Sunday, May 18, 2014

Euro Trip: Florence the City of Arts

Florence alias Firenze alias Florentia alias Fiorenza adalah kota impian tujuanku sejak dulu. Kota ini merupakan salah satu pusat peradaban Italia dan dunia pada abad 14-16 tempat bermulanya Renaissance di Italia. Keharmonisan seni dan ilmu pengetahuan membuat profesi seniman, pelukis, pematung, penyair, arsitek, ilmuwan, engineer, philosopher bisa berada dalam satu kesatuan yang saling berinteraksi membentuk peradaban kota ini.

Jalur sutra untuk menelusuri florence terbentang di peta yang kuperoleh dari petugas informasi, sehingga sejak pagi kulangkahkan kaki dari penginapan dengan riang gembira. Petualangan dimulai dengan melewati jalur via Del Ariento, menuju katedral Borgo San Lorenzo. 
pasar tradisional
Pada jalan sempit yang diapit bangunan-bangunan tua ini berjajar aneka dagangan barang-barang, tas, pakaian, sepatu, ikat pinggang, replika karya seni terkenal, pernak-pernik, topeng venesia dan aneka barang lainnya. Semua harganya mahal jika dikonversi ke rupiah, sehingga seorang backpacker sepertiku hanya bisa melewat sambil pura-pura cuek menanggapi para penjual yang provokatif. 
aneka topeng
Ini hari jumat, saat membeli sebuah kaos Florence University dari salah seorang penjual, ternyata dia berasal dari pakistan dan seorang muslim. Maka kutanyakan letak masjid untuk sholat jumat, tidak ada yang dekat, sepertinya ini akan menjadi hari pertamaku untuk melalaikan sholat jumat, karena sepertinya tidak mungkin melaksanakan sholat jumat di salah satu katedral. Penjual itu bertanya, “Apa kau puasa? Sekarang sudah Ramadhan..” aku agak kaget, tadi pagi sudah terlanjur sarapan dan sepertinya di Indonesia ramadhan baru mulai besok..

Deretan penjual dan dagangannya itu akhirnya membawaku ke ujung jalan dimana terletak Basilika di San Lorenzo, Katedral yang pertama kali berdiri di Florence, sejak tahun 393. Arsitekturnya memang sudah sangat oldies, dengan suasana yang nyaman. Aku masuk berkeliling sejenak di selasarnya, melihat harga tiket masuk, lalu segera keluar lagi, seperti biasannya backpacker. 
Katedral San Lorenzo
Di depan katedral ada sekelompok turis sedang menyimak penjelasan dari seorang Tour Guide, maka aku pun turut serta nimbrung, sambil berteriak “izin nyimak Gan!” dalam hati. Katanya artis pematung terkenal Donatello, yang sekarang namanya lebih dikenal anak muda sebagai factory outlet House of Donatello yang terkenal dengan aneka produk sepatu dan tasnya, pernah mengerjakan beberapa proyek patung, pintu dan mimbar di katedral ini, dan pada akhirnya dia pun dimakamkan di Katedral ini. Hmm, untunglah aku tidak sedang memakai sepatu dengan merek dirinya, jika mendiang melihatnya mungkin akan mendelik dan marah padaku..

