Sunday, August 21, 2011

harapan


Tahukah kamu apa rasanya merantau ke negeri yang jauh? Rasanya.. seperti merantau ke negeri yang jauh. mm.. agak susah diungkapkan rasa yang satu ini, kompleks.

Di satu sisi, ada perasaan senang, karena akan menemui hari-hari baru, tidak berpijak pada kehidupan statis, yang seringkali membuatku merasa bosan.. ada perasaan tertarik dengan tantangan yang akan datang, yang tak terbayangkan sebelumnya.

Di satu sisi, ada perasaan sedih karena akan meninggalkan status nyaman, hari-hari yang sudah biasa dilalui dan orang-orang yang sudah dikenal baik.

Ada juga terasa harapan, karena mendapat keberuntungan yang cukup langka dalam memenuhi impian masa kecil, dengan biaya nol rupiah bisa sampai sejauh-jauh kaki bisa melangkah. Harus kuucapkan banyak terimakasih kepada Departemen pendidikan nasional dan departemen perhubungan, tentunya pada kesempatan dan tulisan yang lain.

Ada perasaan was-was, bahwa dengan intelegensi yang terbatas dan sering dihinggapi rasa malas, apakah bisa memenuhi harapan dari institusi yang telah membawaku ini, apakah sebanding uang yang mereka keluarkan dengan manfaat yang akan kita dapatkan.

Mendadak teringat kejadian-kejadian sebelum berangkat. Teringat akan perkataan penceramah pada kultum suatu hari menjelang tarawih di langgar:
“Jadi, waktu puasa itu berbeda-beda antara wilayah satu dengan yang lain, ada yang puasanya sebentar ada yang puasanya lama. Kalau di daerah eropa sana, seperti Inggris misalnya, puasanya bisa lebih dari tiga belas jam waktu biasanya berpuasa di Indonesia. Naah, ini kebetulan ada anggota RT kita yang sebentar lagi akan melanjutkan studinya di Inggris, yaitu anak Alm. Pak RT, mari kita doakan semoga kuliahnya lancar. dsb.. dsb..”

Alamak, jadi malu dan tersandung juga dibuatnya. Yah, terharu juga sih, dengan perhatiannya sehingga dikutip di ceramah segala.. Sayangnya, kenapa ga sekalian di iklankan buat jodoh saja Pak? Sepertinya bakal lebih afdol jika ditambahkan kata-kata seperti:
“Jadi, anak kita ini sudah waktunya menikah dan ingin mencari wanita yang cantik dan sholehah.”
Pasti kemungkinan besar sukses deh, menilik hipotesis bahwa probabilitasnya lebih tinggi untuk menemukan wanita cantik dan sholehah di masjid daripada di mall.

Ada harapan yang lebih besar dari keluarga, yang biasanya mengantar ke bandara hanya Bapak, kakak atau adik, kemarin mendadak satu batalion mengantar semua, ditambah keponakan si kembar yang berisik, merantau kali ini terasa agak lebih special karena harus membawa serta harapan mereka semua. Harapan orang-orang yang mendoakan, harapan orang-orang yang mengantar, serta yang lebih berat harapan dari institusi yang mengirimkan kami ini.

Dan apakah harapanmu? Adakah kamu mengharapkanku untuk cepat pulang? Tentu tidak, sepertinya itu adalah harapanku, yang berharap agar kamu berharap aku untuk cepat pulang. Bukankah akan lebih menyenangkan jika pada saat merantau ada seseorang yang menunggu di rumh atau di suatu tempat, terutama dari jenis wanita baik hati, yang menunggu untuk segera dilamar begitu kita pulang? Lalu kenapa pula aku mesti memutuskan hubungan dengan wanita baik hati yang dekat denganku beberapa waktu lalu itu, yang menyanyikan untukku lagu cinta dengan suara yang indah, yang sweater hadiah perpisahannya masih menemaniku mengusir udara dingin.. Kenapa tak kuambil kesempatan yang mudah dibanding dengan memperturutkan keputusan pada perasaan yang tak jelas kemana berakhirnya? Entahlah..

Dan apakah kabarmu? Kamu, siapapun yang membaca tulisan ini. Adakah kamu masih terlelap dengan selimut hangat, adakah kamu bermimpi menari-nari di taman yang berbunga warna-warni, adakah kamu masih menjalani hari-hari yang berseri?

No comments:

Post a Comment