Sunday, May 29, 2005

Perjalanan Samurai

SAMURAI
Kastil Awan Burung Gereja
oleh: Takashi Matsuoka

Buku ini layak untuk dibaca semua orang. Begitu kita mulai membaca beberapa halaman awal akan langsung mendapatkan efek candu yang dikeluarkan dari setiap untaian kata, dalam dan penuh makna. Kita lalu diterbangkan menuju kehidupan Jepang pada masa keshogunan dan kembali bermain-main dalam ceria dan duka dengan semua imajinasi dan tak ingin lagi berhenti berimajinasi. Semua dirangkum dalam sebuah kisah yang tak habisnya bercerita tentang perjuangan, kepahlawanan, filsafat kehidupan dan cinta.

Sebuah kutipan pemikiran seorang Samurai, Shigeru, yang mewarisi kemampuan pedang Musashi:
"Dan ketika saat kekalahan itu tiba, bahkan saat itu Genji juga akan beruntung. Dia akan mati tanpa rasa takut, berlumuran darah dari jantungnya sendiri, dan dalam pelukan seorang wanita cantik yang menangis untuknya.
Adakah yang bisa diharapkan seorang samurai lebih dari itu?"

Singkat cerita,
Novel ini merupakan sebuah karya yang luar biasa.

Friday, May 27, 2005

perjalanan entah apalah!

Baru saja berujar, akan mengirimkan surat dengan koefisien penurunan harapan untuk dibalas sebesar 2%, dan akan berhenti pada surat kelima puluh.
Ternyata punya kehendak untuk mengenal lebih jauh dengan orang yang hendak dikenal dan belum kenal dengan diri kita merupakan satu hal yang membutuhkan energi besar. Dan kenapa aku masih mempertahankan hasrat itu tumbuh di dalam dada, yang lalu senantiasa berteriak dikepala???
Sebuah kata tanya tak cukup untuk menjawab semua.

BEEN DOWN SO LONG

Well, I've been down so God damn long

that its looks like up to me.
Well, I've been down so very damn long
that it looks like up to me.
Now, why don't one of you people
c'mon and set me free?


I said, warden, warden, warden,
won't you break your lock and key.
I said, warden, warden, warden,
won't you break your lock and key.
Hey, come along her, mister, c'mon,
and let the poor boy be.


Baby, baby, baby, won't you get down on your knee;
Baby, baby, baby, won't you get down on your knee;
C'mon. little darlin', C'mon and give your love to me.

Oh, Yeah.
Well, I've been down so God damn long
that it looks like up to me.
Well, I've been down so very damn long
that it looks like up to me.
Now, why don't one of you people
c'mon, c'mon, c'mon,
and set me free!!!!!!!!!!!!!

Monday, May 02, 2005

Tetes Demi Tetes Perjalanan

Tetes demi tetes, halus, jatuh ke permukaan tanah. Tanah dan aksesorisnya segera menyerapnya tetes demi tetes juga dengan tatap meninggalkan jejak pada permukaan. Langit senja yang semula jingga mengubah warnanya menjadi abu-abu. Menutup sebuah pesona dan membuka bagian lain pesonanya.

Sepasang muda-mudi berpayung merah jambu, menikmati tetes demi tetes itu dengan caranya sendiri, mungkin lebih tetap jika dikatakan, dengan cara mereka. Berjalan perlahan sambil tetap memancarkan cahaya cinta. Sepasang muda-mudi yang ceria, tetes demi tetes itu tak mampu memudarkan bahagia pada wajah mereka. Justru menambahkan luapannya pada tiap langkah yang mereka buat.

Beberapa kelompok orang berteduh, berbagai komunitas. Ada yang wajahnya mempertanyakan kapan tetes demi tetes ini akan berakhir, ada yang tetap dalam keceriaan, dilengkapi dengan wajah yang diselumuti mendung sebagaimana warna langit yang semakin kelabu.

Seorang pemuda termenung, tengah berusaha berlindung dari tetes demi tetes yang ada. Berlindung dari nikmatnya. Tapi, berlindung pun tak mampu menutupi ketertarikannya pada tetes demi tetes yang halus itu. Berlindung dan menikmatinya. Tetap dalam posisinya yang terlindung, asap garpit keluar perlahan dalam beberapa hembusan nafas yang dimilikinya.

Tetes demi tetes itu lalu berubah menjadi gumpalan demi gumpalan yang jatuh semakin cepat. Gemuruh dilangit mengiringi kepergian mereka yang seakan saling berlomba. Mungkin tanah yang telah basah tak mampu lagi menjalankan peranannya, jenuh. Terus dijatuhi oleh air yang semakin menikmati perlombaan untuk sampai pada permukaan bumi. Entah dimana perlombaan itu akan berakhir, di kedalaman tanah yang gelap, dalam aliran sungai yang tak lagi suci, atau bergabung bersama ombak yang setiap saat membelai pantai, menunjukkan keagungannya. Semua mengikuti sebuah fase yang terus berulang. Yang oleh anak-anak teknik bisa menjadi berbagai perhitungan dengan penambahan asumsi demana-mana..

Tetes demi tetes itu begitu berkuasa. Mempengaruhi berbgai makhluk yang ada di bumi untuk memberikan respon dengan caranya masing-masing. Mengutuk, mencaci, bersukur atau sekedar memuji. Semua memiliki alasannya masing-masing. Latar belakang kepentingan selalu menghalangi objektivitas untuk menilai tetes demi tetes yang jatuh ke bumi.