Saturday, November 26, 2005

tambalan lelah

Detik demi detik terus
Lewat di setiap jerih
Semua keluh kesah dari gundah
Kami kunyah hingga ke rempah 


Ingin muntah!
Lalu ku cerna sedikit demi sedikit
Dengan kebesaran hati
Pahit ternyata adalah manis
Tertawa adalah penyesalan
 

Kutaruh beban yang jadi hantu
Pada sekelumit kata jiwa
Untuk karib yang seirama
Bertahan adalah seminimal kita


saat bertanya:
Pintu penyelesaian tugas akhir, kenapa tak terbuka?

Friday, November 18, 2005

jiwa yang gersang

Purnama bercahaya lagi. Diatas sana, pancarannya kembali mengaduk beragam rasa di jiwa ini, jiwa yang kembali terasa sepi. Bukan seperti periode yang berdentang-dentang di masa lalu, disaat jiwa mempertanyakan belahannya dan membutuhkan lebih dari sekedar sewujud hampa untuk mengisi bilik-bilik kosong yang pintunya terbuka sebagian. Ruangan itu masih ada, tetapi telah menciut seiring purnama yang terus berlalu dan datang menemukan wujudnya kembali. Kini, hampir tak kurasakan beradanya.

Tetapi tetap, jiwa ini memang masih terasa sepi, gersang dan haus. Terus saja miskin dari tetasan-tetesan yang bisa menumbuhkannya, atau membesarkannya hingga seluas alam semesta. Seperti hari kemarin, ketika aku berada dalam kebodohan lama, berbicara dengan menggunakan ego, dan mempertahankannya sampai sebatas mempertaruhkan kemutlakan pencipta. Disambut dengan secuil ego bertopeng argumen yang lagi-lagi hanyalah secuil debu jika dihadapkan pada realitas yang menguasai kita. Bisakah semua ini disebut ada?

Alangkah rendahnya, keberadaan manusia yang diberikan secuil jiwa untuk ditumbuhkan bersama penginderaan dan akal, yang masih saja memelihara dan membesarkan ego hingga melebihi kebesaran jiwanya.

Friday, October 14, 2005

sumpah serapah sampah


Hari ini, maafkan aku karena apa yang kulisankan kepadamu begitu saja mengerjap. Lebih karena terlarutnya diri terhadap apa yang seharusnya dalam kendali. Menyesali, tak mudah untuknya, karena akibat yang lekatkannya pada jejak kaki ini. Pada gores-gores hati yang hampir beku, tanpa kehangatan. Bila semua ini lalu menyusun kembali rangkaian puzzle pada apa yang diharapkan, bukan apa yang sebelumnya tertera, bukankah tak bisa diharapkan setiap langkah yang itu itu saja, dan kembali pada kejatuhan yang sama.

Apakah ada guna berlari menghindar atau terbang melontarkan diri pada sisi lain kehidupan. Kecut, penakut. Terlontar sendiri bahkan sebelum yang lain membuka mulut. Kemudian, adakah memaki diri akan menambal semua keluh kesah? Sampai pada saat semua benturan membuat logika hanya berputar pada ilusi, hati terayun-ayun diawang dengan pengharapan yang terjatuh ke dasar jurang. Lalu semua bagian terserak pada lantai kelam yang membiru. Sumpah! serapah! sampah! Apa lagi yang bisa merangkum semua pernyataan ini...

Keparat Bernama Pengumuman

Sebenarnya bukan pada tempatnya untuk memaki disini, tapi, ya memang harus diapain lagi kalau tidak dimaki???
Si keparat bernama pengumuman yang menyatakan tanggal 29 oktober 2005 sebagai waktu pelaksanaan ujian komprehensif. Atau pembuat pengumumannya yang bangsat?
(Huuf, ternyata aku masih bisa dikuasai emosi.....)

Monday, October 10, 2005

Dara

Bertemu aku dengan seorang dara. Memandangnya langsung dengan tatatapan hati. Ketika bercakap dengan seuntai kata, aku terbawa pada selaksa suasana. Terpesona. Akan kata yang dituturkannya, akan budi yang dipancarkannya, akan laku yang dibawanya, akan kenangan yang ditancapkannya pada ingatan.

Wahai dara yang merangkum keelokan pada setiap alunnya, izinkan aku bertemu dengan mu, kembali lagi seperti kala itu. Bercerita, mari kita saling menceritakan tentang kehidupan. Tentang setiap langkah, tentang tawa yang kita kejar atau setiap gelisah yang memburu kita. Tentang sebuah tempat dimasa mendatang dimana kita meraih mimpi kita, semua menjadi nyata. Kita bersama, menutupi setiap celah dan luka yang tergores. Kita duduk dalam sebuah singgasana yang tak bisa dicerca, karena kita berkuasa dengan bijaknya. Kita membawa senyum merekah pada segenap kehidupan di dunia.

Tuesday, September 27, 2005

Oh dunia


Kembali kupertanyakan kehidupan. Kenapa harus ada hari-hari ini yang seakan mati. Tak ada yang dapat memuaskan indra. Kureguk, dan semakin haus jiwaku rasakan. Tak ada tempat dimana kapal yang hendak karam akan berlabuh. Apakah arti semua ini?

Aku bertanya pada langit malam, Berteriak pada bintang, mengadu pada bulan yang bersembunyi di balik awan. Tak ada jawaban. Aku berbicara pada lorong-lorong sunyi dan sepi yang mencekam, dan kembali kudapati, hanya sebatang rempah berisi nikotin yang bisa berkata-kata padaku, meski hanya satu kata yang berulang. Dan tetap tak bisa menjawab semua tanya. Segala yang ada adalah dusta, tak adakah yang akan bisa menyuarakan kebenaran?

Lalu aku tetap sendiri, tertunduk, terdiam, mengamati dunia. Tak bisa lagi berkata-kata. Oh inikah dunia yang selama ini aku bersimpuh kepadanya? Tak hendak aku mencela, memaki, mengutuki, atau menyesalinya. Tak ingin aku bersuara lantang menyuarakan kegoblokan manusia, karena tetap, aku adalah mereka. Ketika aku berada pada keteraturan, aku menderita. Atau kalaupun semua berisi kesemrawutan, aku tetap tersiksa oleh sesak di dada. Kapankah pintu persepsi akan terbuka? Kapan aku bisa terbebas dari semua materi? Tak adakah kebenaran absolut pada perilaku manusia? Menyelimutiku, melingkupi semua kehidupan. Tak adakah yang bisa mendeskripsikan semua tanda tanya ini, hingga kudapat semua jawaban. Apa arti kehidupan?

Mungkin aku harus segera menghadap pada Nya, mempertanyakan ini semua..........

Thursday, September 22, 2005

Idealisme Retak Mahasiswa ITB

Assalamu’alaikum,
Menanggapi selebaran yang saudara buat dalam menolak pengambilan gambar film jomblo, saya punya beberapa pandangan, dalam hal ini, mungkin kita bisa sedikit berdiskusi lebih lanjut.

Pertama,
ITB adalah rumah kita (mahasiswa, bukan rektorat). Saya sebenarnya, sebagai sesama mahasiswa, mendukung ide ini. Tapi dalam kehidupan kita, di kampus ini, ternyata bukan cuma kita mahasiswa yang memiliki kampus ini, dan itu tak bisa dipungkiri. Ada rektotat, ada negara, ada rakyat, semua ikut berkepentingan terhadap ITB sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi nasional. Mungkin kita perlu belajar banyak dari kesalahan-kesalahan mahasiswa yang menganggap dirinya eksklusif. Seperti juga rektorat yang menganggap ITB adalah semata-mata kewenangannya sendiri, tanpa memandang adanya mahasiswa sebagai salah satu elemen kampus yang perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan kebijakan. Hasilnya, rektorat pun membuat berbagai aturan yang akan mematikan kemahasiswaan, mahasiswa dipaksa menerima, lalu ada perbedaan kepentingan, lalu terjadi konflik antara mahasisa dan rektorat. Lalu mahasiswa yang menderita. Mungkin sebaiknya kita belajar sesuatu dari hal ini, sehingga tidak lagi menganggap kampus ini milik kita sendiri.

Kedua,
Kalau dalam pembuatan sebuah film, ada orang lewat dan melihat ke kamera, ya, jadi aneh kan filmnya??

Ketiga,
Film jomblo yang tanpa intelektualisme, idealisme, rasionalisme, moralitas, leadership, dsb. dan hanya berisi hedonisme, glamour, fun dsb. Nilai-nilai intelektual itu ada di dalam setiap sendi kehidupan, bahkan dalam film ini. Tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Meskipun cerita pada film ini lebih banyak mengekspos pada sisi yang berbeda dengan yang dianut oleh kemahasiswaan kita, tapi bukan berarti tanpa nilai, tanpa moral. Selalu ada pelajaran moral dari setiap peristiwa yang kita lalui, jika kita mau membuka mata.

Keempat,
Mahasiswa ITB, ada dimana? Atau sudah tidak ada? Kondisi mahasiswa sekarang yang minim penelitian, sepi publikasi ilmiah, pengabdian masyarakat formalitas dan pembelaan rakyat setengah hati, dsb. Mungkin sebagian ada benarnya, walaupun ga sepenuhnya kondisi mahasiswa kita sejelek itu. Tapi kita bisa sampai pada titik ini bukan tanpa sebab, banyak proses yang mengantarkan kita sampai disini. Dan ini, kalaupun benar terjadi, bukan karena adanya pengambilan gambar buat film jomblo di kampus ini. Bukan karena film jomblo, lantas mahasiswa kita tidak lagi produktif. Pada dasarnya gw sepakat dengan opini yang mengarah pada perbaikan kondisi kampus kita, tapi bukan berarti harus mempersalahkan pihak lain. Seharusnya kita lebih mengutamakan introspeksi diri terhadap apa yang telah kita lakukan terhadap kampus ini, terhadap masyarakat, terhadap bangsa dan negara. Memangnya kita sudah berbuat apa?

Kelima,
Sebenarnya kita tak bisa memungkiri, perubahan nilai-nilai yang dianut oleh mahasiswa ITB. Saat KM mengkampanyekan anti kenaikan BBM, mahasiswa lebih memilih belajar, berolah raga, dan berbagai aktivitas lainnya. Tak banyak yang tertarik dengan keadaan di luar kampus, apalagi untuk mengurusi negara. Tapi bukan berarti mahasiswa ITB tak punya nilai-nilai yang dianut atau idealisme yang dipegang. Hal ini lebih mengarah pada lebih beragamnya nilai yang mereka anut ketimbang kehilangan sama sekali nilai-nilai tersebut. Setiap orang bisa berubah sesuai keadaan lingkungannya, tapi bukan berarti mereka tidak mempertimbangkan perubahan yang terjadi. Selalu ada alasan rasional dari setiap tindakan, bahkan untuk sebuah perubahan. Dalam hal ini, sebaiknya kita memang menyadarkan kembali rekan satu kampus, akan adanya nilai-nilai yang memang seharusnya jadi bagian dari kehidupan seorang mahasiswa, tapi bukan berarti dengan kesombongan seorang mahasisa, lantas begitu saja menghujat rekan-rekan, atau memaki pihak luar yang bahkan tidak tahu ada permasalahan apa di dalam sini.

Keenam,
Saya sebenarnya ragu, artikel ini dibuat karena kemarahan anda karena merasa punya otoritas terhadap kampus, dengan segenap ego yang ada, tapi sedikit terenggut oleh pengambilan gambar film jomblo, atau karena anda benar-benar miris dengan kondisi kemahasiswaan ITB? Jadi, mana sebab mana akibat?

Saya tidak berpikir apa yang anda sampaikan ini salah, dan saya juga tidak berpikir apa yang saya kemukakan sepenuhnya benar. Mungkin kita hanya melihat dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Dan kita tak perlu berdebat soal mana yang benar dan mana yang salah. Tapi setidaknya saya bisa menangkap, apa yang terkandung dalam keprihatinan anda, dan saya yakin anda adalah salah satu dari sebagian orang yang masih peduli dengan kondisi kampus ini, walaupun saya tidak begitu sepakat dengan penyalahan pada pihak luar atas apa yang terjadi di dalam kampus. Semoga kedepannya, kita sama-sama bisa menjaga kampus ini agar tetap hidup dalam segenap kehormatannya.

wassalam.
Wahyu/Yows/Jambi-Sipil 2001

Wednesday, September 21, 2005

MAHASISWA ITB: Idealisme Retak

Dari seorang rekan sekampus, yang mengkomentari syuting film jomblo di kampus ITB.

MAHASISWA ITB: Idealisme Retak

Protes dan penolakan terhadap pengambilan gambar film jomblo di kampus ITB

”Mas, mas! Kalo mau lewat, lewat aja. tapi jangan liat kamera ya!” Demikian ujar salah seorang kru pengambilan gambar film jomblo di depan gerbang utama kampus ITB. Dalam hati saya berkata, ”Emang loe siapa? berani ngatur-ngatur di rumah gua!” Ini rumah kami (kami = mahasiswa, bukan rektorat). Seingat saya pengambilan gambar di kampus ITB tersebut telah berlangsung selama empat hari terakhir ini untuk sebuah film bernama jomblo.

