembali mencoba

Seiring dengan berlalunya waktu, menjelang masa puber saat SMP biasanya puisi seringkali mulai mengungkapkan perasaan cinta kekanakan yang menyembul malu. Berhubung masih malu-malu, tema puisi seringkali dialihkan pada hal-hal tidak penting yang terkadang jadi penting.

Tong sampah
Kepadamu dilemparkan sampah
Terkadang sambil menyumpah
Tapi tak semua singgah

Ketika masa SMU tiba, biasanya puisi semakin sering mengekspresikan rasa cinta yang romantis. Dan jika dilihat kembali, mengundang senyum sendiri, dan terkadang terasa memalukan.

Ku berjalan di tamanku
Selaksa pesona didalamnya
Tersebar dimana-mana

Kulangkah lebih dalam
Wangi menawan rasa
Kucerapi dengan resap
Semakin berupa pesona

Pancaran cahaya sayang
Sejuk merembes ke sanubari
Meski silaunya menusuk mata
Sungguh meruah warnanya
Bunga sepertimu ditamanku

Masa SMU berakhir, dan berakhir pula masa-masa memandang hidup dengan cara yang romantis, kehidupan kuliah seringkali membuat mahasiswa menjadi seorang realistis, apalagi jika harus berhadapan dengan realita, pergerakan, ditambah text book kaum kiri yang selalu menyuarakan hasrat Revolusi! Kampus adalah arena pertarungan dalam pembentukan jati diri.

Gelap! Semua terasa gelap!
Mentari yang menyala-nyala tak mampu mengusir pekat
Larut, aku terlarut,
Hancur jadi bagiannya kelam

Sedikit dari pasukan jiwa yang bertahan
Sebagian telah mati saat semangat terberai
Yang tersisa berlutut
Semangatnya remuk redam

Pena hampir kering
Saat hendak menulis bagian terakhir
Tangan telah keram

Jika ini mimpi
Seseorang bangunkan aku tolong
Tubuh menjerit ingin menari di atas sebuah hari
Meski iramanya lalu padam
Menjatuhkan yang tersisa dengan berdebam
Bantu! Bantulah aku!


Begitu selesai masa-masa perkuliahan, jiwa yang belum stabil bisa berubah bentuk. Thesis-thesis telah tersusun selama kuliah, dan setiap saat menemukan antithesis dalam kehidupan nyata, dunia kerja. Saat itulah jiwa seseorang menentukan akan seperti apa sintesis yang keluar daripadanya.

Detik yang terus berderik
Sadar tak sadar merangkai langkah
Berapa tirai mencoba terkuak di udara
Datangkah apapun yang dinanti
yang lalu melintas?

Jikalau belum tergenggam
Kembalikan pada keteraturannya
Kita dan semua menunggu
Masihkah mentari esok menerangi,
Bilakah menemukan diri

Rangkaian ini bisa dikatakan sebagai sebuah perjalanan menemukan jati diri. Dimana kita akan berdiri pada satu titik dan menatap balik, seberapa jauh perjalanan ini, sampai dimana hari ini. 

(Arsip Tahun 2007)

Sunday, October 30, 2011

25 jam sehari

Mungkin ada beberapa orang yang diantara pekerjaannya yang menumpuk dan waktu yang mendesak, akhirnya mengucapkan doa, harapan, atau pengandaian.

“Seandainya aku punya waktu lebih dari 24 jam sehari..”

Tadaaa!

Mendadak harapannya itu terkabul. Karena hari ini, beberapa Negara di Eropa dan Amerika memiliki waktu 25 Jam sehari. Hari ini pada pukul 2 dini hari, jam akan diputar kembali ke pukul 1, sehingga resmilah dalam satu hari ini kita memiliki waktu 25 jam. Aneh.

