Sunday, May 11, 2014

orientasi di infantri

Dear Adek, 

Maafkan abang tidak sempat memberi kabar sebelumnya, tidak bisa berkomunikasi dengan adek beberapa minggu ini karena ponsel dan segala macamnya disita, tidak boleh berhubungan dengan dunia luar. Abang sedang mengikuti sebuah acara orientasi salah satu kementerian di markas pelatihan infantri.

Baru datang setelah naek iring-iringan truk militer, sebagai pembukaan kita yang masih berpakaian rapi celana hitam kemeja putih sudah harus jalan jongkok mendaki jalanan melewati gerbang depan dalam suasana gerimis yang muram. Sungguh kesan pertama yang baik yang ingin mereka berikan.
 
Acara sehari-hari berlangsung dari pagi sampai malam, menguras segala fisik dan mental. Jalan, lari, push up, sit up, jalan jongkok, guling, serta materi pelajaran dan bernyanyi-nyanyi. Bagi abang, kegiatan ini seperti mengulangi lagi 3 tahun masa SMA yang penuh disiplin serta setahun masa ospek di kampus dulu.

Sampai semalam ini, sudah jam 11 malam, abang lihat orang-orang di satu barak memanjang dengan deretan dua baris kasur bertingkat, masih ramai beraktifitas. Umumnya membersihkan segala macam, mulai dari tubuhnya, sepatunya, tempat tidurnya, lemarinya, ada juga terdengar suara yang sedang mengaji.

Sementara abang, kepalanya yang baru berubah menjadi botak plontos teringat kepada adek. Oleh karenanya, sehabis beraktivitas, sesekali abang sempatkan untuk menulis surat buat adek. 

Jam empat pagi biasanya kita sudah terbangun, beberapa ke kamar mandi beberapa langsung membersihkan tempat tidur. Setelah sholat berjamaah di mesjid, kita berlari-lari memutari lapangan, memutari mako, sampai capek lari itu. Setelah lari, disuruh lagi push up, sit up dsb. Terkadang abang hanya menyempatkan menatap langit gelap yang berubah menjadi biru. Di ujung sana, di atas bukit-bukit hijau yang mengelilingi lokasi terlihat bulan bulat penuh yang perlahan memucat karena kesiangan.

barisan olahraga pagi

Pada suatu sore, kita diperintahkan untuk melaksanakan protap (prosedur tetap), evakuasi dari barak ke lapangan bola dalam waktu 3 menit. Setelah berlari-lari pontang-panting, ternyata terlambat setengah menit, diulang lagi, namun hasilnya lebih terlambat lagi, sehinggalah kita semua dihukum merayap dan berguling di lapangan bola. Capek adek. Esensinya bukanlah protap, adalah kegiatan merayap itu, apapun yang kita lakukan pasti akan selalu salah, dan berakhir dengan merayap.

sedikit sit up untuk mengencangkan perut

Setiap hari kita makan di ruang makan dengan teratur dan terpimpin, diawali laporan dan doa. Tetapi nasi dan lauk itu terlalu banyak dan harus habis. Abang yang tak biasa makan terlalu banyak dan makan cepat jadi kerepotan, seberapa cepat pun makan, selalu selesainya terlambat. Air sayur harus dicampur dengan nasi dan beberapa kunyah langsung meminum air untuk mendorong nasi supaya habis. Karena dalam waktu yang ditentukan makanan kita belum habis, akhirnya ompreng harus digeser ke teman sebelah, bertukar sisa makanan, untuk melanjutkan makan.

suasana makan yang terkadang mencekam

Pada masa-masa makan ini salah satu yang abang hindari adalah duduk di satu meja makan dengan wanita, adek mungkin senang mendengar ini. Karena biasanya mereka makan sedikit. Membuat satu meja kesusahan untuk menghabiskan nasi. Selalu muncul rasa senang saat satu meja makan dengan pria-pria gemuk besar yang terlihat kelaparan dan muncul rasa was-was saat semeja makan dengan wanita-wanita, walau bagaimanapun rupanya.