Jomblo. Dari judulnya saja kita mempersepsi apa sebetulnya film tersebut? Apa isinya? Orang macam apa pemerannya? Apa tujuan film tersebut? Social change apa yang di bentuk di masyarakat dan penonton film tersebut? Yang jelas ini bukan film dokumenter atas karya-karya ilmiah ITB. Tidak mungkin semangat intelektualisme yang mengalir dalam setiap alur film tersebut. Tidak pula idealisme, rasionalisme, empirisme, moralitas, leadership, dan nilai-nilai tinggi intelektual lainnya. Yang tersisa hanyalah hedonisme, glamour, fun and free.

Mahasiswa ITB! Di mana kalian? Atau memang saat ini sudah tidak ada lagi mahasiswa ITB? Mereka tinggal sejarah. Yang namanya harum dimana-mana. Tertulis dengan tinta emas dalam lembar-lembar sejarah. Yang ada saat ini mungkin hanya orang-orang yang ngaku sebagai mahasiswa ITB. Mengapa? Karena lab-lab penelitian epi. Publikasi ilmiah mahasiswa menjadi barang yang langka. Pengabdian masyarakat hanya formalitas. Dan pembelaan terhadap rakyat pun setengah hati. Lalu DO 190 orang.

The codes of ethics of engineer: integrity, honor, and dignity. Berapa orang dari 10.000 mahasiswa ITB yang tahu ini? Lalu berapa orang yang faham? Terakhir, dari yang fahamberapa orang yang nilai-nilai ini tercermin dalam kepribadiannya? integrity adalah kesesuaian kata-kata dengan perbuatan, ketulusan, kejujuran, nampaknya tidak ada padanannya yang tepat dalam bahasa indonesia. Honor adalah kehormatan. Dignity adalah martabat.

Mahasiswa ITB! Mungkin kalian saat ini tidak lagi directing teh change, mengarahkan perubahan. Tetapi kalian saat ini hanyalah following the change, mengikuti arus perubahan. Tanpa berpikir ke mana arah arus perubahan tersebut. Datang hedonime, ikutlah hedonisme. Selamat tinggal nilai-nilai kehormatan. Lalu saya sedih, ITB muncul sebagai latar belakang adegan tidak berkualitas. Alih-alih forum intelektual terhormat. Dengan nama Uniersitas Negeri Bandung. Apa-apaan ini?

Mahasiswa ITB! Idealisme kalian retak!!!

prihatin akan moral mahasiswa...
Iwa kustiwa/ketua MPO/MPA Gamais ITB (kritik dan saran dinantikan di: i_kustiwa@yahoo.com)

Monday, September 12, 2005

Tugas Akhir



Saatnya untuk memperkenalkan seorang partner tugas akhir (TA). Gw berpartner dengan seorang mahasiswa yang cukup cerdas dengan inisial Copi (Bukan dengan makhluk jalang dengan inisial Edd!!!). Copi ini merupakan seorang teman sedari dulu, ketika kita dipertemukan saat kuliah di tahun pertama sipil ITB.
Percakapan awal setelah perkenalan:
yows: "Eh, perasaan elo mirip Chris Klein deh.."
Copi: "Oh.... Itu siapa ya?"

Dan hubungan kita pun berlanjut. Setelah bersama-sama melalui OS HMS yang tak kenal kasih sayang dan belaian mesra selama setahun. Bersama sama di BP HMS sebagai Kadep. Terlibat dalam sebuah gank yang ga jelas juntrungannya, The Destroy ( Agung Rockstar, Uun karuhun, Rial, Sopyan (Copi), Yows), yang kalo nongkrong selalu dimulai dan diakhiri dengan percakapan berintelegensi rendah. Terakhir, kita sepakat untuk bertema TA bareng.

Dalam sebuah TA, ternyata the most wasting timenya pada tahap pencarian judul. 3 bulan jack! Meneliti topik ini, kemudian beralih ke topik lainnya. Demikian seterusnya. Sementara teman2 yang lain sudah menemukan kemapanan pada topik TAnya.

Pernah pada suatu hari, kita sepakat buat janjian membicarakan tema TA.
Copi SMS: "Mbi, ntar ketmuan di kampus ya jam 12, kita membicarakan TA"
Yows SMS: "Sip!"
jam 12.00
Yows SMS: "Pi, sori, gw kayanya telat mo makan dulu di gelap nyawang."
Jam 12.30
Copi SMS: "Mbi, gw ada keperluan bentar, stgh jam lagi gw ke kampus."
jam 13.00
yows SMS: "Pi, mendadak gw harus ke padalarang nih. besok aja ya ketemunya..."
dan kita pun ga jadi membicarakan TA...

By the way, sekarang TA kita sudah menemukan titik cerah. Sudah mengarah pada pelepasan diri dari pencarian topik belaka dan memasuki pencarian data dan referensi. Setiap hari diisi dengan percakapan dan diskusi mengenai TA. Setiap hari, dimalam-malam yang gelap dan di pagi yang benderang, selalu terbayang akan TA (Soalnya ga ada sesuatu yang lain buat di bayangkan). Pokoknya semua tentang TA. Berakhirnya masa perkuliahan beberapa rekan sedikit banyak telah memberikan kontribusi dalam mengguncangkan hati ini, lalu memompa semangat sampai pada batas yang membutuhkan pelaksanaan ketimbang sekedar kata-kata. Terlebih lagi, ada seseorang yang sudah berkata "sukses y ama TAnya..." dan semakin terpompalah semangat ini.

Ya udah deh, mo ngerjain TA lagi nih....
Pesan buat Edd Corp: Rajin2lah dirimu praktikum kimia Dasar!!!

mutiara hati


Izinkan aku bercerita tentang mutiara hati...
tapi aku tak tahu harus bertutur apa
Ya sudahlah
Tetaplah menjadi mutiara hati ini
Teruslah menjadi bagian dalam pencahayaan dunia
Ketika matahari bersinar
dan bulan memancarkan pesonanya
Adakah semuanya untukku?
Kata tidak pun memungkinkan

Tuesday, September 06, 2005

WISUDA



Sebagian teman-teman akan segera meninggalkanku ke dunia kerja.... Menyedihkan memang. Tapi inilah hasil dari pilihan plihan yang telah aku buat sendiri... Yaah, semoga kita semua menemukan jalan masing-masing, menuju kebahagiaan masing-masing pula. Selamat berjuang!!!!

SAKIT!!!

Ternyata dalam hidup ini ada banyak nikmat hidup yang kita peroleh, bahkan kalau setiap nikmat itu ditulis di kertas dengan tinta air laut, samudera akan mengering sebelum kita selesai menuliskan semua nikmat. Terkadang nikmat itu baru terasa saat kita kehilangannya. Salah satu contohnya adalah nikmat sehat, yang baru akan terasa berarti ketika kita mengalami sakit. Untuk lebih jelasnya, mari kita ikuti wawancara dengan salah seorang responden kita....

P : Selamat malam sdr J!
J : Mmm iya, malam.
P : Saya dengan sdr habis menderita sakit ya...
J : ah, itu kan hanya gosip...
(ternyata salah responden???)

P : Selamat malam sdr Y
Y : Selamat!
P : Bagaimana kabar saudara?
Y : Hmm, alangkah baiknya keadaan saya sekarang, saya rasa demikian halnya, adanya.
P : Saya dengar sdr mengalami sakit keras ya kemarin?
Y : Wah, ternyata kabar itu sampai juga ke telinga sdr, hal ini tak bisa dipungkiri. Sakit telah menjatuhkan dirinya pada pangkuan saya, lalu mengalir dalam darah, dan mengeras memenuhi organ. Tak salah kiranya kalau dikatakan saya mengalami sakit keras.
P : Lalu sakit apa yang anda rasakan?
Y : Kesakitan saya menyebabkan saya tak bisa merasakan sakit, indera tak bisa diajak berdiskusi, kulit menyerap panas berlebih dari matahari, sementara kepala lebih memilih berputar daripada berpikir. Tak bisa saya jelaskan apa penyakitnya. Yang pasti, kepala ini, bahkan badan ini serasa bukan milik saya lagi...
P : Alangkah mengerikannya sakit yang anda derita. Lalu bagaimana cara pengobatannya?
Y : Saya mendatangi dokter. Lalu saya diwawancara, dan diperiksa, lalu mendapat resep obat. Tapi perihal dokter ini malah membuat saya heran, dia memberikan resep berdasarkan yang saya ceritakan, bukan hasil pemeriksaan. Lantas, buat apa di periksa kalau demikian?? Setelah mendapat obat, baru saya meminum setiap harinya. empat jenis obat setiap kali minum. Alangkah pahitnya. Kalau tau begini keadaanya, lebih baik saya tidak sakit saja.
P : Loh, kalau begitu, sakit itu merupakan pilihan dong?
Y : Bisa merupakan pilihan, kalau memilih untuk tidak menjaga kesehatan, maka kita akan sakit. Dan tingkat keakutan penyakit yang kita derita pun masih tergantung pada pilihan-pilihan yang kita buat.
P : Oh, begitu. Terakhir, ada sesuatu yang didapat gak, dengan sdr mengalami sakit kemarin?
Y : Banyak banget! Kita lebih menghargai kehidupan dengan menjadi sakit, angin yang berhembuspun tak akan terasa indah kalau kita nikmati dengan tubuh sakit. Sakit juga menyadarkan diri bahwa dengan semangat yang membaja di dalam tubuh saja ternyata tak bisa mencegah kita untuk menjadi sakit, semua harus dibarengi disiplin diri untuk menerapkan berbagai pola hidup sehat yang akan menjaga tubuh kita dari pengrusakan. Dan terakhir yang baru saja saya sadari: Rokok ternyata tidak baik untuk kesehatan....

Ket:
P,J, dan Y sebenarnya adalah satu orang.....

Tuesday, August 30, 2005

Kepergian Mereka (kasus DO ITB)

Beberapa waktu lalu, kita dikejutkan (atau mungkin seperti dikejutkan) oleh berita akan keluarnya SK rektorat untuk menDO sekian banyak mahasiswa. Lalu serentak, seolah menyuarakan rasa terkejutnya, berbagai himpunan bereaksi dengan menggelar aksi solidaritas terhadap rekan-rekan yang terkena kasus DO tersebut.

Aksi diawali dengan pewacanaan dari beberapa aktivis kemahasiswaan, dari KM dan dari himpunan-himpunan, lalu diakhiri dengan perumusan pergerakan kedepannya dalam memperjuangkan rekan-rekan yang nafasnya hanya tinggal beberapa hari lagi dalam mengenyam pendidikan di ITB.
Mari kita tinjau kasus ini dari berbagai sisi.

Pertama-tama, rektorat sebagai pihak yang memegang peran dalam menjalankan program pendidikan di institusinya ini, telah menetapkan berbagai peraturan yang (sepertinya) bertujuan memperbaiki system pendidikan di ITB, dengan mengarahkan agar mahasiswa menjalankan perannya sebagai mahasiswa, untuk mengenyam pendidikan, dengan baik di kampus ini. Aturan-aturan mengenai syarat kelulusan, dari tahap TPB, Sarjana muda, atau sarjana sudah menjadi pengetahuan umum bagi para mahasiswa, baik yang baru hadir, maupun yang telah lama berkecimpung dalam dunia mahasiswa. Atau mungkin masih ada yang belum tau aturan ini? Kalau demikian halnya, bisa dijadikan sebagai kasus khusus, mahasiswa yang apatis.

Lalu, bisakah kita menyalahkan rektorat dengan aturan yang dibuatnya ini? Kalau hidup terbatas pada paradigma sekedar cari-mencari kesalahan, tentu kita pun bisa menyalahkan aturan-aturan ini. Dengan alasan, bahwa rektorat tidak memberi kebebasan pada mahasiswanya untuk bisa terlibat aktif dalam kegiatan kemahasiswaan diluar pendidikan, dan hanya mengarahkan mahasiswanya untuk mengejar akademis, sehingga akan melahirkan lulusan-lulusan dengan pengetahuan bidang keilmuan mendalam, tetapi dengan keterbatasan kemampuan berorganisasi dan komunikasi, minim soft skills.

Akan tetapi, lebih jauh dari sekedar saling menyalahkan, dengan paradigma bahwa hidup adalah sekian banyak tantangan yang menuntut kita untuk menjawabnya, kemudian membuat kita bahagia saat mengetahui bahwa kita berhasil melewati berbagai tantangan dan rintangan tersebut, tentunya hal ini bisa dianggap sebagai tantangan bagi kita.