Sebenarnya ini adalah sistem yang diterapkan oleh beberapa Negara dengan alasan terutama untuk memaksimalkan aktivitas yang memanfaatkan cahaya matahari pada musim panas. Sistem ini dikenal sebagai Daylight Saving Time, dimulai menjelang musim panas yaitu ketika jam di majukan satu jam dari standar waktu setempat dan diakhiri menjelang musim dingin dengan memundurkan kembali satu jam dari waktu yang ada. Di United Kingdom, system waktu ini dikenal juga dengan British Standard Time (BST) atau sama dengan GMT+1. Hari ini adalah hari dimana jam itu dimundurkan kembali, kembali ke standar awal yaitu GMT+0 yang menandai dimulainya musim dingin.

Sebenarnya pengguna komputer dan handphone canggih tidak merasakan perubahan apa-apa karena penambahan jam itu dilakukan pada pukul 2 pagi dan software di hp akan menyesuaikan waktunya secara otomatis. Hanya pengguna tangan dan jam dinding yang perlu mengubah setelan jamnya secara manual.
Suatu saat nanti, mungkin ada beberapa orang yang diantara harinya yang membosankan, tak sabar menunggu hari besok, akhirnya mengucapkan doa, harapan, atau pengandaian.

“Seandainya hari ini cepat berlalu.”

Tadaaa!

Mendadak harapannya itu akan dikabulkan juga, karena hari itu hanya memiliki waktu 23 jam satu hari. Hari dimulainya musim panas yang pada tahun depan jatuh pada tanggal 25 Maret 2012. Namun, saat harapan itu tercapai mungkin tak banyak manfaat yang bisa kita rasakan, karena itu terjadi saat kita sedang tertidur..

References:
http://www.timeanddate.com/worldclock/clockchange.html?n=136
http://www.webexhibits.org/daylightsaving/b.html

Saturday, October 22, 2011

Kereta Pagi


Pagi yang berseri, angin dingin menyapu wajah-wajah yang mengejar hari. Seperti angin, tak ketinggalan kusapu juga wajah-wajah disekelilingku, wajah-wajah yang menurut perhitunganku lebih kurang kekurangan pigmen.

Dari jauh terdengar suara sesuatu mendekat, cukup asing di telinga, sehingga susah pula dideskripsikan dengan kata-kata. Lama-lama terlihat sebuah kereta berwarna biru nyaris unyu yang, entahlah apa itu bisa dinamakan kerata api, karena tak kelihatan ada asap bergulung-gulung dari depannya, sejauh yang kutau jika tak ada asap maka tak ada api. Ketiadaan kuda di depannya juga menegasikan anggapan bahwa ini adalah kereta kuda. Bahkan bentuk bagian kepala dan bagian ekor sama saja, sehingga bisa dikatakan kepala itu adalah ekor dan ekor itu adalah kepala, kuketahui kemudian bahwa dia bisa berjalan kedepan dan kebelakang sesuka hatinya, sungguh janggal memang.

Sebenarnya, ini bukanlah kereta yang seharusnya kutunggu. Keretaku sudah berangkat tadi. Keretaku tercepat selama lima menit, yang sama artinya aku terlambat lima menit juga relatif terhadap kereta itu. Kereta itu tak mau menunggu, karena menunggu adalah pekerjaan yang membosankan baginya, padahal jika dia terlambat dua jam saja seperti di negeriku, aku masih mau menunggunya, menunggu adalah sesuatu yang lumrah buatku. Sehingga aku yang tadi berlari-lari mengejar merasa kecewa. Untunglah seorang petugas yang baik hati melihat raut susah pada wajahku, sehingga memberikan tanda pada tiket bahwa pemiliknya bisa berangkat dengan kereta berikutnya.

Sebenarnya sedikit banyak gara-gara tiket tercela itulah kenapa aku sampai terlambat lima menit. Metode pembelian tiket memanfaatkan teknologi internet yang cukup canggih dengan sedikit pencet-pencet, lalu datang ke mesin tiket otomatis. Namun ternyata sebagai seorang pemula pencet-pencet di mesin tiket otomatis tidak berjalan dengan lancar, sehingga mesin tidak mau mengeluarkan tiket, sehingga harus kuhubungi seorang petugas untuk meminta petunjuk praktis, sementara kereta itupun berlalu.