peserta yang mulai terjangkit stress

Seminggu pertama ini adalah tahap yang menurut istilah para pelatih tahap pembentukan. Sehingga kegiatannya begitu padat, berat, dan gawat. Sering abang tidak mandi pagi karena memang tidak ada waktu. Tidak mungkin untuk menjalankan gaya mandi adek yang satu jam lamanya di tempat ini, waktu buat mandi tak sampai lima menit. Mengelilingi bak mandi besar itu, setiap pagi akan bisa didapati para pria mandi bersama berbugil ria. Abang yang melihat saja jadi risih, sepertinya lebih enak memandang wanita mandi bersama berbugil ria daripada melihat para pria ini dengan barangnya masing-masing. Belum biasa dengan itu, abang mengambil air dengan ember, dan mandi dengan seember air di wc yang tertutup.

ritual makan snack
Pakaian yang kita gunakan bersih pada pagi hari biasanya akan segera kotor penuh keringat terkadang bercampur lumpur pada sore hari. Untungnya pada sore hari ibu-ibu warga sekitar datang berduyun-duyun mengambil pakaian kotor untuk dicuci dan diantar lagi keesokan harinya. Jika tidak, entah bagaimana kotor dan baunya pakaian kita.

push up tahan di atas

Waktu-waktu yang paling menyenangkan adalah waktu sholat lima waktu dimana bisa sedikit beristirahat menjelang sholat. Rangkaian acara membuat kita merasakan kenyamanan untuk dekat dengan Tuhan. Jika tujuan acara untuk mendekatkan diri peserta dengan Tuhan, sepertinya berhasil.

Selain perintah disiplin, baris-berbaris dan pergerakan ala Permildas yang juga tak kalah penting adalah PUDD (peraturan urusan dinas dalam), yang menyangkut kerapihan lipatan dan susunan baju di lemari serta kerapihan seprei kasur. Seprei itu harus rapi lurus tanpa lipatan yang begitu dijatuhi koin, koinnya akan memantul saking kuat ikatannya. Begitu pada suatu siang dicek oleh pelatih, seprei teman-teman banyak yang masih parah, lipatan baju yang tak beraturan, serta jemuran handuk yang tidak rapi.

Akibatnya, sebagian besar siswa harus berlari mengelilingi lapangan bola enam kali sambil mengangkat kasur, mengangkat aneka pakaian, mengangkat rak handuk, dan kebetulan abang kebagian mengangkat dua ember dan kain pel, karena lalai menjaga kerapihan ember. Kocak juga wajah-wajah yang sedang menggendong kasur itu, adek harus melihatnya.

Setelah hampir satu minggu acara yang penuh perintah disiplin dan usaha menjadi disiplin, itu wajah teman-teman terlihat menjadi hitam. Wajah mereka yang terkena panas, tersiram air, mulai membuat kulit kepalanya mengelupas, berkerak, berganti kulit. Wajah abang sendiri? Tidak kelihatan, abang sampai lupa pada wajah sendiri, tidak pernah melihat cermin. Semakin hitam, semakin kurus dan menjadi jelek, itu pasti. Bahkan ada indikasi bahwa semakin lama memakai helm baja berat itu, dan perintah yang tidak boleh dianalisa, dan bentakan, dan hukuman disinyalir telah membuat intelegensia peserta jadi menurun, setiap minggu turun sepuluh point.. 

latihan bela diri militer

Setiap pagi, salah satu yang menjadi perhatian abang adalah munculnya sebuah barisan baru diluar barisan kelas pada saat acara olahraga pagi. Satu kelas berlari dalam barisan sambil bernyanyi-nyanyi lagu yang bisa menambah semangat. Biasanya ada satu dua yang tidak bisa ikut berlari karena kakinya cedera, cedera lutut, cedera engsel, dsb. Mereka jalan tertatih di belakang, yang dikala pagi masih gelap dan terlihat menyeramkan, seperti zombie. Pada awalnya satu dua saja zombie itu, tetapi semakin hari semakin menular, pada akhirnya tim zombie membentuk barisan sendiri yang banyak jumlahnya, jalannya patah-patah tertatih, tinggal perlu ditambahkan musik horror yang mencekap sebagai soundtrack. Kaki abang pun tak ketinggalan mendapat lecet dan kapalan meskipun tidak sampai menjadi zombie.