Lalu bagaimana keadaanya saat ini? Ternyata masih ada yang belum bisa memandang aturan tersebut sebagai tantangan, untuk menunjukkan kompetensinya sebagai seorang mahasiswa yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Bukankah kita tak perlu lagi mempertanyakan kecerdasan mahasiswa ITB? Atau bisa jadi, beberapa orang belum menghayati peran perguruan tinggi ini sebagai jembatan yang akan mengantarkannya menyonsong dunia kerja nanti. Kemudian, begitu hampir memperoleh pemahaman, semua seolah terlambat, segera terpasung oleh aturan yang tak terbantahkan.

Lalu, bagaimana kita menyingkapi kasus berakhirnya masa belajar sekian banyak teman kita ini? Dalam harian kompas dimuat berita, sebanyak 190 orang mahasiswa ITB di DO. Pak Adang, menyatakan alasan, bahwa mereka belum bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan di kampus ITB. Jika demikian halnya, bagaimana tindakan rektorat dalam mengusahakan agar mahasiswanya menghayati peran dan fungsi kehidupan di kampus ITB? Walaupun telah diselenggarakan pengarahan kepada mahasiswa baru mengenai strategi sukses di kampus, ternyata hasilnya masih belum maksimal. Atau mungkin semua progam itu tetap dianggap sukses, dengan sample error mendekati 10%? Entahlah. Yang jelas, kapasitas ITB sebagai perguruan tinggi terbaik perlu dipertanyakan, mengingat ketidakbecusannya dalam mendidik mahasiswa untuk bisa mengikuti proses pendidikan dengan baik.

Bahkan ternyata sistem yang ada di ITB pun tidak cukup baik untuk bisa dijadikan panutan dalam pelaksanaan berbagai kebijakan yang dirumuskan didalamnya.

Peran dosen wali sebagai wali bagi para mahasiswa dalam kehidupan kampus masih perlu dipertanyakan, dengan sekian banyak dosen wali, yang menuntut mahasiswanya untuk dengan dewasa dan aktifnya menjalani setiap tahap perkuliahan, ternyata tidak bisa berjalan optimal. Bahkan terkadang mahasiswa merasakan adanya gap yang besar antara dirinya dengan dosen wali, dengan keekslusifan yang melingkari keberadaan dosen tersebut. Berapa banyak mahasiswa dan dosen yang bertemu muka lebih dari satu kali dalam setiap semester untuk mendiskusikan berbagai hal yang terjadi di dalam kampus, dan melaporkan keberlangsungan studinya?

System yang mengatur prosedur pengambilan SP kasus pun ternyata masih berjalan parsial. Untuk kasus TPB misalnya, berbagai mahasiswa yang menjalani SP kasus untuk mata kuliah Fisika, Kimia dan Kalkulus ternyata mendapat perlakuan yang berbeda dengan perbedaan mata kuliah. Dalam kasus kimia, pihak mahasiswa dibimbing dengan pengajaran dari dosen-dosen yang berkaitan, setelah itu baru menjalani evaluasi untuk menilai perkembangan mahasiswa. Tetapi, hal ini tidak didapati pada mata kuliah fisika dan kalkulus. Mahasiswa tidak diberikan bimbingan lebih lanjut, melainkan langsung dihadapkan pada ujian untuk evaluasi. Lantas, bagaimana cara mahasiswa untuk menutupi kekurangannya dalam mata kuliah tersebut, tanpa dipandu oleh dosen yang berkompeten di bidangnya?
Tanpa perlu diuraikan seluruhnya, ternyata dalam sistem sebuah institusi yang sebesar ITB pun, bisa kita dapati banyak kekurangan.

Lantas bagaimana tindakan himpunan-himpunan dalam memperjuangkan anggotanya yang mengalami permasalahan dalam akademis? Beberapa himpunan telah meyingkapinya dengan aktif, mendata teman-teman yang bermasalah, memberikan penyadaran, mensosialisasikan aturan-aturan dan tahapan-tahapan yang berlaku dalam kasus akademis, membantu dengan memberikan tutorial, dan membantu memperjuangkan dengan lobi-lobi ke berbagai pihak yang terkait. Jika semua ini belum dijalankan, tidak layak bagi sebuah himpunan untuk memprotes rektorat atas kasus yang dialami rekan-rekannya.

Terlebih dari itu, bagian terpenting adalah, kita semua sepatutnya kembali mengevaluasi diri menyangkut keberadaan kita di kampus ini. Sudahkah keberadaan kita dalam sistem pendidikan di kampus berjalan dengan semestinya?

Sebagai mahasiswa misalnya, seorang agung saptadinata, HMS2001 pernah memberikan kuliah singkat. Bahwa mahasiswa itu dibagi menjadi empat macam:
1. Sandera, yakni mahasiswa yang merasakan keberadaannya di ruang kuliah adalah sebuah keterpaksaan, tanpa ada keinginan dari dalam dirinya untuk belajar.
2. Teroris, yaitu mahasiswa yang keberadaannya di ruang kuliah adalah sebagai pengganggu bagi mahasiswa lain yang hendak belajar.
3. Turis, adalah mahasiswa yang ke ruang kuliah demi mendapatkan kesenangan dan hiburan semata, dengan bermain dan bercanda.
4. Pembelajar (learner), merupakan mahasiswa yang telah menyadari perannya dan ingin mendapatkan manfaat sebanyak-banyaknya dari dosen dan istitusi dengan menggunakan masa perkuliahan yang ada dengan sebaik-baiknya.
Meskipun teori ini belum dapat dipastikan kebenarannya dalam lingkup kampus ITB, tetapi bisa dijadikan sebagai pembelajaran untuk kita, agar mulai melihat kembali keberadaan kita di kampus ini sebagai sebuah kesempatan yang seharusnya bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk bidang keilmuan yang kita dalami dan keorganisasian yang kita geluti.

Dalam hal ini, sebagai seorang mahasiswa dewasa, tentunya kita bisa memanajemen diri untuk memanfaatkan kesempatan dalam bidang keilmuan dan organisasi dengan baik. Sehingga bisa mengambil manfaat dari keduanya dengan optimal. Lantas, bagaimana caranya membagi waktu untuk keduanya sehingga bisa berjalan dengan sinergis? seorang Anwar, HMS’99 pernah mengemukakan kiat-kita yang dimilikinya: “Saat berada dalam kegiatan organisasi, lupakan perkuliahan. Saat berada dalam ruang kuliah, jangan bawa-bawa organisasi.” Yang bisa diterjemahkan dengan memusatkan perhatian pada bidang yang sedang kita jalani, berkonsentrasi. Sehingga kehadiran organisasi tidak mengganggu perkuliahan, dan beban perkuliahan tidak menghalangi untuk berorganisasi. Meskipun terlihat begitu ideal, tetapi agak sulit untuk menerapkannya, tapi sebaiknya kita semua bergerak pada arah ini, untuk sebuah perbaikan.

Pada akhirnya, kita bisa mempertanyakan tanggapan kita terhadap kasus DO yang terjadi. Akankah kita akan merespon dengan proaktif, atau reaktif??

Spiritual kembali

Beberapa hari, minggu dan bulan belakangan ini, aku kembali dihadapkan pada perenungan. Seperti sebuah ungkapan, untuk dapat memanfaatkan hidup dengan sebaik-baiknya, kita harus melakukan perenungan yang sedalam-dalamnya tentang kehidupan. Dan, kali ini aku termenung, merenungkan tentang apa arti sebuah agama bagiku dalam kehidupan ini.

Ya, apa artinya semua rutinitas dan keseharianku dengan agama yang kupeluk. Agama islam. Bukan, bukan karena keraguan akan kebenaran ajarannya. Melainkan merenungkan kembali bagaimana agama itu menjadi pakaian bagiku, dan bagi kebanyakan orang, begitu banyak orang yang beragama sama, agama islam. Apakah Cuma berakhir sebatas pakaian bagi kami?

Suatu hari, saat bercengkerama dengan alam di puncak tangkuban perahu aku diingatkan oleh seorang pedagang sekaligus pemandu, dalam pembicaraan kita mengenai kehidupan beragama.

“Di dunia ini sekarang kita selalu lebih mementingkan kehidupan dunia dengan materinya daripada kehidupan beragama.“ Loh kok dia bisa berpikiran seperti itu, pikirku.
“Bukannya semestinya kita harus menyeimbangkan antara kehidupan beragama dengan kehidupan dunia pak.” Kataku.
“Kalau bicara soal keseimbangan, kita tidak akan sanggup. Coba lihat, berapa banyak waktu kita untuk mencari materi dan dunia, bandingkan dengan waktu untuk beribadah dan mengejar kehidupan akhirat! Tidak akan bisa seimbang!, Kalau mau seimbang, saat adzan datangi masjid dan langsung sholat berjamaah! Tinggalkan kesibukan lain!!” Jleb!!! Langsung menusuk ke sasaran. Meski pembelaan dalam hati menyatakan bahwa bukankah kita semua ada pada usaha yang mengarah pada hal itu, keseimbangan. Tapi belum ada bukti konkret yang menguatkannya.

Tak bisa dipungkiri, bahwa pandangannya benar. Meski banyak pandangan yang berbeda denganku yang merasa punya kehidupan terpelajar dibandingkan dengan dia yang punya keseharian di pegunungan. Tapi banyak pelajaran bisa didapat dari pemikirannya.

Tentang agama islam sebagai sesuatu yang diperoleh dari keturunan. Kalau diibaratkan sebagai sepatu, sebuah sepatu yang diperoleh dengan susah payah, oleh seseorang, kemudian diwariskan pada keturunannya. Akankah keturunannya menghargainya sebagaimana leluhurnya menghargainya?? Kita akan bisa lebih menghargai sesutau kalau kita berjuang untuk mendapatkannya. Dan konsep agama sebagai hasil perolehan keturunan bisa saja menghilangkan penghargaan terhadapnya.

Lantas apa yang bisa kita lakukan? Salah satu caranya adalah dengan berusaha memperjuangkan keislaman yang kita punya menuju pada taraf yang lebih maju. Tidak terbatas pada pakaian luar dan identitas pada KTP. Itulah perjuangan yang layak bagi penerus agama ini.

Aku dan lingkunganku, islam dan lingkungannya. Berapa banyak orang yang mengakui keesaan Allah SWT, Kenabian Muhammad SAW, dan kebenaran ajaran yang dibawanya, namun tak membekas pada perilaku sehari-hari.
Sholat yang hanya lima kali seharipun terkadang dilalaikan, belum lagi mencapai taraf apakah sholat ini sempurna, khusuk atau tidak. Belum lagi berbagai larangan agama yang ketika berada dalam sebuah komunitas, tak lagi menjadi sebuah larangan. Ketika terjadi usaha kearah perbaikan, selalu ada benturan-benturan dengan budaya berbeda yang hampir mengakar. Bisakan budaya islam ditegakkan di Negara ini?? Kalau jawabannya bisa,bagaimana??

Bagaimana caranya agar setiap orang islam memahami keberadaan agamanya tidak hanya sebatas penutup luar, melainkan merasuk sampai ke hati sanubari. Sehingga setiap ajaran moral yang ada pada agama tidak hanya berakhir sebatas wacana. Sehingga bisa terbukti bahwa agama ini merupakan ajaran moral yang paling universal.

Bagaimana di Negara ini korupsi bisa menjadi budaya, kriminalitas menjadi bagian dari keseharian, dan dunia menjadi tujuan. Mungkin kelihatan klasik, seperti pada ceramah agama maupun pengajian. Tetapi tetap saja, pelaku kejahatan, pencurian, bahkan pemerkosaan yang dilakukan oleh orang dengan pakaian islam, bahkan atribut haji yang disandangnya membuat miris hati ini. Apa masalahnya, tidakkah semua orang memahami ajaran agamanya? Atau kebanyakan cuma berada pada kulit terluar dan tidak bisa mencapai bagian terdalam bagi sebuah pemahaman religius? Kalau demikian halnya, adakah usaha setiap orang untuk memperdalam pengetahuannya mengenai agama??

Thursday, August 25, 2005

Penguasa Negeri

Aku berharap segera bisa menemukan potret diri dengan semua pencapaian. Mungkin ketenangan, kearifan, bijaksana, kedewasaan, intelektual, pemikiran, atau sebagai pejuang moral yang membawa segenap pencerahan.

Akan tetapi, masih jauh sosok itu diujung jalan. Sementara di setiap langkah yang ada terdapat aral yang merintangi, yang bahkan bersumber dari dalam diri. Bisakah berbicara tentang kejujuran, jika masih berdusta dengan hati nurani? Atau bolehkah bicara tentang keadilan, jika masih selalu dikuasai ambisi? Mungkinkah dibenarkan berbicara tentang agama, semantara belum memahami kedalaman ajaranya berikut segenap pengamalannya?

ya, tubuhku dengan jiwa sebagai penguasanya.

Bahkan meski selalu melengkapkan setiap ruang dengan aksesoris kebaikan, masih tetap tersisa lukisan buruk. Yang meski kemudian ditutupi, tetap akan membekas, lalu kembali beranak pinak.

Terkadang aku merasa lelah, tidak berkesudahan semua perjuangan ini. Berjuang melawan setiap musuh kebenaran, dan lalu dikalahkan oleh lawan yang berasal dari dalam diri sendiri.

