Sunday, December 15, 2013

pak tani


Kereta bergerak menuju jakarta pagi ini. Suaranya riuh membelah udara yang tadinya sunyi lengang. Dari balik jendela, gambar bergerak ibarat film yang diputar, mulai mengisi bingkai jendela yang tertutup kaca.

Di ujung sana ada gunung yang menjulang angkuh diaraki awan yang bergulung, ditingkahi kelabu latar horizon. Di depannya hamparan menghijau sawah, sebagian sawah terlihat kosong, sebagian lagi sedang di tanami, ada petani yang membajak, ada yang menanam, ada yang kerja sendirian, ada yang kerja berkelompok. Ada pekerjaan yang memang lebih baik dikerjakan bergotong-royong diantara mereka.

Petani itu mungkin pekerjaannya rutin setiap hari, pagi pergi ke sawah, menjelang siang pulang. Petani itu mungkin penghasilannya hanya tergantung dari hasil sawahnya, apabila sawahnya luas berhektar mungkin penghasilannya besar, apabila sawahnya sepetak kecil, apalagi jika hanya sebagai petani penggarap, mungkin penghasilannya sulit untuk memenuhi asupan gizi sehari-hari.

Juga petani itu rejekinya sangat tergantung pada hujan, apabila hujan turun terlalu lebat bisa jadi tanaman padinya malah rusak, jika hujan tidak turun sepanjang tahun sawahnya bahkan tidak bisa ditanami. Seperti sawah-sawah dan perkebunan di gunung kidul yang datarannya tinggi, yang hanya mengandalkan hujan, sering terlihat tanahnya pecah-pecah tetumbuhannya menguning hilang kesuburan. Sawah yang didataran rendah masih memungkinkan untuk mendapat air irigasi dari waduk-waduk buatan.

Disanalah peran pemerintah yang harus menyediakan waduk dan saluran irigasi itu yang berfungsi menjaga debit air yang optimal untuk mengairi sawah. Tapi tak terbatas itu, pemerintah juga harus menyediakan sarana yang memudahkan petani bekerja, mungkin itu pupuk, mungkin itu peralatan, mungkin itu pembibitan rekayasa genetika yang unggul, mungkin itu sarana perasarana transportasi yang memadai untuk mengangkut hasil bumi, mungkin itu sistem penjualan yang tidak merugikan.

Setelah panen, mungkin petani masih harus dirisaukan oleh penjualan hasil taninya, terkadang harganya tinggi, terkadang harganya rendah sehingga terkadang hasil sawah lebih baik dijadikan sebagai bahan pakan ternak. Hasil panen biasanya lebih mungkin untuk berkurang daripada bertambah, karena tanah yang diolah tidak berubah, hanya berkurang kadar kesuburannya.

Bahkan jumlah lahan pertanian semakin lama ini semakin sedikit, selain profesi ini yang semakin tidak menarik. Petani mungkin tidak bisa menjadi kaya raya dengan hasil pertaniannya yang rutin itu, sehingga tidak semua anak petani ingin meneruskan usaha keluarganya. Ada yang lebih memilih belajar, atau pergi ke kota besar untuk mengadu nasib di sana. Ada yang belajarnya ilmu pertanian dan lebih memilih bekerja di kota sebagai pegawai bank. Gemerlap kehidupan kota yang sering ditayangkan di televisi tentu menggoda hasrat anak petani untuk ikut menyambangi, menjajaki atau justru menerjunkan diri.

Sesekali anak itu akan pulang, mengkritik bapak ibunya yang hanya berani bertani dan hidup seserhana sepanjang umur. Sambil mungkin akan membanggakan kehidupan kota besar yang dijalaninya, dimana segala sasuatu mudah diperoleh, segala barang dipoles cantik, segala jasa diukur dengan nominal. Bapak ibu tani hanya mendengarkan, tidak tau harus berkomentar apa, baginya lahan sawahnya yang menghijau saat tumbuh subur, yang menguning saat hendak dipanen itu yang cukup untuk menerbitkan rasa bahagia, yang membuat mereka semakin berterimakasih pada Tuhan.

