Sunday, June 12, 2011

No One Here Gets Out Alive (Biografi Jim Morrison)

Judul Buku: No One Here Gets Out Alive (Biografi Jim Morrison)
Penulis: Jerry Hopkins dan Danny Sugerman

Mungkin nama The Doors tidak terlalu banyak dikenal di tanah air, tertutupi oleh nama Kangen Band, Unju, atau Dygta. Di seantero bumi pun The Doors mungkin masih kalah popular dibandingkan musisi seangkatannya The Beatles, Rollingstones, Led Zeppelin, dsb. Meski demikian, The Doors dan Jim Morrison adalah legenda rock n roll terbaik yang pernah ada. Inilah buku yang telah lama ditunggu oleh para penikmat musik The Doors di tanah air, terutama para penggemar Jim Morrison. Buku setebal 498 halaman yang menggambarkan kehidupan Jim Morrison yang ditulis berdasarkan investigasi yang mendalam. Buku ini sudah diterbitkan sejak tahun 1980 di Amerika dan baru diterbitkan edisi terjemahannya di Indonesia sejak April 2010.

James Douglas Morrison, yang dikenal panggilan Jim, dilahirkan pada tanggal 8 Desember 1943 di Florida USA. Jim memiliki ayah seorang perwira angkatan laut yang sering bepergian, kehidupan masa kecilnya dilalui dengan sering berpindah-pindah. Jim memiliki kecerdasan tinggi, IQ nya 149 dan nilainya di sekolah melebihi rata-rata dengan usaha minimal. Buku-bukunya yang dibaca sewaktu SMA mengungkapkan banyak tentang minat pemikirannya, dia melahap Frederich Nietsche, filsuf puitis jerman yang pandangannya tentang estetika, moral, dan dualitas Apollonian-Dionysian selalu muncul dalam pembicaraan, puisi dan lagunya. Dia jatuh cita pada Alexander Agung, membaca Arthur Rimbaud, William Blake, dan berbagai penulis lain. Jim bisa memahami secara intuitif apa-apa yang diberikan oleh karya-karya yang sulit dipahami ini.

Jim lalu melanjutkan kuliah di Florida State University, lalu pindah ke UCLA California dan menamatkan diplomanya pada jurusan cinematografi. Lalu pada Tahun 1965 dia membentuk band bersama Ray Manzarek, dinamakan The doors, nama yang diambil dari judul buku Aldous Huxley yang dimulai dengan kutipan dari penyair William Blake, "If the doors of perception were cleansed everything would appear to man as it is, infinite."

Pada 1967 The Doors, merilis album perdana yang mempopulerkan Light My Fire hingga ke seluruh amerika dan tak lama kemudian menduduki puncak tangga lagu. The Doors memulai konsernya dengan tampil di Club kecil dan meraih popularitas dengan cepat. Beberapa lagu mereka yang panjang, seperti When the Music is Over, lagu yang berlangsung selama sebelas menit, ditampilkan di panggung dengan menggabungkan unsur teatrikal dan musical. Teriakan Jim yang tiba-tiba, serta puisi-puisinya yang mengisi jeda, Ray yang menyelipkan not-not organ yang menusuk, dengan Robbie Krieger yang melengkingkan jeritan gitar dengan irama blues dilengkapi dengan Jhon Densmore yang mengisi hentakan drum dengan metronomic. Semua menyatu dalam pertunjukan yang membuat penonton hanya bisa duduk terpaku, terdiam dan terpesona.

Mereka segera dikenal luas dengan jadwal konser di seantero Amerika ditambah tour ke Eropa. Jim yang kecanduan alcohol dan obat-obatan terlarang selalu memprofokasi para penontonnya, untuk membuktikan teorinya tentang psikologi massa, bahwa massa memiliki neorosis seksual sebagaimana individu, dan gangguan ini bisa didiagnosa dan disembuhkan dengan cepat dan efektif. Sekumpulan manusia sebagai satu kesatuan untuk dikendalikan.

Orang-orang memahami yang bisa mereka dapat dari konser The Doors adalah kerusuhan dan transenden. Selalu terjadi kerusuhan, penonton menyerbu ke panggung yang dijaga oleh polisi hingga terjadi bentrokan. Jim menganggap perilakunya yang memacu hal tersebut sebagai memberikan kesempatan bagi para remaja untuk bersikap kritis terhadap pihak otoritas.