Lalu, bagaimana caranya agar aku selalu bisa menang?

Meski mempersenjatai diri dengan idealisme yang semakin terasah, tetapi tetap selalu terjadi pertempuran antara hati nurani dan akal manusia yang terkontaminasi bisikan setan. Kemudian, siapakah yang akan menjadi penguasa dari segenap tubuh dan jiwa? Semoga kearifan yang bermahkotakan budi pekerti lah yang akan bertahta....

Thursday, August 11, 2005

Pasca Soundrenalin



Sebenarnya agak2 miris juga, saya melaporkan hasil pasca soundrenalin ini...

setelah sekian banyak band cadas berlalu, tanpa ada yang bisa kita nikmati. Saya dan Uun, yang dalam hal ini, mengenakan seragam ekspresi jiwa cadas dan anti kemapanan, dibuai dengan lagu2 maliq de essensial...

wajah yang garang menuntut untuk menjaga image, dan menjaga idealisme musik cadas, dari kontaminasi musik Rnb, pop, dsb yang sedang marak. Tapi apa daya, tubuh menahan bergoyang, tapi jempol kaki tetap tak tertahankan menikmati setiap nada, dan menari seiring additional vocal bercelana biru yang meliuk dengan indah...

Lalu ada Pas Band
Feel the rhytm, feel the music, feeel the soul. Itulah yang terjadi. Menghayati musik kedalam bentuk ekspresi teriakan dan koreografi. Mengalir bersama alunan nada, bersatu dengan peluh sejuta umat, dan mencapai kepuasaan dari pelepasan beban.

Lalu ada Peterpan...
Makhluk dengan inisial raja tanah/punk belajar/haseup ini, tanpa memperdulikan aliran cadas yang biasa dianutnya, sebagai penggemar puppen, malah bergoyang2 kekiri, kekanan, kedepan, kebelakang mengikuti suara ariel. Hingga seorang wanita (bersama cowonya) yang juga asik bergoyang, berhenti, dan menatap iba kepadanya....
"Orang ini ga salah nih?? jadi penggemar peter pan???"

Apa boleh buat???
Saya tak bisa berbuat banyak untuk menghindari opini publik terhadap kejanggalan adegan ini... Ternyata wajah benar-benar tak bisa dijadikan patokan untuk menilai isi hati...

Thursday, August 04, 2005

Perubahan Nama

Ternyata nama Yows:Sebuah perjalanan, cukup mewakili semua tulisan yang ada pada blog ini, tapi ternyata dirasa agak membatasi penulisan, sehingga terkadang ada judul yang terasa begitu dipaksakan, meski tidak pada esensi sebenarnya...
Dengan ini Yows mempersembahkan sebuah nama baru:
Yows, The Legendary Of...

YEAAAAH!!!!

Menuju sebuah jati diri, seorang Yows pada masa sekarang bukanlah Yows, pada masa lalu bukanlah Yows, pada masa depan mungkin akan menjadi Yows yang sesungguhnya, karena kita semua dalam perjalanan melalui waktu yang terus berdetak dengan putaran konstan. Dan semua titik itu berkumpul bersama menuju pada sebentuk ideal yang dituju dalam pengembaraan, kalau tidak bisa dikatakan sempurna. Ideal adalah kata yang cukup mewakili.

Untuk memanfaatkan hidup dengan sebaik-baiknya, kita harus melakukan perenungan2 sedalam-dalamnya. Dan itulah yang menjadi inti dari persembahan blog ini,perenungan2 dalam mencari makna dan manfaat dari kehidupan. Apa arti semua hal yang terjadi, dan apa manfaatnya bagi dunia, kalau tidak bisa bicara dunia, mungkin bisa diperkecil dengan lingkungan keluarga, masyrakat, propinsi atau indonesia, sebesar-besar bagi kemakmuran masyarakat...(kok kaya undang-ungang gini ya...)
Yah, demikianlah persembahan kita di hari yang cerah ini.
Jumpa lagi dilain kesempatan.....

Wednesday, July 27, 2005

Perjalanan Menuju Legenda Pribadi

Setiap orang memiliki legenda Pribadi. Legenda pribadi seseorang adalah apa yang selalu ada dalam hasrat mereka untuk ditunaikan dalam hidup. Setiap orang, saat mereka belia, tahu apa legenda pribadi mereka. Pada titik itulah semuanya jelas dan segalanya mungkin terjadi. Mereka tidak takut untuk bermimpi, dan selalu mendambakan untuk mewujudkan apa yang mereka inginkan dalam hidup.

Seiring dengan waktu yang berlalu, satu atau beberapa hal menyakinkan bahwa mustahil bagi kita untuk mewujudkan legenda pribadi tersebut. Pada titik tersebut kita diuji.
Hingga hanya sedikit orang yang masih berjuang untuk mewujudkan legenda pribadinya, sebagian mengubah arahnya, sebagian lagi memperbaharui legenda pribadi mereka menjadi sebentuk impian yang lebih realistis untuk dicapai.

Semakin dekat seseorang ke perwujudan legenda pribadinya, semakin besar legenda pribadinya menjadi alasan utamanya untuk hidup, dan semakin banyak segala kesulitan menguji kelayakannya untuk mewujudkan legenda pribadinya. Bukankah sebelum pagi yang begitu terang ada malam yang paling gelap?

Dan, kini muncul sebuah pertanyaan, apakah yang menjadi legenda pribadi seorang YOW? Bukan untuk diungkapkan disini, karena kita semua masih dalam perjalanan menuju bagian itu. Alangkah baiknya kalau setiap langkah mengarahkan kita padanya, meski suatu ketika terhadang batu, tembok, gunung maupun lautan. Itu bukanlah halangan untuk meraih mimpi. Melihat setiap hal yang ada di depan mata dan melalui setiap jejak yang sarat makna, sambil memikirkan tentang legenda pribadi di ujung sana akan membawa kita pada arah yang benar. Semoga.

Monday, July 18, 2005

Perjalan Sejarah Perasaan

Pernah ga merasa dicintai dan merasa sakit pada saat yang sama??

Memang aneh ya, sebuah kehidupan dimana hati memegang peranan yang bergitu signifikan. Dan setelah berhubungan dengan hati, tak satu penjelasan logispun yang cukup mewakili untuk sebuah kebenaran universal.

Tapi kalau dicoba telusuri kembali, mungkin runutannya cukup bisa membawa titik terang, meski tetap tanpa pencerahan.

Wanita, ya wanita, wanita yang baik ini (bisa dikatakan wanita yang baik karena dia telah dengan sebegitunya memberikan rasa sayangnya pada pria tak penting ini), adalah sepenggal bagian dari kehidupan masa lampau. Kehidupan masa lampau yang bisa disebut sebagai sejarah, mungkin bisa dikatakan peninggalan bersejarah??

Bisa dikatakan dia memainkan peranan penting pada sejarah kehidupanku, yaitu pada bagian bagaimana merasakan sebuah kehidupan yang saling melengkapi antara dicintai dan mencintai. Tapi, kemudian cinta itu pergi dari dalam sini, hilang entah kemana, setelah perasaan ketakutan terhadap cinta yang begitu mendalam. Semakin dalam mencintai akan semakin menyakitkan, mungkin. Lalu sebuah rangkaian yang biasanya mengukir tentang cinta ini, terputus tanpa pertimbangan lain selain rasa takut. Ah, rasa takut itu bagian dari manusia, dan aku masih manusia biasa.

Walau bagaimanapun, bukan wanita ini yang kubayangkan akan mengisi hari-hariku untuk selalu bersamanya. Bukan, bukan, bukan. Dan lalu, muncul rasa bersalah setelah semua ketakutan itu. Setelah itu rasa sakit. Jikalau terasa sakit, itu bukan cinta. Adakah hal ini membuat sebuah konklusi dimana aku tak lagi mencintainya?

Dan ketika aku bertemu dengannya kembali hari ini, setelah perjalanan jauh yang ditempuhnya. Aku semakin kesakitan. Gila!!! Ada apa dengan wanita dan perasaan cintanya yang tak bisa pudar??? Kalau seperti itu caranya cinta membuat manusia menderita, aku putuskan untuk membenci sebuah perasaan dengan inisial cinta. Aku benci cinta. Apakah tak ada ujung lain yang ditujunya selain kesengsaraan?? Aku pernah merasa sengsara dengan perasaan mencinta dan kali ini menderita karena perasaan dicinta.

Oh!!! Sebuah kehidupan dimana cinta bermain di dalamnya… Aku hampir tak bisa berpikir jernih………

Thursday, July 14, 2005

manusia dan cinta

Selain sebagai makhluk sosial, makhluk ekonomi dan makhluk religius, manusia juga adalah makhluk cinta, yang selalu membutuhkan untuk mencintai dan dicintai. Sebagian besar manusia mengejawantahkan cintanya pada tahap tertentu dengan mencari pendamping, membangun kehidupan berkeluarga dsb. Namun, pada sisi lain, atau pada tahapan yang berbeda (entah lebih rendah atau lebih tinggi), manusia menemukan cintanya pada benda-benda, kegiatan, atau lingkungan sekitarnya.

Ada banyak contoh kasus yang bisa kita lihat dimana makhluk-makhluk yang merasa hampa, tanpa cinta, berusaha mengisinya dengan mencurahkannya pada berbagai jenis hewan peliharaan atau tumbuhan. Hal ini telah diselidiki oleh tim kepakaran, yang secara khusus meneliti mengenai perilaku mencinta bagi penganut aliran kehampaan. Salah satu yang bisa dijadikan sebagai bahan renungan adalah pengalaman seorang rekan dengan inisial Edd, beberapa tahun yang lalu, yang tak bisa terlupakan. Dalam periode itu, masalah eksistensinya pada aliran kehampaan tak perlu diragukan lagi.

Alkisah pada suatu hari, dia menemukan cintanya pada seekor ikan, mungkin lebih tepat jika dikatakan, pada secuil ikan kecil, ikan cupang. Dia mencurahkan kasih dan cintanya setiap hari, mengajaknya bercanda dan bercerita, berbagi makanan dikala dia harus berpuasa, bahkan hingga berbagi kamar bersama. Bayangkan apa yang kira-kira bisa diperbuatnya pada segurat ikan kecil itu, di dalam kamar yang gelap.

Alkisah kembali membawa kita pada suatu hari dimana seorang makhluk jalang dengan inisial Edd ini datang ke balai-balai depan himpunan dengan wajah duka nestapa di hadapan seorang yang mulia dan tampan.
"Ini makhluk, kenapa tampangnya suntuk gini?" Tanyaku dalam hati.
"Bang... Ikanku.. Si Joni.. mati......" Katanya, seraya tertunduk lesu.
"....." aku tak bisa berkata apa-apa di waktu itu, juga belum bisa menyimpulan apa-apa, selain hanya menatap iba padanya.  

Dan alkisah kemudian menceritakan bagaimana hari-hari yang dilaluinya karena kehilangan ikan tersebut. Ikan yang meninggalkannya sendirian, membawanya pada penderitaan batin yang tak berperi, penuh duka nestapa. Kehilangan luar biasa karena cintanya yang begitu besar pada seberkas ikan kecil itu.

Namun, sebagai manusia yang luar biasa, hidup harus terus berjalan. Alkisah kembali bercerita tentang Edd, yang tak ingin terlalu lama larut dalam kehampaan karena kehilangan seonggok ikan, kembali bertemu denganku dalam periode waktu itu.
"Bang, aku punya sesuatu yang baru." Katanya dengan wajah antusias, seraya menunjukkan sebongkah kaktus dalam pot kecil. Aku tetap tak berkata apa-apa waktu itu, hanya menatap iba padanya.

Sampai saat ini, baru bisa kusimpulkan betapa tidak ada obat yang lebih manjur dari sebuah kehilangan akan cinta selain daripada menemukan cinta yang baru. Bahwa, betapa pentingnya bagi manusia untuk memiliki cinta, terutama pada sesama manusia.

Friday, July 08, 2005

Perjalanan Manusia

Manusia adalah makhluk sosial, makhluk religius, juga makhluk cinta.

Sebagai mahkluk sosial, manusia selalu membutuhkan untuk bisa berinteraksi dengan sesama makhluk lainnya, berbagi pemikiran, berbagi cerita, berbagi suka dan duka, dan berbagi banyak hal lainnya dalam sebuah interaksi sosial. Tidak ada manusia yang bisa hidup sendiri.

Sebagai makhluk religius, manusia selalu berusaha mencari hakikat penciptaan, dan adakah kekuatan besar diluar sana yang menatur semua kehidupan ini, dan manusia mendapatkan jawabannya dengan ajaran agama, semua agama monoteis mengatur hubungan antara manusia dan penciptanya. Lalu bagaimana dengan manusia yang tidak mengakui adanya tuhan (atheis)? Berarti dia mengingkari kodrat kemanusiaannya, dengan alasan-alasan yang dipaksakan berdasarkan penglihatan tanpa dasar pemikiran yang layak uji.