Lahan sawah itu yang menjadi gambar hijau dengan gunung yang berdiri angkuh di belakangnya yang mengindahkan pandangan orang-orang yang duduk di kereta, pada pagi atau petang hari mungkin matahari akan ada dibalik gunung itu, seperti lukisan pemandangan yang paling sering digambar anak sekolah dasar.

Terlihat lagi dari balik jendela, sekelompok petani yang bekerja. Mereka mungkin tidak sadar sedang dilihat, termasuk bapak petani yang sedang mandi di air yang coklat di tepi sawahnya itu, yang dalam keadaan bugil. Mungkin dia merasa bebas, tak terkungkung jendela kaca seperti orang di kereta ini yang melihatnya.

Di kali lain, gambar di kaca jendela kereta mulai beralih saat kereta mulai memasuki kota. Sawah berlatar gunung berubah menjadi pemukiman yang memadat. Sepinggiran rel mulai terlihat rumah-rumah kecil bertumpuk tidak beraturan yang berdiri seadanya. Orang dan aktiflvitasnya pun semakin kompleks, ada yang terlihat berjualan, memungut sampah, mencuci pakaian, merenung, banyak ragam dan macamnya.

Semakin memasuki pusat kota Jakarta, semakin beralih lagi gambarnya. Kali ini diantara rumah kecil rapat berdiri gedung-gedung tinggi menjulang seolah berusaha mengalahkan gunung. Mungkin julang menjulangnya saling bersaing satu sama lain, mungkin di dalamnya berdiam raja-raja kecil yang menguasai ekonomi, yang menguasai kehidupan orang banyak, tentu raja-raja kecil itu saling bersaing juga satu sama lain. Dalam saing bersaing itu, tentu senyum yang ramah menjelma jadi barang mewah.

Lelah mata menatap gambar-gambar itu. Lebih baik mata yang terpejam, lebih baik telinga yang terbuka, mendengar sayup-sayup sebuah lagu berjudul Pak Tani, yang dibuat oleh salah seorang rekan aktivis di kampus. Dulu di kampus, lagu ini jadi penyemangat untuk tetap menjaga idealisme ketika selesai belajar, ketika keluar dari jendela kaca, memasuki dunia dan warna-warninya.

Pak Tani


Jika kulihat pak tani dan sawahnya
Teringat ku jelas akan pesan pertiwi
Lelah ku menuntut ilmu jauh di sini
Bersama janjiku pada bangsa..


Hai sobat-sobatku kaum yang terdidik
Pernahkah kau bermimpi akan damai negeri
Kala kau ditempa untuk tunas bangsamu
Ingatlah akan damai negrimu..


Hilang resah hatimu tegakkan dadamu
Derap satu langkah merdeka
Pupuk smangat tulus ikhlas kepal tanganmu
Abdikan diri tuk Indonesia


Abdikan diri tuk Indonesia

Abdikan diri tuk Indonesia
Abdikan diri tuk Indonesia

video lagu: Hokkop - Pak Tani (Youtube)

3 comments:

  1. Saya termasuk orang yang ketika menikmati perjalanan pulang kampung selalu memandang sawah dan menikmati pemandangan alamnya meski hanya lewat kaca jendela kereta api :)

    ReplyDelete
  2. iya, kita harus berterimakasih pada pak tani, atas pemandangan sawah itu, yang bisa menyegarkan hati.. :)

    ReplyDelete
  3. Borgata Hotel Casino & Spa – Atlantic City - Dr. Maryland
    The Borgata Hotel Casino & 김천 출장안마 Spa is Atlantic City's 보령 출장마사지 premier integrated casino 태백 출장마사지 resort offering over 인천광역 출장마사지 1,200 slots, 30 table games 태백 출장마사지 and live entertainment.

    ReplyDelete