Pada awalnya Jim dan Ray menciptakan The Doors sebagai sebuah karya yang cerdas, perpaduan antara teater, puisi serta musik yang eksploratif dan dimainkan dengan sungguh-sungguh. Konsep ini dimatanya semakin tenggelam di tengah audiens yang sebagian besar hanya tertarik pada sisi sensasionalitasnya. Jim makin menyadari bahwa lirik dan musiknya tidak diperhatikan, ia juga semakin lelah dengan tingginya ekspektasi penonton, dan frustasinya semakin meledak di dalam maupun diluar panggung. Hal ini lalu dimanifestasikan dengan menghina penggemarnya, untuk menolak citra dirinya sebagai sosok gila yang menuntun pada kesesatan.

Jika bukan seorang penggemar musik The Doors, buku ini termasuk buku sulit, disamping terjemahannya yang tidak begitu baik, juga karena sulit untuk mengungkapkan kepribadian Jim yang penuh kompleksitas, disatu sisi dia adalah seorang penyair yang jenius dan disisi lain pengaruh alkohol membuatnya menjadi seorang liar yang tidak megenal aturan, yang tertarik hanya pada chaos and disorder, bahkan terkadang dalam penampilannya dia merasa dirasuki oleh seorang Shaman, dukun suku Indian.  Terlepas dari semua kontroversi dan kelakuan buruk Jim Morrison, musik yang dihasilkan The Doors adalah karya yang kaya akan eksplorasi, special dan tak lekang oleh zaman.

Boleh dikatakan buku ini sejenis atau sangat mirip dengan Heavier than Heaven, biografi Kurt Cobain vokalis dan pencipta sebagian besar lagu-lagu Nirvana. Sebuah perasaan yang kita dapat ketika mendekati bagian akhir dari kedua buku ini adalah perasaan mencekam, penasaran tentang bagaimana mereka mengakhiri hidupnya. Seperti halnya Kurt Cobain, umur Jim berhenti pada usia 27 tahun, dan menjadi legenda. Berbagai spekulasi merebak tentang kematian Jim di Paris pada 3 Juli 1971, disebabkan oleh gagal jantung, overdosis heroin, kebanyakan obat tidur, bahkan ada yang menganggap bahwa Jim memalsukan kematiannya.

Setelah Jim tiada, musiknya masih terus didengarkan, jumlah penggemar setiap tahun terus bertambah di seluruh penjuru dunia. The Doors masih memproduksi beberapa album lagi dan pada Tahun 1991 kisah tentang The Doors diangkat menjadi film oleh Oliver Stone, dengan Jim Morrison diperankan oleh Val Kilmer dan pacarnya Pamela diperankan oleh Meg Ryan. Pada Tahun 2009 sebuah film dokumenter tentang The Doors yang berjudul When You’re Strange dibuat, Jhonny Depp sebagai narrator ysng menceritakan dan membacakan puisi Jim Morrison. Bisa disimpulkan bahwa kehidupan Jim sesuai dengan ekspektasinya yang terangkum dalam kumpulan puisi an American Prayer dengan judulnya The Movie.

The movie will begin in five moments
The mindless voice announced
All those unseated will await the next show.
We filed slowly, languidly into the hall
The auditorium was vast and silent
 As we seated and were darkened, the voice continued.
The program for this evening is not new
You've seen this entertainment through and through
You've seen your birth your life and death
you might recall all of the rest
Did you have a good world when you died?
Enough to base a movie on?

3 comments:

  1. Anonymous4:11 PM

    dimana aku bisa dapatkan koleksi buku biografi jim morrison

    "NO ONE HERE GETS OUT ALIVE"

    ReplyDelete
  2. julia1:24 AM

    apa?terjemahan yang gak begitu bagus?lebih baik menikmati musiknya saja, luas,liar.

    ReplyDelete
  3. Tapi tetep layak dibaca lho..:D
    Buku ini bisa di dapat di berbagai toko buku, salah satunya Toga mas Yogyakarta..

    ReplyDelete