Sebagai makhluk cinta, manusia selalu membutuhkan untuk mencintai dan dicintai oleh orang lain. Cinta bukan berarti harus sering berinteraksi dengan seorang lain, tetapi cinta, sejatinya bahkan tak membutuhkan sebuah media untuk memuaskannya, dengan keberadaan cinta, manusia bisa menyempurnakan kehidupannya. Bisakah dibayangkan seorang manusia yang tidak memiliki cinta di hatinya???


Thursday, June 23, 2005

Perjalanan Spiritual

Sebuah perjalanan dari seorang yang berinisial aku, sebenarnya tidak bisa lepas dari tiga aspek perjalanan,
1. Perjalanan Fisik
2. Perjalanan Rasa
3. Perjalanan Spiritual
Ketika tidak lagi menjalani satu atau seluruh perjalanan itu, artinya MATI.

Perjalanan fisik, fisik selalu berperjalanan, bisa berupa perjalanan sederhana melalui aktifitas lima indera yang selalu mengecap dan memaknai lingkungan sekitar. Ketika makna yang selalu dihantarkannya menjadi sama dalam setiap langkah, artinya sudah sampai pada sebuah lingkaran, dan tak menghantarkan diri ini kemanapun kecuali kepada posisi yang telah dilalui dan akan dilalui kembali. Aku berjalan, tapi akan merasa mati pada saat yang sama. Itulah kenapa aku selalu butuh melakukan aktifitas diluar sebuah rutinitas.

Tapi bukan sepenuhnya mati ketika masih bisa mengecap rasa yang berbeda dari setiap perjalanan fisik. Rasa lalu memainkan peranannya dalam memaknai setiap perjalanan. Berpikir, berlogika, menggunakan intuisi, memakai hati, saat itulah aku menciptakan perjalanan rasa. Rasa bisa bersumber dari sepotong kecil bernama hati, yang lalu memberi nilai berupa kesan pada setiap hal pada lingkungan. Bisa kepada manusia, binatang, tumbuhan, bahkan angin yang berhembus pun tetap bisa memberi warna pada rasa. Oleh karena itulah perjalanan ini tak pernah bisa berakhir. Kecuali jika suatu saat harus berhadapan denga suatu tahap yang disebut mati rasa.

Tiba-tiba aku dihadapkan pada sebuah keadaan dimana indera sudah tak lagi mengecap hal-hal baru dan rasa memainkan peranan yang melebihi kewenangannya. Aku perlu mengembara, tetapi tak bisa kemana-mana atas kekangan fisik yang tak bisa pindah ini. Aku ingin melepaskan semua rasa berlebihan yang lalu malah menjadi beban ketika tak lagi bisa menilai secara objektif, tak lagi bisa bersahabat dengan logika. Ketika itu terjadi, di dalam sini banyak terjadi peperangan, tak ada lagi rasa tenang, tentram dan bahagia yang selayaknya masih dirasakan oleh kehidupan. Apa lagi yang bisa dilakukan selain melakukan perjalanan spiritual.

Perjalanan spiritual memang selalu memanggilku setiap saat aku memerlukan pemaknaan yang lebih objektif terhadap kehidupan. Kenapa aku harus ada? Kenapa dunia harus ada? Dan apa yang akan aku lakukan terhadap dunia dimana aku berada di dalamnya? Dan masa ini adalah masa yang tepat untuk mengambil porsi lebih terhadap perjalan ini dibanding perjalanan lainnya. Mungkin dengan jawaban pertanyaan atas perjalanan ini bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan lain, atau minimal membawanya pada arah yang lebih memajukan.

Perjalanan spiritual mulai memegang peranan. Aku mulai sering berpikir dengan upaya menghayati kehidupan dan mencari ketenangan di dalamnya. Mungkin telah banyak orang yang berusaha menjawab ini dimasa yang lampau, akupun mencoba melihat kepada pemikiran mereka yang telah lebih dahulu menemukan atau mencari pemaknaan atas kehidupan. Toh ketika ilmu pengetahuan begitu berkembang di Eropa, tidak lain terjadi karena renaissance, dimana mereka mempelajari kembali pemikiran-pemikiran dan filsafat ahli-ahli yunani beberapa abad sebelumnya.
Disinilah aku, mencoba menemukan kembali sebuah gambar yang saat ini hanya mempersembahkan kegelapan pada segenap penelusurannya. Kegelapan di dalam dada, kepala dan apalagi yang bisa bercahaya bila bagian dari keduanya telah tergelapkan. Penelusuran jauh kedalam lubuk keinsanan atau bahkan pengembaraan jauh demi keluar dari batas-batas keduniaan, mungkin akan ada jawaban diujung sana. Semoga.

I WILL

Who knows how long I've loved you
You know I love you still
Will I wait a lonely lifetime
If you want me to--I will.
For if I ever saw you
I didn't catch your name
But it never really mattered
I will always feel the same.
Love you forever and forever
Love you with all my heart
Love you whenever we're together
Love you when we're apart.
And when at last I find you
Your song will fill the air
Sing it loud so I can hear you
Make it easy to be near you
For the things you do endear you to me
You know I will
I will.

Perjalanan Untuk Sebuah Perkenalan

Jum’at, 29 April 2005

Pada papan info HMS tertera pengumuman:
“Musik Sore FTSP, Hari ini (29 Apr ‘05) selasar arsitek, klo ga datang ke acara ini bukan anak musik FTSP”
Info itu membangkitkan hasrat untuk menghadiri acara tsb, kata-kata musik dan kata-kata FTSP (Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan) merupakan pembangkit motivasi yang tidak bisa dibendung lagi. Kenapa? Karena Yow adalah seorang penggemar musik dan pengagum salah seorang anak FTSP jurusan Plano’02. Mendapati keduanya akan berada dalam sebuah even merupakan hal yang paling menyenangkan dari sebuah hari, apalagi yang lebih membahagiakan selain daripada itu?

Mushola bundar, menjelang magrib.
Persiapan acara sedang dilakukan, anak2 FTSP duduk di sekitar mushola bundar, Yow melihat seorang wanita yang dikaguminya dalam kerumunan anak-anak plano. Melihat, mungkin lebih tepat dikatakan mencuri-curi pandang, karena masih sungkan untuk bertatapan langsung, meski kadang hal itu tak bisa dihindari. Beberapa saat kemudian wanita itu kembali ke himpunannya yang jaraknya sekitar 15 m dari mushola. Kebahagiaan sesaat telah berakhir.

Seorang makhluk berinisial Porky memasuki lapangan, berhasil menebak niat Yow datang ke acara musik FTSP dan langsung memprofokasi:
“Mbi, Lo ngecengin si Mxxx kan?? Samperin kalo berani!! Ajak kenalan!!” Sumber penyebar berita hingga si Porky tahu idaman hati Yow masih dalam penyelidikan.
“Yaelah Win, klo itu mah gw ga usah disuruh juga bakalan kenalan sendiri, nyari momen yang pas dulu!”
“Klo lo berani, dateng ke himpunannya, trus bilang ‘Mas, saya jambi mo nyari Mxxx buat kenalan’, biar semua orang ngeliat elo, gw kasih 2 juta tiap hembusan nafas gw klo lo berani!!!”
“Ha ha” Yow tertawa
“Gw tambahin 3 juta setiap kali bersin, klo bang jambi berani!!” Makhluk jalang dengan inisial Edd ikut memprofokasi.
“Ha ha” Yow tertawa lagi, gak logis klo hal yang bisa bikin malu seumur hidup ini dijadikan taruhan.
“Ntar kalian bunuh diri lagi malam ini, karena gw berhasil kenalan. Udah deh, ntar klo dia datang ke acara musik sore ini, gw pasti kenalan ama dia, klo ngga, gw bakalan ngasi kalian satu sms tiap hari.”
“Sepakat!!” kata anak-anak kurang ajar tukang profokasi itu.

Selasar Arsitektur
Singkat kata, Yow sudah berada diantara kerumunan. Duduk bersama adek2 HMS yang dengan kurang ajarnya meneriakkan “Jambi mo nyatain!! Jambi mo nyatain!!” setiap kali MC memanggil salah seorang penonton untuk mengisi acara. Yow cuek, tidak menanggapi dengan serius dan lebih tertarik menatap keindahan pancaran cahaya bidadari yang ada pada arah jam 10.

Musik, hiburan, hingga forum pembahasan serius berlanjut, sampai akhirnya acara hendak ditutup oleh MC.
“Yak,mungkin ada yang mo memberikan persembahan terakhir, dari penonton??”
“Si jambi mo nyatain!!” Makhluk-makhluk janggal, rusuh dan kurang ajar kembali berteriak teriak bikin rame.
“Hayo Jambi, yang baju merah ya? silakan maju kedepan” ucap MC
“Ngga, ngga” Yow mengelak sambil tertawa-tawa tertekan.
“Mungkin dari deretan kiri ada yang mo maju??” Ditunggu sejenak. Karena ga ada yang maju, MC kembali memangggil Yow.
“Hayo, Jambi aja, silakan maju, ke depan aja dulu...!”
Sudah dipanggil berulang kali seperti itu, merupakan hal yang tabu kalau Yow tidak menanggapi, ga ada yang boleh meragukan dirinya dalam hal mental. Akhirnya Yow ke depan, entah apapun yang akan terjadi...

Didepan, diatas panggung (yang sebenarnya tanpa panggung)
“Apri” kata MC, mereka berjabat tangan
“Iya, sudah tahu, Wahyu” kata Yow
“Loh, kok bisa dipanggil jambi??”
“Oh, itu panggilan iseng dari anak-anak HMS aja” Yow berusaha santai meski nervous abis.
“Angkatan berapa Yu?”
“Angkatan 2001”
“Udah mo lulus dong, kapan lulus?? Juli?”
“Yaah, mudah-mudahan...” Setidaknya setiap orang memang ingin lulus cepat, yaitu Juli, kelulusan setaraf makhluk jenius dari anak-anak ITB, meski Yow sangat yakin tidak mungkin lulus bulan Juli.
“Oke, kita doain semoga segera lulus. Sekarang silakan, apa yang mo dinyatain..” MC memberikan mic nya. Yow mengambil dengan tenang, seolah mendapat keberanian dan kekuatan tambahan.

Yow berbicara
“Mmm, sebenarnya saya bukan mo nyatain, seperti yang dikatakan oleh teman-teman tadi, itu hanyalah sebuah kesalah pahaman dari rekan-rekan HMS. Tapi karena saya sudah di depan, ya apa boleh buat, saya akan mengatakan sesuatu.”
Hening sejenak setelah sorak-sorai anak-anak FTSP yang masih tersisa di selasar arsitek.
“Sebenarnya saya sangat mendukung acara seperti ini, dimana tujuannya adalah membina hubungan kekeluargaan antara anak-anak satu FTSP, Sipil, Arsitek, Geodesi, Lingkungan dan Planologi.” Penekanan pada kata planologi.
“Jadi terima kasih, kepada panitia yang sudah menyelenggarakannya, dengan inisiatif dari Kang Goris, bowo dkk ya tentunya.“
“Kedatangan saya sendiri di acara ini, dengan landasan berpikir dalam rangka mensukseskan tujuan penyelenggaraan acara tersebut, yaitu kekeluargaan. Sebenarnya... saya ingin berkenalan dengan seorang wanita dari FTSP, yaitu anak plano 2002” Terdengar teriakan riuh sorak sorai penonton, ada yang tertawa ada yang serius menyimak.
“Oke” kata MC
“Siapa orangnya, biar saya panggil kedepan.” Lanjutnya
“Ituh, yang didepan, yang pake baju pink.” Ada dua orang memakai baju warna pink. Apri memanggil yang sebelah kiri.
“Imel!!”
“Bukan, bukan yang itu” Bisik Yow.
“Oke, Mel, tolong si Mxxx di suruh kedepan..” MC ini ternyata cukup cerdas.
Massa kembali bersorak-sorak, Mxxx wanita yang mengagumkan itu, terlihat malu-malu dan tersipu. Yow jadi kuatir usahanya membuahkan kegagalan. Ditunggu sekian detik Mxxx menunjukkan gelagat tidak berniat kedepan.
MC kembali berperan.
“Wah, dianya ga mo kedepan, klo emang lo gentle, elo yang harus kesana!” Katanya kepada Yow.
“Ya udah deh.” Yow mengikuti, segera berjalan ke kerumunan massa FTSP. Posisi paling depan dimana Mxxx berada. Langkahnya terlihat percaya diri, meski di dalam sana, jantung berdetak beberapa kali lebih cepat, tangan menjadi dingin. Beberapa orang berseru..
“Jangan mau, jangan mau!!” Sambil tertawa-tawa menikmati pertunjukkan.
Sial. Kata Yow dalam hati.
Setelah tiba di hadapan wanita mengagumkannya, Yow berucap.
“Eh, sori ya Mxxx, gw cuman mo kenalan ko.” Menyodorkan tangan
“Wahyu” Deg deg deg... tiiiit setelah mencapai kecepatan maksimum, jantung berhenti berdetak, menunggu kelanjutan dari detik-detik paling mengerikan itu.
“Mxxx” ekspresi wajahnya, ah, entah apa yang disiratkan olehnya, senang, sedih, malu tak bisa diungkapkan, meski wajah dan ekspresinya selalu membekas dalam ingatan Yow.
“Thx ya” Ucap Yow, Lirih, hampir dalam hati, sambil tersenyum. Semua ucapan tertutup oleh sejuta rasa yang telah membanjirinya.
Yow kembali kedepan.
“Gimana Yu, menurut elo si Mxxx?? Cantik ya?” Tanya MC, Yow berpikir sejenak.
“Oh, kalo masalah itu, kayanya semua orang yang ada disini pasti udah pada tau....”
“Belum, belum, belum!!” Teriak beberapa orang dijajaran depan. Yang kurang ajar, tertawa diatas penderitaan batin seorang pria yang tak ingin mengungkapkan semua rasa diawal perjumpaan.
“Kalo kalian belum bisa melihat kecantikannya, kalian harus belajar melihat pake hati” Hampir saja terlontar kata-kata itu dari Yow, dipendam dalam hati.
“Oke, mungkin ada kata-kata yang ingin diungkapkan ke Mxxx, hari ini??” Kata MC lagi.
“Mmm, saya ingin mengungkapkan, bahwa, tidak ada kata-kata yang ingin saya ungkapkan untuk saat ini, tapi lain kali pasti...”
Beberapa penonton tertawa.
Sesi berakhir, Yow lalu kembali ke tempat duduknya...
Merenungkan kegilaan yang baru saja dia lakukan.