Meninggalkan sekumpulan turis dan sorang Guide itu, selanjutnya kulangkahkan kaki ke arah selatan yang jika terus ditelusuri bisa sampai ke Gunung Kidul, setelahnya lagi Laut Kidul. Cuma beberapa hela nafas saja sampailah di salah satu pusat keramaian, yaitu Katedral Santa Maria del Fiore (the duomo), entahlah apa hubungannya dengan Del Piero. Yang jelas bangunan ini terlihat sangat oldies sekali, konon berdiri sekitar tahun 1296. Katedral terbesar ke-empat di seluruh Eropa. Sebuah bangunan yang merupakan saksi sejarah pencapaian manusia, perkembangan seni, arsitek dan teknik sipil yang luar biasa, tak heran bangunan ini menjadi salah satu Unesco World Heritage.  
the Duomo
Aku melihat ke papan pengumuman, mendapati harga tiket dan antriannya yang begitu mengular, segera mengurungkan diri untuk memasukinya, standar backpacker. Kabarnya di dalam ada anak tangga menuju puncak untuk melihat pemandangan kota florence dari atas katedral. Terdapat aneka ria karya Micheangelo dan Donatello. Kabarnya kubahnya dihias dengan lukisan pengadilan terakhir (the last judgment), pasti seru sekali lukisan itu. Namun demikian, otak segera membuat justifikasi teknis, mungkin nanti bisa browsing saja untuk melihat interiornya di youtube. 
Antrian di depan pintu Katedral
Untuk menghargai karya peradaban manusia ini, segera kubuat sebagai karya foto dengan judul Tama was here
Tama the Explorer
Udara pagi yang menjelang siang mulai terasa hot hot hot, membuatku kehausan, dan teringat sebuah pesan dari seorang pekerja STA travel di depan Leeds University, tempatku membeli tiket Eropa. Katanya “Jika ke Florence, jangan lupa mencicipi es krim nya, maknyes!” Maka segera ku serbu kedai eskrim di sebelah katedral, memilih rasa dan melahapnya dengan nikmat, rasa mantap!
Kedai es krim, es krim dan peta
Selanjutnya kulangkahkan lagi kaki ke arah selatan, melewati jalan Via del proconsolo, Museo Nationale Del Bargello, Via Dei Leoni, belok kanan menyusuri via del Gondi, mengikuti arah orang-orang yang berduyun-duyun, karena kerumunan itu pstilah menjadi tanda ada objek wisata istimewa, ternyata aku sampai di Palazza Vecchio (Old Palace)