Setiap orang pada acara ini pasti pernah mengalami apes, terlambat ini itu, salah menyampaikan aba-aba, semir sepatu yang kurang mengkilat, tidak bersih, tidak rapi, makan yang tidak habis, semua berujung pada konsekuensi hukuman fisik, demikian juga dengan abang. Pada suatu kali, saat berjalan pulang ke barak sendirian karena sedang bertugas jaga kamar, berpapasan dengan seorang pelatih. Dia bertanya ini itu, abang jawab itu ini sambil mengakhirkannya dengan kata “pak” yang dilarang, karena harus memanggil mereka dengan “pelatih” atau “komandan”. Alhasil abang harus berhutang 100 push up. Setelah selesai mencicil 35 push up dan lengan sampai pegel, dan sudah siap pamit, eh keceplosan lagi memanggil pak, sehingga ditambah 100 kali lagi. Abang mulai kesal waktu itu.

“Jadi, utang berapa push up?” katanya

“Siap, seratus kali.” Jawab abang

“Ditambah yang sebelumnya tadi, jadi berapa?”

“Siap, hitungan saya tidak begitu baik.” Sebenarnya mudah saja menjawab itu, tetapi abang mulai esmosi dan ingin melawan, males kan kalau harus menjawab utang 165 push up.

“Kamu sekolahnya dimana?”

“Siap itebe dan ugeem.”

“Nah, itu mungkin kamu lebih pintar daripada saya yang tidak kuliah.”

“Siap, iya.” Jawab abang dengan lantang, tegas dan tanpa ragu, sambil merasa sedikit puas berhasil membalas, dan terlihat wajah pelatih yang sedikit kesal. Sampai acara berarkhir, hutang push up itu tak pernah abang bayar. Dan sepertinya teman-teman yang lain yang berhutang push up karena kesalahan lainnya juga belum membayarnya.

Setelah satu minggu pembentukan disiplin, minggu berikutnya adalah pengisian materi. Setiap hari selain pelajaran baris berbaris di lapangan ada pelajaran di kelas, materinya dari kementerian serta materi kepemimpinan, kerjasama dsb dari konsultan psikologi. Biasanya di kelas ini adalah saatnya membalas jam tidur, saat pembicara di depan menyampaikan materi, saat itu pula peserta tidur, abang salah satu penganut mazhab tidur ini. Sesekali harus waspada terhadap pelatih yang wajahnya muncul dari balik jendela mencatat dan menghukum siapa-siapa yang tertidur. Setelah itu materi itu, diadakan ujian tertulis untuk mengetes pemahaman siswa, setelah tadi tertidur di kelas, apa yang mau diisi?

sempatkan untuk bertanya disela-sela tidur

Adek, jangan tertidur saat membaca cerita abang, belum selesai..


Akhirnya 18 hari berlalu, tiga hari terakhir kita akan menjalani kegiatan di ciwidey. Yang mulanya terseok-seok, yang semula sudah kelelahan, teman-teman semakin bersemangat ingin mengakhiri acara ini. Bahkan ada yang sudah berkeluarga dan meninggalkan anak kecil di rumah berniat menyanyikan lagu-lagu heroik selama acara ini untuk menidurkan anaknya.. “ninaa boboo” diganti “tanda-tanda medan cipatat..”

Udara ciwidey begitu dingin, saat tidur di tenda yang seadanya itu, saking dingiinnya  harus terbangun setiap satu jam, terdengar salah seorang teman yang menggigil dan mengigau sepanjang malam.

barisan siap tempur di ciwidey

Di ciwidey diadakan acara wira tangkas, aplikasi dan evaluasi materi yang telah dilatihkan seperti: rayapan tali satu, jaring pendarat, turun hesti, jembatan tali dua, naik toggle, snapling, uji beladiri militer, RJP (resistensi jantung paru) dsb. Tak masalah bagi kita, semua bisa melewati kecuali beberapa yang berat badanya berlebih.

wira tangkas
Setelah itu dilanjutkan dengan perjalanan menuju Kawah Putih, dan menginap di salah satu lapangan di dekat kawah putih. Udaranya lebih dingin daripada Ciwidey, saat pagi datang seluruh pakaian untuk tidur telah menjadi basah oleh embun, dingin sekali. Tetapi bintang-bintang di langit begitu indah dan bersih. Bukit-bukit kecil perkebunan teh yang hijau indah menyambut saat mentari datang.