Ingatannya kembali kepada beberapa minggu kebelakang...
Kelas Kapsel (Kapita Selekta dan Infrastruktur)
Kelas ini merupakan gabungan dari beberapa jurusan di FTSP. Diprogramkan agar anak-anak FTSP bisa saling berinteraksi dalam kuliah, mengerjakan tugas dan dalam dunia kerja nantinya.
Saat itu, dosen dari Sipil menerangkan tentang bangunan tahan bencana gempa, lalu pintu kelas dibuka, dan masuklah seraut wajah itu, pakai sweater warna hijau bersama beberapa temannya. Hati Yow mengklaim bahwa inilah wanita paling cantik yang ada dalam sebuah ruangan besar ini, mungkin yang paling cantik diantara semua wanita yang diketahuinya, sayup-sayup dalam hatinya lagu flanella mengalun “kau tercantik, dalam hatiku, meski orang tak berkata begitu, aku ingin kau disampingku selamanya...”. Hati kembali mendeskripsikan pemikirannya “Ini dia nih, wanita yang tipe gw banget!!!”

Minggu berikut
Dua jam kuliah yang seharusnya berharga karena materi yang disampaikan oleh dosen dan tak mungkin diulangi di waktu yang lain, menjadi berharga bagi Yow bukan karena materinya, tapi karena sesosok itu, sesosok bersweater ungu tua yang sedang berusaha menyimak meski terlihat membosan, yang sedang menjadi fokus pandangannya. Arah jam dua. Akhirnya dua jam kuliah membuahkan sebuah gambar pada selembar kertas A4. Gambar seorang Putri.

Minggu berikut
Yow berhasil sedikit berbicara padanya. Kelompok buat penyelesaian tugas besar.
“Eh, kelompok kalian sudah penuh belum? Gw gabung dong...”
“Kayanya sudah penuh deh...” Katanya
“Yaah... “ Padahal Yow bersedia berkhianat cabut dari kelompok awal klo masih ada ruang di kelompok mereka.

Minggu berikut
Dosen dari kelautan sedang menyampaikan kuliah. Dan soseorang yang ditunggu itu tak kunjung hadir. Semua anak Plano tak ada yang hadir.
“Pak, mahasiswanya blom kuota, belum ada anak planologi.. jadi kuliah blom bisa mulai...” Ucap Yow, cukup keras, tapi tak cukup untuk mencapai telinga dosen. Uun si Punk belajar tertawa. Sial, kemana gerangan wanita itu??

Minggu demi minggu berikut, hari rabu merupakan hari yang indah, karena Yow bisa melihat seorang Putri dari marganya bidadari yang telah mengisi hatinya di hari rabu. Seorang putri di hari rabu. Tapi Yow tak berharap banyak. Sudah cukup bahagia mengetahui, akhirnya ada lagi seorang wanita yang bisa membuka pintu hati ini setelah sekian lama membiarkan ruangnya sepi. Bahkan ia tak berharap wanita itu segera masuk ke dalam kehidupannya. Sudah cukup bahagia mengetahui adanya wanita seperti itu dalam hidup yang dia jalani. Tapi hasrat untuk berkenalan selalu hadir dan meronta-ronta untuk segera dipenuhi. Momen, cuma itu yang ditunggunya. Sebuah momen yang membuatnya bisa berkenalan dan tidak membuat sang wanita merasa canggung dengan bentuk perkenalan yang tidak elegan. Seorang WCD lalu memberikan nasihatnya, “Harusnya elo yang menciptakan momen itu, bukan hanya menunggunya...!”

Sunday, May 29, 2005

Perjalanan Samurai

SAMURAI
Kastil Awan Burung Gereja
oleh: Takashi Matsuoka

Buku ini layak untuk dibaca semua orang. Begitu kita mulai membaca beberapa halaman awal akan langsung mendapatkan efek candu yang dikeluarkan dari setiap untaian kata, dalam dan penuh makna. Kita lalu diterbangkan menuju kehidupan Jepang pada masa keshogunan dan kembali bermain-main dalam ceria dan duka dengan semua imajinasi dan tak ingin lagi berhenti berimajinasi. Semua dirangkum dalam sebuah kisah yang tak habisnya bercerita tentang perjuangan, kepahlawanan, filsafat kehidupan dan cinta.

Sebuah kutipan pemikiran seorang Samurai, Shigeru, yang mewarisi kemampuan pedang Musashi:
"Dan ketika saat kekalahan itu tiba, bahkan saat itu Genji juga akan beruntung. Dia akan mati tanpa rasa takut, berlumuran darah dari jantungnya sendiri, dan dalam pelukan seorang wanita cantik yang menangis untuknya.
Adakah yang bisa diharapkan seorang samurai lebih dari itu?"

Singkat cerita,
Novel ini merupakan sebuah karya yang luar biasa.

Friday, May 27, 2005

perjalanan entah apalah!

Baru saja berujar, akan mengirimkan surat dengan koefisien penurunan harapan untuk dibalas sebesar 2%, dan akan berhenti pada surat kelima puluh.
Ternyata punya kehendak untuk mengenal lebih jauh dengan orang yang hendak dikenal dan belum kenal dengan diri kita merupakan satu hal yang membutuhkan energi besar. Dan kenapa aku masih mempertahankan hasrat itu tumbuh di dalam dada, yang lalu senantiasa berteriak dikepala???
Sebuah kata tanya tak cukup untuk menjawab semua.

BEEN DOWN SO LONG

Well, I've been down so God damn long

that its looks like up to me.
Well, I've been down so very damn long
that it looks like up to me.
Now, why don't one of you people
c'mon and set me free?


I said, warden, warden, warden,
won't you break your lock and key.
I said, warden, warden, warden,
won't you break your lock and key.
Hey, come along her, mister, c'mon,
and let the poor boy be.


Baby, baby, baby, won't you get down on your knee;
Baby, baby, baby, won't you get down on your knee;
C'mon. little darlin', C'mon and give your love to me.

Oh, Yeah.
Well, I've been down so God damn long
that it looks like up to me.
Well, I've been down so very damn long
that it looks like up to me.
Now, why don't one of you people
c'mon, c'mon, c'mon,
and set me free!!!!!!!!!!!!!

Monday, May 02, 2005

Tetes Demi Tetes Perjalanan

Tetes demi tetes, halus, jatuh ke permukaan tanah. Tanah dan aksesorisnya segera menyerapnya tetes demi tetes juga dengan tatap meninggalkan jejak pada permukaan. Langit senja yang semula jingga mengubah warnanya menjadi abu-abu. Menutup sebuah pesona dan membuka bagian lain pesonanya.

Sepasang muda-mudi berpayung merah jambu, menikmati tetes demi tetes itu dengan caranya sendiri, mungkin lebih tetap jika dikatakan, dengan cara mereka. Berjalan perlahan sambil tetap memancarkan cahaya cinta. Sepasang muda-mudi yang ceria, tetes demi tetes itu tak mampu memudarkan bahagia pada wajah mereka. Justru menambahkan luapannya pada tiap langkah yang mereka buat.

Beberapa kelompok orang berteduh, berbagai komunitas. Ada yang wajahnya mempertanyakan kapan tetes demi tetes ini akan berakhir, ada yang tetap dalam keceriaan, dilengkapi dengan wajah yang diselumuti mendung sebagaimana warna langit yang semakin kelabu.

Seorang pemuda termenung, tengah berusaha berlindung dari tetes demi tetes yang ada. Berlindung dari nikmatnya. Tapi, berlindung pun tak mampu menutupi ketertarikannya pada tetes demi tetes yang halus itu. Berlindung dan menikmatinya. Tetap dalam posisinya yang terlindung, asap garpit keluar perlahan dalam beberapa hembusan nafas yang dimilikinya.

Tetes demi tetes itu lalu berubah menjadi gumpalan demi gumpalan yang jatuh semakin cepat. Gemuruh dilangit mengiringi kepergian mereka yang seakan saling berlomba. Mungkin tanah yang telah basah tak mampu lagi menjalankan peranannya, jenuh. Terus dijatuhi oleh air yang semakin menikmati perlombaan untuk sampai pada permukaan bumi. Entah dimana perlombaan itu akan berakhir, di kedalaman tanah yang gelap, dalam aliran sungai yang tak lagi suci, atau bergabung bersama ombak yang setiap saat membelai pantai, menunjukkan keagungannya. Semua mengikuti sebuah fase yang terus berulang. Yang oleh anak-anak teknik bisa menjadi berbagai perhitungan dengan penambahan asumsi demana-mana..

Tetes demi tetes itu begitu berkuasa. Mempengaruhi berbgai makhluk yang ada di bumi untuk memberikan respon dengan caranya masing-masing. Mengutuk, mencaci, bersukur atau sekedar memuji. Semua memiliki alasannya masing-masing. Latar belakang kepentingan selalu menghalangi objektivitas untuk menilai tetes demi tetes yang jatuh ke bumi.

Tuesday, April 26, 2005

Perjalanan Semakin Membosankan

Hasrat ini semakin menjadi-jadi
Terkadang aku takut pada akibat yang dibawanya
Hari-hari biasa selalu membosankanku
Seakan terkurung dalam jeruji
Aku melihat dunia
Aku hidup
Benar-benar hidup
Hingga merasa terkurung dalam tubuh ini
Keinginan untuk nusantara dan mendunia
Tetap semua meraja
Tapi setiap simpang yang kulalui
Membawaku ketempat pasti
Setiap detik, menit, jam dan tahun dimasa depan
semua terancana
Ah
Aku tersiksa karenanya
Aku ingin semua berbeda
Berada pada hari esok yang aku tak tahu
Ada dimana
Bersama siapa
Dan hasrat ini kembali menjadi-jadi
Ingin krasakan semua rasa
Hingga kutemukan dia
Yang bisa mematikan semua hasrat tuk pergi lagi....

Tuesday, April 19, 2005

Perjalanan Berprasasti

Disini orang-orang besar menjemput mimpinya dan membuatnya bersemi. Disini orang-orang besar pernah berangan dan berimajinasi. Disini, dokumentasi dari masa ke masa silih berganti mengisi. Pendahulu-pendahulu yang telah mencapai mimpinya, mempunyai sepenggal kisah lampau yang terukir disini. Disini, aku dan teman-temanku menutup malam, memperebutkannya demi menyusul mimpi-mimpi orang besar, berharap mendapat ilham darinya, merunuti setiap jejak mereka. Perampasan singgasana dan perebutan kekuasaan sering terjadi dan tak dapat dihindari. Tapi tak setiap orang berani memperebutkannya, tak setiap orang berani bertahta disini.

Disini, jejak-jejak perjalanan tertera dengan jelas pada permukaan. Mengalir indah tanpa pernah disadari, dan membentuk guratannya masing-masing. Sebuah prasasti kehidupan yang terukir hari demi hari, malam demi malam. Warnanya tak lagi suci, seakan telah ternoda. Namun tatap tak pernah lepas dari kepala-kepala penuh pemikiran, memikirkan cinta, mendeskripsikan kehidupan, sekedar mengisi angan, atau membuang semua lelah, dan kemudian menorehkan kembali sejarah ke permukaannya.