Tempat ini memiliki peran penting di kota florence pada masa dulu, semacam kantor walikota dan kantor DPRnya, banyak peristiwa bersejarah terjadi di tempat ini. Gedungnya semula adalah rumah keluarga Medici, keluarga penguasa kota yang juga memiliki minat besar pada karya seni. Gedungnya seperti sebuah Hall besar, yang memiliki sejumlah karya seni yang tak terhitung banyaknya mulai dari lukisan dinding (fresco), peta dunia dari abad 16, patung air mancur tertua, dsb. Sedangkan di halamannya bertebaran aneka patung karya seniman Florence, patung termasuk patung David dari Micheangelo, patung hercules dan aneka patung terkenal dan aneh lainnya. Aku hanya berjalan disela-selanya menatapi patung-patung aneh dan orang-orang yang berdiri mengagumi patung-patung itu. Suasana teras ini begitu ramai dan orang-orang begitu ceria. 
Palaza Vecchio
Dalam benakku terbayang jaman dahulu kala Leonardi Da Vinci, Micheangelo, Donatello, Galileo, Augustine dsb, tokoh-tokoh besar seni, agama, dan ilmu pengetahuan, para maestro pada periode waktunya menghabiskan sebagian waktunya berjalan-jalan di kota ini, mempelajari seni, mempelajari ilmu pengetahuan dan agama. Mereka pasti pernah pada suatu ketika mengunjungi Palazza Vecchio ini, mungkin beberapa bertemu dan bertukar pikiran, berbagi pengetahuan, serta saling bersaing menghasilkan masterpiece. Lady Lisa istri bangsawan dari Florence yang jadi model dari Monalisa karya Da Vinci juga tentunya sering datang ke sini dan mungkin pernah melihat pada patung David yang sedang telanjang itu, bersama senyum uniknya. 
Aneka patung yang aneh
Kabarnya patung ini dibuat oleh Micheangelo sebelum berumur 30 tahun, terbuat dari bahan Marble. Patung yang menghadap ke arah Roma, sebagai simbol keinginan bebas warga sipil dari kekuasaan Roma. Salah satu analisis menginterpretasi bahwa patung ini mengungkapan kebulatan tekad David (Daud) untuk menghadapi Goliath, mengekspresikan keadaan sebelum perang dilangsungkan dengan tensi meninggi dengan membawa ketapel sehingga wajahnya lurus tidak mendongak pada Goliath yang raksasa. Kenapa patung itu bugil, entahlah, sepertinya segala sesuatu harus dibuat bugil pada masa itu. Sekarang patung aslinya ditempatkan di Accademia Gallery, sedangkan yang ditempatkan di sini adalah replikanya. Apa boleh buat, untuk keperluan narsis, aku terpaksa berdiri di bawah patung tersebut.
Patung David
Selain itu ada patung hercules, dengan beberapa sosok yang mengelilinginya, yang ekspresinya aneh-aneh, salah satu patung seakan berekspresi marah karena dihinggapi burung, dan kebetulan burung itu membuang kotoran di atas kepalanya. Patung itu ingin berontak, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak bisa bergerak. Ya sudah, dengan sedikit empati, aku puk puk patung tersebut.. 
aku rapopo
Melanjutkan perjalanan melewati halaman Galeri Uffizi yang penuh dengan antrian untuk masuk, sambil kunikmati nada dan ekspresi seorang musisi gitar klasik yang asyik duduk seorang diri membawakan lagu-lagu jazzy. Sungguh suasana yang luar biasa padu padan. Aku berjalan lagi dan mendapati beberapa pelukis jalanan yang sedang konsentrasi melukis.
Pelukis yang menikmati pekerjaannya
Mereka memang sedang melukis, tetapi bagiku, merekalah lukisan yang sebenarnya, yang mempersembahkan integritas, harmonisasi antara perasaan, perkataan, perbuatan dalam pekerjaan. Orang yang mengerjakan sebuah seni yang mereka kuasai untuk memberi mereka kehidupan. Hal-hal seperti ini, selalu menarik minatku, melihatnya menerbitkan rasa senang.
wanita yang pandai melukis itu sexy
Di dekatnya, terdapat patung Galileo Galilei ahli astronomi, fisika dan berbagai ilmu lainnya yang seolah sedang berdiskusi dengan Pier Antonio Micheli si ahli botani. Galileo adalah anak dari seorang seniman Florence yang dibesarkan di Pisa, dihukum gereja karena mendukung teori Copernicus bahwa mataharilah, bukannya bumi yang merupakan pusat tata surya. Sayang patung itu agak tinggi dan menempel di dinding, sehingga tidak bisa diajak berfoto. 
Diskusi ilmiah duo maestro
Berjalan terus ke selatan aku membentur dinding tepian sungai yang airnya tentang dan berwarna kehijauan, sungai Arno. Beberapa perahu berjalan perlahan melalui sungai, melewati jembatan tertua yang terkenal se Eropa raya, Ponte Vecchio.  
Tepi sungai Arno
Jembatan ini dibangun sejak dulu kala pada masa kekuasan Romawi, dengan pondasi dari bebatuan dan struktur atasnya dari kayu. Jembatan ini memiliki sejarah panjang, sebagai tempat berjualan, bahkan kabarnya istilah bankcruptcy berasal dari sini. Konon dari sini bisa melihat sunset yang indah di atas jembatan Santa Trinita yang terletak di sebelahnya. 
Ponte Vecchio
Mendapati jembatan ini, aku teringat pernah membaca sebuah buku berjudul Vita Brevis, buku itu adalah sebuah gugatan dari Floria, mantan pacar Augustinus. Aurelius Augustinus (354-430) adalah seorang tokoh teologi, pemikir dan dianggap seorang suci pada masa kekristenan awal. Alkisah, setelah menjalani kehidupan penuh hedonisme dan retorika filsafat, Augustinus mendapatkan panggilan spiritual dan membaktikan hidupnya untuk Tuhan, menarik diri dari kehidupan dunia dan meninggalkan kekasihnya. Dia menulis kisah perjalanan hidupnya itu dalam sebuah buku referensi agama dan karya sastra terkenal the Confession. Floria, mantan kekasihnya itu membaca buku tersebut dan tersinggung karena mendapati kesan bahwa hubungan mereka adalah sebuah kesalahan dalam periode hidup Augustine. 