Beberapa orang yang sama menunggu kereta terlihat santai. Kereta lalu berhenti, pintu terbuka, beberapa orang keluar. Lalu dengan melenggang santai aku masuk. Sungguh aneh mereka ini, tidak ada yang berdasak-desakan, tidak ada yang berburu kursi, tak terasa aroma persaingan perebutan kursi kereta, masing-masing dengan dengan gerakan sewajarnya. Sehingga pengalaman memenangkan persaingan di kereta ekonomi di salah satu stasiun di Indonesia dahulu kala terasa tak berguna.  Pengalaman adalah pelajaran yang paling berharga, pada tempat dan waktu yang bukan sekarang, tidak di tempat ini.

Ya sudahlah, aku duduk saja dengan agak menyesal, tak bisa mempertunjukkan ilmu meringankan tubuh atau ilmu belut putih menelusup diantara penumpang yang padat berdesakan. Duduk di sebelahku seseorang. Kali ini aku tak sendiri, karena di sebelahku ada teman seperjalanan, orang ini.. nanti saja diperkenalkan.

Di depanku terpisah oleh sebuah meja, dua orang anak muda duduk santai. Seorang membaca buku “the girl with the duck tattoo” atau yang semacanya, seorang membaca koran yang halaman judulnya “We can still rely on Robin, says Wenger”. Bolehlah ku paraphrasekan headline itu sebagai, “We don’t have anyone else except Robin to rely on, cries Wenger” hahaha aku, tertawa-tawa dalam hati. Kulayangkan pandang ke sekeliling, ada yang sedang menghidupkan laptop, ada yang melamun, seorang sedang menelepon dengan suara pelan, beberapa berbincang ria dengan logat british kental. Dengan dialek yang terdengar intelek, yang sering mengurangi dua huruf t pada kata letter atau matter dan menebalkam hurut r di ujung kalimatnya. Kecepatannya berbicara, bisa diasumsikan lebih cepat dari kecepatan suara, sehingga telinga terkadang tak bisa menangkapnya. “Yu be’e tu rimemba baut d nambe, d weda iz dazn ma’e.

Agak jauh di sebelah sana terlihat seorang british dengan jaket almamater Cambridge University. Hooph, aku pura-pura tak melihatnya, takut jika suatu saat mata kami bertabrakan, takut dikenali keberadaanku.  Karena sudah menjadi aturan, adalah dilarang untuk menatap langsung orang yang mengenakan jaket almamater dengan strata lebih tinggi. Sehingga jika seorang dari Universitasku bertemu dengan orang dari Universitas Cambridge atau Oxford saat sedang mengenakan jaket almamater, maka sudah selayaknya orang itu memberi hormat. Itu belum seberapa, ada mahasiswa dari Universitas yang harus berjalan jongkok, bahkan kebanyakan harus merayap jika bertemu dengan mahasiswa dari Universitas Cambridge ini. Yang demikian ini adalah aturan yang baku, untuk menjaga kewibawaan dari salah universitas terbaik di dunia. Untunglah aku sedang tidak mengenakan jaket universitas, sehingga tak harus menerapkan aturan tersebut.

Duduk di sebelahku, adalah seseorang. Yah boleh juga jika hendak diasumsikan bahwa dia adalah seorang wanita melayu berambut sebahu dikepang dua yang bercerita sambil tertawa-tawa riang sepanjang perjalanan. Atau boleh juga jika mau dibayangkan bahwa dia adalah seorang yang wanita manis dengan kerudung bunga-bunga yang senyumnya indah merekah. Atau baik juga untuk dikatakan, dia adalah wanita berkulit kuning berambut pirang yang menghabiskan masa kecilnya yang berbahagia sebagai boneka Barbie. Nanti saja kuceritakan perihal orang disebelahku ini, untuk mengakhiri cerita dengan romantis.