Tak bisa dipungkiri, bantal ini telah menjadi salah satu media pengantar mimpi anak-anak HMS dari masa-kemasa. Sebuah bantal yang bersejarah…

Wednesday, April 13, 2005

Perjalanan Di Alam Mimpi

Semalam aku bermimpi…

Terjadi beberapa mimpi dalam satu malam. Mimpi malam ini dimulai ketika aku sudah terlelap sekitar jam 10 malam, lebih cepat dari kebiasaan. Entah kenapa, hari ini terasa begitu melelahkan. Rutinitas yang terasa seperti menjebakku dalam hari-hari monoton membuat semua menjadi semakin melelahkan.

Runutan aktivitas sebelum terlelap:

20.00: Tiba di rumah (lebih cepat dari hari-hari biasa) nogbrol-ngobrol sama abang, percakapan ringan seputar keluarga, teman dan kondisi keuangan

20.30: Ditelpon sama Bunda tercinta (I miss u so much mom…)

21.00: Bikin presentasi kondisi ekologi cilacap, ngabisin segelas teh manis dan sebatang garpit (hanya sebatang, mengingat komitmen untuk mengurangi pemasukan asap ke paru-paru)

21.40: Presentasi sudah 90% selesai, terlalu lelah untuk melanjutkan perjuangan, segera kuakhiri dengan menyetel lagu The Doors full album, menyalakan timer untuk mematikan komputer dalam 1 jam.

22.00 (mungkin) Sudah terlarut dalam mimpi-mimpi aneh.


Mimpi pertama:

Fase paling panjang, dan paling sedikit yang diingat. Mimpi ini membawaku kembali ke kampung halaman, menjalani hari-hari bersama keluarga, hari-hari gembira dan penuh kasih sayang. Hingga aku terbangun pukul 5 pagi, dan masih mengingat dengan jelas setiap ucapan dan peristiwa dalam mimpi. Kemalasan menghalangiku untuk segera menunaikan ibadah pagi. Dan akupun tertidur lagi, memulai mimpi berikutnya.


Mimpi kedua:

Fase mimpi yang cukup singkat, membawaku kembali kepada hari-hari SMP, hari-hari ceria, dengan beban yang masih belum banyak dan belum mengganjal pikiran. Bersama teman-teman lama, mulai dari beli jajan istirahat siang, ngumpul dengan teman-teman.

Salah satu adegan yang diingat jelas:
Seorang tidak dikenal, mengancam hendak memukul, entah karena apa, mungkin palak memalak, atau urusan wanita (aku lupa). Adegan berikutnya aku mendatangi orang tersebut ke kelasnya, kemudian menghajarnya dengan ancaman “Jangan diulangi lagi ya!” dan dia tidak bisa apa-apa, pasrah babak belur. (Aneh ya, mungkin ini gambaran kehidupan masa kecilku dimana emosi masih labil dan sering terlibat perkelahian).

Aku tebangun pukul 6 pagi, mengingat dengan jelas mimpi ini, dan melupakan mimpi fase sebelumnya. Segera melaksanakan sholat subuh dengan injury time nya. Setelah sholat berbaring lagi, sambil mengingat mimpi yang baru kualami, dan ternyata aku malah memasuki mimpi berikutnya.


Mimpi ketiga:

Fase mimpi yang jarang terjadi, dengan tidur sebentar langsung mengantarkanku kepada hari-hari di SMU. SMU Titian Teras Jambi, sekolah asrama dimana kehidupanku dipaksa untuk teratur dalam semua hal. Aku memulai kembali dengan permulaan masa-masa SMU, membereskan pakaian dalam lemari, kemudian berbaris, kemudian upacara pagi, dengan panik, karena ikat pinggang belum di brasso (digosok dengan cairan dan kain hingga warnanya menjadi keemasan den mengkilat) dan terancam hukuman push up atau lari beberapa keliling. Setelah upacara dilanjutkan dengan makan, tetapi aku kembali ke barak dan membereskan pakaian dalam lemari dan membrasso ikat pinggang, akupun terbangun. Mungkin ini gambaran masa smu ku, dengan sekian kesulitan yang kualami untuk menyesuaikan diri dengan disiplin semi militer yang ada.

Kulihat ukuran waktu pada hp, masih pukul 7 pagi, masih ada beberapa jam untuk kuliah jam 10. Akupun tertidur lagi, lagi…


Mimpi keempat:

Fase mimpi yang terakhir. Aku berada pada masa-masa kuliah. Masa-masa aktif berorganisasi dan mengalami masalah dengan cinta. Ada seorang wanita yang aku berusaha keras untuk tidak menyukainya, menjadi pusat aktivitasku dalam mimpi ini. Semua mimpi ini tentang perasaan ku yang menjadi aneh karena dia. Aku dibakar cemburu ketika dia dekat dengan orang lain. Kenapa harus, padahal aku sudah berusaha untuk tidak jatuh hati padanya. Akupun terjaga. Pukul 8 pagi.

Hari ini akan sangat tidak produktif jika aku masih melanjutkan perjalanan di alam mimpi. Kuputuskan untuk mengakhiri semua mimpi dan kembali kepada realita. Meski mimpi-mimpi itu masih saja membayangi.

Aku teringat pada sebuah buku yang pernah aku lihat di Tobucil. “DIARY MIMPI” Sebuah buku aneh dengan pengantar beberapa halaman, kemudian sisanya berupa halaman-halaman kosong yang tebal. Petunjuk yang tertera pada buku itu: “letakkan buku ini diatas tempat tidur dan begitu terbangun segera catat mimpi anda pada buku ini.” Distro abis. Cetakan terbatas. Aku memutuskan untuk membeli keesokan harinya dan mendapati buku itu sudah tidak ada, dan tidak di produksi lagi. Dasar nasib… Dalam situasi seperti ini, dimana begitu banyak mimpi aku alami dalam satu malam dan tak mampu mengingatnya, mungkin buku itu akan sangat bermanfaat.

Aku suka bermimpi, tapi tak ingin terlena, atau terbebani karenanya.

Perjalanan Sehari

Yows: Daygrafi apa adanya (bagaimana menjalani satu hari)

Bangun dipagi hari, masih bingung dengan apa yang dimimpikan semalam,
Ibadah dan rutinitas pagi lainnya, 
Mengendarai si bejot sampe kampus,
Kuliah, kalau lagi musim kuliah.

Satu jam untuk makan siang bersama the Destroy.
Satu jam nongkrong dan obrolan ringan seputar musik, wanita,atau masa depan, tapi lebih sering obrolan dengan tingkat intelegensi rendah.. 
Setengah Jam untuk mengunjungi TEMAN lama,
Dua jam untuk nongkrong ga jelas, sosialisasi, dan maen di HMS ITB.
Satu Jam membaca buku Manajemen/Musik/Pengembangan Diri sebagai persiapan untuk masa depan, menjadi manajer Band Rock n Roll atau Manajer Promotor Musik, sepuluh menit untuk membaca buku Analisa Struktur, rencananya sih dua jam, tapi udah ketiduran sebelum memahami isinya...

Mentaripun siap menuju peraduannya,
Bersama Si Bejot berjalan-jalan keliling kota, menikmati indahnya senja, suasana dimana rithme kehidupan mulai menurun, lampu-lampu jalan mulai menyala sebagian, lampu-lampu rumah mulai menunjukkan kehidupan, wanita malam mempersiapkan dirinya menuju pekerjaan, menikmati suasana senja bersama si Bejot dengan kecepatan maksimal 20km perjam, kecepatan standard pria mapan. 

Bulan lalu memperjuangkan cahayanya:
Sedikit menikmati cahaya bulan dan bintang, terus ngegenjreng gitar selama setengah jam,
Menghidupkan TV, tapi lalu dimatiin lagi karena mulai ada tayangan AFI, dunia lain atau cerita kriminal, it sucks!! Lalu menghidupkan kembali TV pas acara Mtv VH1 atau Mtv midweek madness.
Lima menit untuk menulis lyrics cinta buat seseorang yang tak pernah ada.
Malam semakin larut, diperlukan teriakannya Kurt Cobain, Julian Casablancas dan Jim Morrison, atau senandungnya Norah Jones untuk mengantarkan ke alam mimpi...

Tuesday, April 12, 2005

Perjalanan Seorang Punk belajar

Punk belajar adalah julukan kepada seorang teman dekat, yang kukenal beberapa tahun lalu.
Nama:
Aneh, hanya tiga huruf yang klo baru pertama kenalan, ga akan percaya klo nama aslinya memang begitu, UUN.
Deskripsi Fisik:
Tingginya standar, rambut agak ikal, wajah tidak bisa dideskripsikan dengan tampan atau jelek, lebih tepat mungkin disebut sebagai wajah pemberontakan, anti kemapanan. Yang kalo jalan di alun-alun kota, ga akan ada yang berani memalak. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah pemalak setempat memberikan hasil perolehannya kepada dia.
Deskripsi Intelegensia:
Diatas standar, nilai-nilainya memuaskan, dengan usaha yang mengimbangi.
Deskripsi Sifat:
Cadas!!! Seperti yang pernah dimuat dalam Bulletin musik, dengan judul:
-Uun ’01 mencadas-
”Loe bukan anggota HMS kalo belum kenal Uun, jeck!”. Itulah sebagian kalimat yang diucapkan oleh narasumber yang tidak mau disebut namanya itu. Kamu-kamu juga pasti akan berpikiran seperti itu kan? Apalagi setelah dia menggoncangkan teras depan sekre HMS saat acara Dies HMS ke-50 dengan tarian yang dianut dan dipelajarinya di negeri sebrang Ujung Berung. Tidak mau kalah dengan rekanannya yang juga berasal dari UB city, Salman, Uun pun membuat kehebohan di HMS. Ternyata banyak sekali penduduk UB city (Ujung Berung) yang memiliki talenta terpendam.
Mungkin kamu akan berpikiran bahwa kata ’menggoncangkan’ terlalu berlebihan, tapi memang itu kenyataannya. Tariannya yang cukup cadas sempat membuat orang-orang awam dan tidak bersalah menyingkir dari arena perjogetan karena takut terkena getaran tubuhnya yang seperti pantat Lebah Afrika. Para penonton sempat terpana meliat geliat (atau bisa kita sebut getaran) tubuh Uun.
Menurut pakar koreografi yang berkebangsaan Afrika-Amerika, tarian jenis ini baru ada saat lagu-lagu beraliran Punk dan Hardcore muncul. Sesuai dengan aliran musiknya yang bersifat liberal dan anarki maka hal itu jugalah yang dianut para koreografer dalam menciptakan tarian untuk aliran musik ini.
OK, sekarang tips bwat kamu-kamu semua yang mau bisa tarian yang disebut ”Vibra dance funk”. Pertama tama kamu harus mengkosongkan pikiran kamu dan mulai meresapi lagu yang kamu dengar. Setelah itu pikirkan bahwa kamu adalah korban dari suatu pemberontakan atau sebuah hal hal yang berbau anarki, lalu curahkan pikiran dan tenaga kamu untuk dapat bebas dari hal tersebut dengan cara menggetarkan seluruh tubuh kamu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Well, segitu aja tips dari kami. Selamat berlatih ya. Cayoo.....

Ngga salah sih, klo dia bisa menjadi salah satu figur yang diulas dalam Bulletin musik ini, soalnya pribadinya memang khas. Ga ada orang yang seperti dia, setidaknya dalam sebuah siklus hidup gw, baru kali ini nemuin yang kaya dia.
Pertanyaannya, kenapa dia dijuluki Punk belajar???
Akan dijawab berikut ini.
Penampilannya memang menyuarakan pemberontakan seperti anak-anak punk kebanyakan, yang merasa bahwa hidupnya adalah sebentuk potret hasil kekejaman rezim penguasa yang semena-mena. Punk abis. Sepatu converse, celana jeans belel dan sobek, serta jaket jeans senantiasa menemaninya kemana saja. Tetapi dibalik semua itu, dia memegang teguh prinsip untuk mencapai kesuksesan dengan berusaha, disaat anak-anak nonton pertandingan sepak bola di himpunan, dia nontonnya sambil membaca buku Pondasi. Hingga seorang Bar Bar, keceplosan berucap: ”DASAR PUNK BELAJAR!”
Selain rajin belajar, ternyata anak berpenampilan dan berjiwa punk satu ini rajin beribadah dan ga pernah mabok. Hal-hal yang berbeda dengan kebiasaan anak-anak punk lain.
Pernah suatu ketika, kita berdua akan berkumpul dengan komunitas anti kemapanan lain dalam sebuah konser Undergound di Bandung, dengan penampilan band-band dengan aliran cadas seperti: Jeruji, Sendal Jepit, Keparat, Bak Sampah, Runtah, Seringai dll. Ketika melewati masjid Salman, tiba-tiba berkumandang suara adzan...
”Waduh, udah adzan. Yok kita sholat Ashar dulu...” Sebuah ajakan yang tak bisa dipercaya, terdengar dari seorang dengan celana belel sobek sana sobek sini, serta wajah sangarnya. Tidak biasanya seorang penganut aliran cadas, sholat dulu sebelum menuju perhelatannya. Yang umum terjadi adalah menegak minuman dengan wewangian alkohol sebelum ke konser.
Tapi, itulah seorang Punk belajar, tidak bisa disamakan dengan punk-punk yang lain. Belakangan Si Punk Belajar satu ini menjuluki dirinya Haseup si Raja Tanah. Komitmennya terhadap dunia tanah dan pondasi sangat besar, demi mewujudkan impian untuk mendirikan perusahaan dengan nama UUN GALIAN KABEL, yang berada dibawah label YOWS.CORP.
Si Raja Tanah pun melanjutkan perjalanannya...