Floria menggugat berbagai pandangan filosofis dan Teologis Augustinus serta menceritakan beberapa kisah asmara mereka, salah satunya adalah ketika berada di jembatan, di atas sungai Arno, Augustinus membelai rambut Floria, mengecupnya sambil membisikkan in Florentia Floria Flourite (di florence Floria berbunga-bunga). Pastilah perasaan Floria begitu bahagia saat itu, seperti juga Augustinus yang sedang mabuk perasaan cinta, tentunya didukung oleh suasana kota dan pemandangan sungai Arno yang indah, sebelum pemahaman agama memisahkan mereka.  

Bayangan adegan itu mengisi benakku selama beberapa tahun, seperti apa jembatan di atas sungai Arno dan bagaimana bunga-bunga yang mekar menghiasi suasan kota Florence? pastilah begitu indah.  

Akhirnya aku bisa berdiri di tengah jembatan itu, sejenak menikmati hela nafas diantara hiruk pikuk keramaian pengunjung yang asyik berfoto, bercengkrama atau menjelajah aneka toko perhiasan emas. 
Pemandangan dari tengah Ponte Vecchio
Muncul perasaan lega bahwa saat ini aku tidak sedang berbulan madu, jika ini bulan madu, tentu sang wanita akan berdiri lama di depan salah satu toko itu dengan wajah penuh harap, dan aku sebagai pria terpaksa masuk membeli salah satu kalung emas itu, dan memasangkannya pada leher si wanita, si wanita tersenyum dengan manis, dan aku berwajah kaku dengan cemberut, karena harga-harga perhiasan di sini dua tiga kali harga normal perhiasan di pasaran..
Perilaku wanita di depan toko perhiasan
Dari Ponte Vecchio, kulanjutkan perjalanan melewati via de Guicciardini mencapai Palazzo Pitti, bekas istana kepunyaan Luca Pitti yang sekarang telah menjadi museum, mendapati sekelompok turis dengan guide yang berbaris masuk tanpa membayar aku pun menyusup diantara barisan mereka ke dalam gedung. 
bangunan standar di tepi jalan
Di area ini terdapat Museum berisi karya seni peninggalana keluarga Medici, Porcelein Museum, Costum Gallery, Carriage Museum, serta Giradino di boboli (Boboli Garden), taman yang cukup besar dengan koleksi aneka tetumbuhan, bunga dan karya seni. Tetapi waktu sudah melewati tengah hari, aku tak bisa melanjutkan menjelajah lebih lama karena harus segera mengejar kereta menuju Venice.
standar kafe di pinggir jalan
Apa boleh buat, walaupun masih banyak objek wisata yang masih terisia untuk dikunjungi tetapi perjalanan harus segera diakhiri, sehingga aku kembali melangkahkan menapaki jalan-jalan yang tadi kulalui, menuju hotel, mengambil barang dan bersiap untuk petualangan berikutnya menjelajah Venice. 

3 comments:

  1. Baru tau backpacker ala anak tehnik sipil tu begitu to, cuma cukup menikmati arsitek bangunan dari luar aj *manggut*

    ReplyDelete
  2. hahaha iya iya, tapi ga gitu juga siih, karena waktu dan budget yang tidak memungkinkan sahaja kiranya.. :D

    ReplyDelete
  3. wah asik nih bisa ke europe.. suka sama ulasan di blognya dalam sudut arsitektur bangunannya.

    lg blog walking dari blog directory celoteh backpacker di fb hehe.

    salam kenal
    www.shu-travelographer.com

    ReplyDelete