Akhirnya
aku pamit ke ibu untuk pergi ke Jogja, Jogja adalah kota terdekat kampung ayah
yang bisa ditempuh dengan dua jam perjalanan, ibu merestui dan selalu
mendoakan. Aku berangkat karena ingin merangkai harapan baru, mencari kehidupan
baru, entah itu mencari pekerjaan, atau mendaftar kuliah S2, aku tak tau apa
pastinya. Yang jelas, tujuan utamanya adalah agar aku bisa dekat dengan alm
ayah, bisa sering berziarah dan bersilaturahmi dengan keluarganya.
Sambil
melamar beberapa pekerjaan di Jogja akhirnya aku berangkat ke kampus UGM dan
mencari informasi program master. Beberapa yang menarik minatku adalah arsitek
dan transportasi, karena program di arsitek sudah lewat batas waktu maka
kuputuskan untuk mendaftar transportasi saja.
Saat
mendaftar, persyaratan yang diminta adalah membawa nilai Toefl dan TPA. Maka
kuikuti test toefl dari lembaga bahasa dan test TPA dari Otto bappenas,
Alhamdulillah keduanya memenuhi syarat. Saat membawa nilai tersebut ke Jurusan
untuk mendaftar, petugas administrasi kelihatan terkesan dengan nilaiku,
terutama dengan nilai TPA yang 660an dibanding persyaratan minimalnya 450. Lalu
dia menghadap ketua jurusan, oleh ketua jurusan aku ditawarkan beasiswa
unggulan dari Diknas dengan syarat lulus test psikotes, test akademis dan wawancara
yang akan diadakan.
Saat
wawancara, pengelola menanyakan motivasiku memilih kuliah di UGM, aku
mengatakan dengan jujur bahwa aku memilih UGM karena lokasinya di Jogja yang
dekat dengan kampung ayah. Beliau kelihatan bingung dengan jawabanku, namun apa
daya.
Selang
beberapa lama kemudian, saat sedang beribadah puasa mejelang lebaran, datang
pengumuman bahwa ternyata aku diterima dengan mendapat Beasiswa Unggulan dari
Kementrian Diknas. Padahal tadinya aku ingin membiayai kuliah sendiri dengan
sisa tabungan selama bekerja, yang sebenarnya cukup diragukan akan bisa
mencukupi keseluruhan biaya kuliah yang 38 juta ditambah biaya hidupnya untuk
dua tahun. Nikmat Tuhan yang manalagi yang aku dustakan.
Saat
mengikuti kuliah, ada pengumuman bahwa beberapa mahasiswa akan dipilih untuk
mengikuti double degree ke luar negeri, pilihannya negaranya adalah Inggris,
Swedia dan Australia. Hal ini menambah motivasi belajarku sehingga bisa
mendapat IPK 4 selama dua semester. Pada waktu inilah, kunci lemari dari mimpi-mimpi tak terealisasi dari masa kecilku itu tiba-tiba muncul begitu saja, sehingga kubuka lagi lemari itu, kubuka lagi harapan untuk melanjutkan kuliah ke Inggris Raya.
Setahun
setelah itu, akhirnya aku terpilih menjadi salah satu dari empat orang yang
berangkat untuk kuliah di Univesity of Leeds, United Kingdom, untuk mendalami
bidang studi transportasi. Jurusan Transportasi di universitas ini adalah salah
satu terbaik yang reputasinya mendunia sehingga pelajar dari berbagai Negara di
seluruh belahan dunia berkumpul di sini untuk mendalami materi atau melakukan
riset.
Aku
tak perlu bersusah-susah berkomunikasi dan melamar ke universitas karena sudah
diatur oleh system yang baik di MSTT UGM, tak perlu bersusah mencari sponsor
karena sudah ada yang menjamin biaya, tak perlu menunggu lama untuk pencairan
uang beasiswa, semua mengalir dengan kelancaran nyaris sempurna. Maka nikmat
Tuhan yang manalagi yang aku dustakan.
Aku
tak terlalu pintar, motivasiku untuk keluar negeri tak terlalu besar. Saat ku
evaluasi lagi kisahku, bertanya apa yang membuatku bisa sampai di sini, ku
pandangi beberapa milestone yang telah kulalui. Jika aku tak putus dengan pacar
waktu itu maka aku tak akan berhenti bekerja dan keluar dari zona nyaman. Jika
ayah tidak berpulang dan dimakamkan di Wonogiri, maka aku tak akan pergi ke
Jogja untuk mendaftar kuliah lagi. Jika aku tak mendaftar maka aku tak akan tau
ada beasiswa dan tentunya tak akan mendapat beasiswa.
Sejak
ayah tiada, aku menjalin silaturahmi yang baik dengan keluarganya, selalu
memanjatkan doa untuk kebaikannya, sering berkunjung berziarah, membaca Quran
dan tahlil untuk dipersembahkan kepadanya. Sepertinya Allah SWT menjawab doa
itu dengan mengabulkan doaku yang
lainnya.