Tuesday, March 29, 2005

Perjalanan Sebuah Rasa

Purnama bercahaya lagi, meski awan gelap menggumpal diangkasa dan mencoba menutupinya, ternyata hanya berbalas kesia-siaan. Tak mampu menghalangi cahaya purnama yang memancarkan aura cinta. Ya, cinta. Purnama selalu mengingatkanku pada cinta.

Entah telah berapa purnama yang telah aku lewati tanpa cinta. Tanpa perasaan mencintai dan dicintai yang dulu membuat kehidupanku begitu lebih berarti. Memang, arti hidup tidak bisa dijawab hanya dengan sebuah kata ‘cinta’, tetapi tak bisa dipungkiri bahwa kata itu telah membawa hidup kepada lebih banyak makna.

Oh, aku rindu. Rindu pada masa-masa itu, masa-masa bercinta. Masa-masa memiliki orang yang disayangi dengan sepenuh hati dan memberikan rasa sayangnya kepadaku dengan sepenuh jiwa. Masa-masa mengucapkan kata itu tanpa harus mengingkari apa yang melahirkannya. Mewujudkannya dalam segala bentuk ekspresi dan tak perlu mempertanyakan esensi. Semua menjadi logis dengan pembenaran sebuah kata. Bahkan dalam diam pun seribu kata bisa terucap. Melalui tatapan mata semua bisa terungkap. Keheningan dalam berdua akan mengalirkan nuansa yang menebarkan segenap pesona yang akan membuat setiap orang terlena. Ketika tak lagi bisa bertatap, semua menguap menjadi kata-kata, kemudian menari indah dengan perantara tinta pada sebuah kertas, tarian indah yang melukiskan semua perasaan, yang lalu menjadi sebuah maha karya dengan gelar surat cinta. Semua, terjadi karena cinta.

Hingga hari ini, datang kembali. Sebuah hari dimana aku begitu menginginkannya untuk kembali hadir dan merasuki hati. Racuni hati ini, dan hilangkan semua penawarnya karena aku tak butuh kesembuhan. Ketuk pintu ini, akan kubuka pintu, kututup kembali, dan akan kubuang kuncinya. Biarkan aku terlarut dalam selaksa pesona. Berikan aku perasaan itu, perasaan yang menenangkan dalam setiap gelisah dan geliat.

Kemudian seorang sahabat memandang gelisah ini dan memberikan dukungannya. “Don’t ever u give up for “love” ‘cause you have fuckn friend..”, katanya. Seorang sahabat sejati yang telah memberi semangat pada secuil hati untuk tetap bercahaya dan menyinari.

Akhirnya malam ini datang kembali, sebuah malam dimana bulan memancarkan cahayanya dengan bulat sempurna. Membangkitkan hasrat untuk mengulangi masa-masa melengkapi dan dilengkapi. Menggali memori yang pernah terpendam sangat dalam. Sebuah malam dengan purnama menghiasinya. Dan malam ini, aku hanya berteman sebuah lagu sendu. Flanella, yang tak henti-hentinya bercerita tentang cinta, menyuarakan syair “Bulan cinta kan bersinar lagi, menerangi hati yang…”. Aku kembali terluka dalam harapan.

Ada apa dengan hari ini? Kenapa harus ada hari seperti ini dalam sebuah siklus hidup? Tak mampu terus berpikir dan menjawab semua rasa, aku hanya bisa berharap semoga hari ini segera berlalu. Segera kusambut mimpi, mencari cinta di dalam sana. Dan berharap esok semua akan baik-baik saja…

Saturday, March 26, 2005

Perjalanan Kuliah ternyata bisa menidurkan

Mata kuliah aspek hukum dan manajemen kontrak (askum) adalah mata kuliah yang menyenangkan. Dimana hal-hal yang kita pelajari adalah sesuatu hal yang realistis, untuk dikaji, dianalisis dan dipergunakan dalam bidang pekerjaan sipil. Mata kuliah yang tidak abstrak dan perlu kemampuan lebih dalam memahami perilaku strusktur seperti anstruk metode elemen hingga. Jadi, mata kuliah seperti ini tidak akan membuat mata mengantuk, ketika perannya sangat diperlukan untuk memperhatikan mimik dosen ketika menerangkan materi.

Hingga pagi itu...
Sebuah kamis pagi dimana kuliah askum dilaksanakan seperti biasanya. Pak Biemo dosen kita menerangkan dengan bersemangat. Berapi-api, tidak seperti mahasiswanya yang satu ini, sedang tidak berapi-api, menanggapi dengan mata berat, menjawab pertanyaan dengan menguap, dan memberi tanggapan dengan tertidur...

Terbangun, menyadari badannya masih di kelas...
Tertidur lagi...
Terbangun kembali, menyadari dosen masih bercerita dengan semangat.
Menguap lebar.
"Kamu dari tadi saya perhatikan sudah tiga kali menguap! Kalau ngantuk segera cuci muka ya!"
"Oh" Tersadar, sambil tersenyum malu-malu(in).

Kuliah dimulai lagi.
Kantuk datang lagi, menguap lagi, tertidur lagi, terbangun lagi, masih dikelas dan menyadari dosen masih bercerita dengan semangat. Membahas mengenai claim and dispute.

Samar-samar terdengar.
"Dalam hal ini, saya sebagai dosen sebenarnya bisa mengajukan claim, tuntutan terhadap mahasiswa yang tidur dikelas!"
JGERR!!!
Otak segera mengolahnya dan menterjemahkannya dalam perintah: "Segera bangun!"
"Maaf pak.."

Kuliah kembali berlanjut, kantuk kembali datang, dan tidur kembali mengiringinya. Hingga suatu ketika terdengar kata-kata yang sempat ditangkap otak disela-sela mimpi.

"Dalam sebuah sengketa, penyelesaian bisa dilakukan dengan jalan mediasi, pihak ketiga yang menghubungkan kedua pihak yang bersengketa. Setiap masalah memang sebaiknya segera diselesaikan dengan cara yang benar, termasuk tidur dikelas, bisa diselesaikan dengan cuci muka, misalnya..."

Urat saraf segera menterjemahkannya sebagai sebuah sebuah sindiran, yang harus segera ditindak lanjuti.
"Permisi pak, mo cuci muka dulu..."
Seisi kelas tertawa.
"Oh, silakan!"

Sekedar pembelaan diri, mengantuk di kelas yang dicintai ini, bukan terjadi karena kebiasaan, melainkan karena sebuah alasan spesifik, yaitu: belum tidur semalaman. Belum tidur semalaman juga bukan tanpa alasan, tetapi karena semalam ada LPJ Departemen sampe jam 4 pagi di himpunan. Sebagai kadep, harus terjaga dan menjawab setiap pertanyaan dengan benar plus hati yang deg-degan takut bakal ditolak. Selesai jam empat pagi, langsung sholat subuh (ternyata sebelum waktunya), lalu pulang. Sampe rumah, langsung bikin tugas, abis bikin tugas langsung kuliah lagi. Dan terjadilah adegan memalukan di dalam kelas ini. Maafkan saya bapak dosen..

Tuesday, March 22, 2005

Perjalanan Sepasang Sepatu Converse

Setiap perjalanan Yows selalu bergantung kepada sepasang kaki. Sepasang kaki yang setiap langkahnya telah menapaki hutan rimba, menjajaki kota, membobol desa, mengukur setiap sudut nusantara, serta menjelajahi dunia. Sepasang kaki Yows menjalin persahabatan dengan sepasang sepatu converse 70's yang setia menemaninya dalam suka dan duka.Sepasang sepatu converse yang dengan bangga Yows persembahkan sebagai hasil dari butiran keringat dan cucuran darah (akibat keiris cutter) pada saat magang di Miniatrix pro (Sebuah perusahaan yang bergerang pada bisnis miniatur).

Sepasang sepatu converse 70's (berinisial Converso) berwarna biru gelap itu telah menemani Yows selama tiga bulan. Baru menginjak masa remaja bagi sebuah siklus hidup sepasang sepatu pada jamannya. Dalam usia tiga bulan tersebut telah banyak pengalaman direguknya. Bandung, Wonogiri, Solo, Semarang, Jogja, separuh pulau jawa telah dijelajahinya. Ruang-ruang kelas teknik sipil, kursi maupun meja telah didaki. Berbagai tempat ibadah, tempat hiburan, maupun tempat maksiat telah dilihatnya secara sengaja maupun secara terpaksa.

Sebuah sandal jepit trendy (jepito) dan converso selalu setia menemani keberadaan Yow di kampus. Setiap momen yang membutuhkan keformalan selau menghadirkan converso. Saat memasuki TU Departemen dengan menggunakan jepito, pasti akan terlihat tatapan seorang kepala jurusan yang sinis kepada jempol kaki yang sedang bernafas, disusul teriakan "KELUAR!!!". saat-saat seperti inilah sesosok converso diperlukan. Sewaktu converso beristirahat jepito menggantikan tugasnya.

Jepito dan Converso menganggap himpunan (HMS ITB) sebagai rumahnya. Tempat mereka menghabiskan waktu bercengkerama dengan berbagai sendal dan sepatu dari golongan lain, tuan yang lain. HIngga suatu ketika, Jepito menghilang. Diculik. Culik menculik sendal jepit memang kebiasaan buruk yang sedang marak di HMS. Karakteristik tidak bisa melihat sendal menganggur sedang meraja. Tapi tak pernah Yow duga akan menimpa jepitonya juga. Sungguh kejam.

Kehilangan sesosok jepito tak membuat Yow terus menerus bermuram durja dan meratapi, karena masih ada converso yang setia menemaninya. Sebulan berlalu sejak Jepito diculik tanpa permintaan tebusan. Hingga hari itu...

Sebuah pagi dimana Yow terbangun dari mimpi indah di himpunan. Sebuah pagi dimana jam kuliah pagi telah menanti Yow berikut bau badan yang menyertainya karena belum mandi. Yow melihat ketempat penyimpanan Converso, dan tercekat. TIDAK ADA!!! Kemana gerangan Converso pergi?? Yow pun mengikuti kuliah tanpa bermodalkan Converso, dengan resiko didepak keluar oleh dosen killer. Siangnya Yow kembali mengecek, dan tersadar. BELUM ADA!!! Sore harinya Yow masih berharap, dan mengecek kehadiran Converso kembali ke tempatnya, dan terduduk lesu. TETAP TIDAK ADA. MAlam harinya, Yow tetap berpikiran optimis Converso akan pulang ketempatnya, dan terjerit. "ANYIIING SEPATU AING BENER-BENER LENYAP!!!"

Hari demi hari berlalu, tetapi Converso tak kunjung hadir kembali. Kaki demi kaki makhluk se HMS telah Yow teliti tapi Converso tak kunjung terlihat. HIngga hari ini, Converso masih hilang dalam penculikan yang tak berperikesepatuan. MUngkinkah Converso kabur karena perlakuan buruk dari tuannya, seperti TKI yang melarikan diri dari malaysia? Tidak mungkin, karena Converso begitu dirawat serta disayangi dengan baik. Kemungkinan paling mungkin yang bisa disimpulkan adalah penculikan dari ari sebuah kaki yang tidak bertanggung jawab. Kehingan Converso terasa sangat menyakitkan, apalagi peristiwanya terjadi hanya sebulan setelah kehilangan dari Jepito. Luka yang hampir terobati itu kini bertambah dalam.

Untuk mengembalikan kehadiran Converso ke hari-harinya, Yow dan Agung Rock telah menuliskan pengumuman di HMS "BArang siapa menemukan sebuah sepatu converse biru beserta sandal jepit hitam, harap segera menghubungi Yow atau Agung, kalau tidak, akan segera dikutuk menjadi bakwan dan jadi korban sodomi... ttd. Yow n Rock tha Destroy"

Beberapa hari setelah pengumuman itu dibuat, bukannya sepatu yang hilang yang kita dapat, melainkan berbagai pengumuman-pengumuman lainnya yang ikut memenuhi papan, turut berbagi kesedihan. "Telah hilang sepatu hitam." "Sudah hilang sendal kuning." "Telah diculik indomie telor mang godeg." "Telah berpulang celana levis ijo" dsb..

Demikianlah, Converso tak kunjung hadir kembali. Menyisakan kenangan dan duka mendalam dalam hati Yows.

Note: 
Tolong, kalian, inisial apapun, siapa saja, yang telah memiliki andil dalam penculikan Converso... Kembalikanlah Converso kepada Yow, karena kehadirannya sangat dibutuhkan menjelang ujian Tengah semester ini. Tolonglah...