Tak berapa lama datanglah seorang berseragam untuk mengecek karcis karcis. Petugas meminta karcis dengan sopan. Jika tak membawa tiket, jangan harap untuk membayar dengan cara sim salabin, karena petugas tiket ini juga membawa mesin yang dapat mengeluarkan tiket kapan dan dimana pun. Tinggal pencet pencet sedikit, maka tiket akan keluar diiringi bunyi tret tret. Saat petugas menghampiri, terinspirasi dari Amelia Poulain, refleks kukatakan “Without you, today's emotions would be the scurf of yesterday.” Petugas terbengong sejenak, “Pardon.. ticket please.”  Maka kuserahkan saja tiket berikut kartu sakti untuk mendapat diskon karcis kereta.

Kereta masih berjalan dengan kecepatan sedang, sekitar sekilo semenit, adegan-adegan di jendela datang dan pergi silih berganti, Sewaktu-waktu terlihat sapi yang berpadu dengan biri-biri diselingi kuda-kuda besar di padang rumput yang sunyi, di kali lain jajaran rumah kuno berwarna merah genteng yang berjejer rapi yang diiringi bunga yang warna-warni. Di atas sama, matahari bersembunyi di balik awan tebal yang berterbangan setelah diberi warna kelabu.

Melihat sapi-sapi di luar, kawan seperjalananku bercerita tentang temannya yang jatuh cinta pada seekor sapi, yang temannya itu seorang lelaki, bukan berarti tidak suka wanita, karena ternyata yang disukainya juga adalah sapi betinanya. Cinta memang tidak mengenal fisik, cinta memang perasaan yang murni yang muncul dari hati. Muncul pertanyaan penting dalam benakku, sehingga kutanyakan padanya. “Siapakah nama sapi betinanya itu?” Dia tak bisa menjawab, lalu segera menanyakannya kepada om google, tempat dimana hampir semua pertanyaan tidak essensial menemukan jawaban. Tak berapa lama diapun terlupa pertanyaan itu, karena terlarut keasyikan berselancar menggunakan blackberrynya. Alat yang sangat berguna memang, untuk mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Maka kucari saja sebuah lagu di kepala, dan mulai mendendangkannya dengan sumbang. Sebuah lagu dari Iggy Pop yang judulnya the passenger.
"I am a passenger
I stay under glass
I look through my window so bright.."

Kereta tak terlalu sering berhenti, tiap menjumpai stasiun dan harus berhenti, kereta ini hanya memakan waktu kurang dari semenit. Dia berhenti, membuka pintu, mengeluarkan penumpang, menutup pintu dan berjalan lagi. Cukup berbeda dnegan kereta kebanggaanku dulu yang terbiasa berhenti di tengah jalan dan lama sekali, sehinggalah tak kujumpai ada pedagang-pedagang yang datang menawarkan tahu sumedang, tak adalah orang yang menawarkan salak dalam karung, tak ada juga yang membawa gitar dan menyanyikan lagu roma irama. Sehinggalah terbesit juga sedikit rindu pada pedagang tahu sumedang, serta salak dan ksatria bergitar itu. Ingin kubawa kereta ini pulang sehingga bisa kuberikan kesempatan kepada pedagang-pedagang itu untuk mencoba peruntungannya di kereta seperti ini.

Akhirnya kereta melambat, stasiun besar terlihat di depan mata, dari jauh sekelompok remaja hooligan dengan kaos merah-merah sedang bernyanyi dengan bersamangat untuk menyambut pertandingan nanti siang.
"He's only a poor little scouser
 His face is all tattered and torn
He made me feel sick
So I hit him with a brick
And now he can't sing anymore!"

Kereta berhenti. Di papan informasi di luar sana terlihat kata Manchester, seperti juga tertera di papan informasi yang terdapat di dalam kereta. Teman seperjalananku yang lupa untuk kuceritakan, sedang tertidur pulas, maka kubangunkan dengan tendangan.
Jon, Joni, bangun Jon. Udah sampe.
Joni menguap lebar seraya celingukan kebingungan. Kami pun segera menyusul iring-iringan untuk turun dari kereta, mendapati kembali udara peralihan ke musim dingin yang terlalu sejuk dan langit yang terlalu sering dicat dengan warna kelabu.

related story: Kereta Malam