Saat
kujejakkan kaki di Inggris, saat kulangkahkan kaki berkeliling di Oxford
Unviersity, terbayang lagi masa kecil, terbayang koper berisi paket pelajaran
bahasa Inggris dari Oxford, terbayang ayah yang membelikannya, terbayang
ekspresinya saat mengambil rapor juara umum di SMP, terbayang kesedihannya saat
nilai-nilaiku turun, terbayang betapa senangnya dia saat aku masuk SMU Titian
Teras, terbayang kebahagiaannya saat aku diwisuda di Sabuga ITB. Tak
terbayangkan bagaimana perasaannya jika nanti (InsyaALlah) aku diwisuda dari
University of Leeds, entah bagaimana perasaannya.
Oxford University |
Ada
sebuah kutipan dari Andrea Hirata yang mengatakan bahwa “Ironi bukanlah
persoalan substansi, ia tak lain hanyalah soal kompensasi. Itulah definisi
ironi, tak kurang tak lebih.” Adalah ironi bahwa pada akhirnya aku berangkat
menempuh studi di Inggris sebagai sebuah kompensasi atas kesedihan-kesedihanku
karena kehilangan dua cinta yang porsinya besar dalam hidupku.
Dengan
sekian banyak pengalaman beasiswa, terkadang aku berpikir, akan seberapa jauh
kontribusiku bagi masyarakat sekitar atau Negara Indonesia nantinya. Sehingga
dalam hati aku berjanji akan menjalankan amanah ini dengan sebaiknya dan kelak
akan ikut berpartisipasi membangun masa depan yang baik bagi Indonesia dan
orang-orang disekitarku. Dalam hal ini setidaknya ada sebuah prinsip yang
kujadikan sandaran, jika tidak bisa membantu memperbaiki kehidupan bangsa,
setidaknya aku tidak jadi bagian yang merusaknya.
Sekedar
menutup dengan kesimpulan dan saran dari cerita yang panjang ini. Menurutku,
intinya adalah berbakti kepada orang tua dengan selalu mendoakannya dan meohon
doa restunya akan selalu menjadi salah satu penentu kesuksesan disamping segala
daya upaya dan usaha. Juga untuk jangan pernah berputus asa dan larut dalam
kesedihan jika mendapat musibah, selalu ada jalan keluar dari setiap masalah.
Tentunya ditambah dengan jangan pula bersikap sombong saat mendapat anugrah.
Penting untuk menjaga hati tetap membumi saat cita-cita melangit.
Ucapan
terimakasih:
- Terimakasih kepada Biro SDM Departemen Perhubungan RI, atas beasiswa double degree di Unversity of Leeds, United Kingdom.
- Terimakasih kepada Kementerian Pendidikan Nasional, Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri atas program Beasiswa Unggulan untuk pendidikan di Magister Sistem dan Teknik Transportasi (MSTT) Program Pascasarjana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
- Terimakasih kepada Yayasan Damandiri atas BMU-UMPTN 2001 yang telah memberikan beasiswa penuh dan uang saku untuk pendidikan di program studi Teknik Sipil ITB periode 2001-2006.
- Terimakasih kepada Yayasan Pendidikan Jambi atas pendidikan dan latihan disiplin gratis di SMU Titian Teras Jambi periode 1998 - 2001.
- Terimakasih kepada SMPN 16 Jambi atas kesempatan mendapat pendidikan.
- Terimakasih kepada SDN 150/IV Jambi atas kesempatan mendapat pendidikan.
great story...! dan lagi2 minder, ternyata bang yows juga pinternya pake banget :(... tapi semoga ada cerita lain yang menantiku di sana, walau dengan latar belakang berbeda dan tingkat kepinteran yang berbeda... hehe makasih udah berbagi cerita :)
ReplyDeletetentu ayah di sana akan melihat mu dgn ttpan bahagia sekaligus bangga dgn semua yg tlah kau capai, begitu pula dgn kami, saudara2mu....
ReplyDeletemungkin kami tak bisa memberi kontribusi yg lbh dlm hal apapun buat mu selain do'a agar Allah SWT senantiasa membrikan yg terbaik buatmu, AAMIIN.....
Everything happens for reason(s).
ReplyDeleteTwo thumbs uo buat kakak :)
@Hestylukita: thanks, iya semoga kamu juga sukses sesuai yang dicita-citakan..aamiin
ReplyDelete@dewi: thanks, yang terbaik jg buatmu..aamiin
@Eric: two thanks :)
amazing,,,betul2 menakjubkan kisah abang. sisi spiritual abang sgt2 inspiring...
ReplyDelete@abufikr92 terimakasih, hidup di dunia material ini tak mungkin dilakukan tanpa pemaknaan secara spiritual..
ReplyDeletethanks, sukses ya..
Inspiratif sekali Kak. Terima kasih sudah berbagi cerita. Aku juga ingin kuliah di Inggris, di Oxford University. Tapi entah bisa atau tidak...
ReplyDelete