pagi setelah malam dingin di kawah putih
Dari kawah putih, kita melakukan long march menuju situ patengan, sekitar sembilan kilo jaraknya, melalui jalanan menanjak menurun dan berbatu di antara hamparan perkebunan teh. Lumayan menyenangkan, bahkan rasanya ingin mengulangi lagi, bernyanyi-nyayi menikmati sejuknya udara dan hijau perkebunan teh, serta suasana desa dan rumah-rumah para petani yang asri.

melalui perkebunan teh
Selanjutnya kita menginap di perkebunan teh di atas Situ Patengan, sambil melaksanakan “war game” antara kelompok bendera merah dengan bendera kuning. Kelompok yang berhasil menurunkan dan mengambil bendera lawan akan menang. Kelompok abang, kelompok biru dengan para penyerangnya yang bersemangat dan daya juang tinggi melakukan briefing menyusun strategi, untuk menyergap sarang kelompok kuning pada saat mereka terlelap pukul tiga pagi, pada dinginnya udara yang menusuk kulit. Pada saat itu, tentu abang sedang berada di markas, menjaga bendera sambil terlelap, sambil berusaha menghangatkan diri di sela bebatuan di sela perkebunan teh. Pada dini hari terdengar sorak sorai penuh kemenangan dari teman-teman yang berhasil merebut bendera lawan setelah merayap, menyelusup diantara kebun teh, dan memanjat tebing. Tentunya, peristiwa penyerangan itu begitu heroik seperti heroiknya aksi tidur abang.  

war game diantara kebun teh

Selesainya simulasi perang itu, ternyata acara belum berakhir. Kita masih harus masuk ke danau Situ Patengan, guling-guling, bernyanyi, berendam di air yang berubah keruh dan beraroma rumput, berenang, merayap, namun tetap bersemangat, bahkan sambil bernyanyi kita bermain air, menyipratkannya kemana-mana. Di depan mata, telah menunggu pejabat yang akan memasangkan brevet tanda kelulusan kita.

masuk danau situpatengan

Akhirnya acara ditutup pada hari minggu siang, saat muda-mudi sibuk berpacaran di setiap penjuru situ patengan, kita berbaris dengan kepala plontos dan wajah tidak karuan karena tiga hari tidak mandi dan bekal sisa lumpur danau pagi hari. Acara ditutup dengan upacara, peragaan beladiri militer, serta persembahan yel yel. Setelah penutupan itu, diumumkan nama-nama peserta yang mendapat peringkat sepuluh besar, yang mendapat sertifikat kelulusan dan hadiah topi. Saat itu, abang katakan kepada seorang teman “Ah, kita sih ga usah berharap peringkat segala, yang penting lulus aja.”

pemasangan brevet
Tak dinyana tanpa disangka, beberapa detik kemudian nama abang dipanggil sebagai peringkat empat dari 144 orang peserta pria wanita tua dan muda.

penyerahan piagam peserta terbaik

Adek, bagaimana kabar adek? Terlalu panjangkah cerita abang sehingga menjelma jadi pengantar tidur adek? Apa yang abang ceritakan tadi, itulah masa-masa tiga minggu abang menghilang dari peredaran. Saat adek menanyakan “abang, kapan pulang.” Abang hanya bisa menjawab “segera abang pulang..”

Abang merindukan adek. Saat-saat sehabis sholat, sering terngiang alunan suara adek membaca hafalan surat Al fajr yang merdu dan berkelok mendayu pada bagian “sekali-kali tidak, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin..” lalu suara itu bergulir hangat dan menentramkan pada bagian “wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan mu dengan hati yang ridho dan diridhoi..” Bacaan yang membuat abang jadi tenteram, menerbitkan rasa rindu.


Semoga adek selalu dalam kebaikan. Sampai di sini surat abang, sampai kita bertemu lagi..


Salam,

Abang

Foto oleh Karmila Waty

3 comments:

  1. Cie patjar baru. Cpt dinikahi atuh ^^

    ReplyDelete
  2. iay abang, jangan khawatir :D

    ReplyDelete
  3. @anggi: hahaha out of context deh..
    @rika: baiklah adek, abang jadi tidak khawatir :D

    ReplyDelete