Setelah menyaksikan dan mengalami
berbagai prosesi wisuda di berbagai universitas di dalam dan luar negeri,
muncul keinginan untuk menceritakan salah satu prosesi wisuda yang pernah saya
alami, salah satu yang terbaik, adalah prosesi wisuda di ITB, khususnya di
Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) ITB.
Bagian 1 Persiapan
Masa-masa kuliah di ITB itu adalah masa-masa sulit, masa-masa mengerjakan tugas-tugas kecil, tugas besar, tugas sangat besar, masa-masa menyelesaikan tugas kerja praktek, maupun tugas akhir, dalam menjalaninya satu demi satu teman berguguran. Sebagian mahasiswa yang tabah sampai akhir, dengan sedikit keberuntungan akhirnya bisa menyelesaikan masa-masa sulit sampai tiba waktunya wisuda.
Wisuda di ITB biasanya setahun tiga kali, periode bulan Maret, Juli dan Oktober yang dengan demikian membagi golongan wisudawan menjadi beberapa kategori.
- Wisudawan periode juli (3.5 tahun) biasanya terdiri dari satu dua orang jenius di setiap angkatan;
- Wisudawan periode Oktober (4 tahun) biasanya wisuda untuk mahasiswa taraf pintar sedikit dibawah jenius;
- Wisudawan periode Maret (4 Tahun lebih sedikit) adalah untuk orang-orang berdisiplin tinggi,
- Wisudawan periode Juli (4.5 tahun) adalah untuk orang-orang yang asyik, gaya, gaul, funky, trendy;
- dan wisudawan bulan dan tahun berikutnya adalah untuk mahasiwa yang terlalu menikmati menjadi mahasiswa, dst.
Waktu itu, saya dan beberapa
teman seangkatan termasuk kategori yang berhasil lulus bulan Juli tahun 2006.
Satu dua bulan menjelang hari wisuda, biasanya ketua himpunan menunjuk salah satu anggota angkatan paling muda dan paling sial, paling tumbal, untuk menjadi ketua panitia. Menjadi ketua panitia acara wisuda itu berarti harus menghadapi masa-masa sulit, dengan effort tinggi, penuh onak dan duri untuk mempersiapkan banyak hal terkait acaranya.
Setelah persiapan matang, maka diundanglah para wisudawan untuk mengikuti presentasi. Biasanya panitia akan duduk rapat rapi di muka whiteboard kecil dan menelpon anggotanya satu-satu yang belum datang karena presentasi belum dimulai sebelum semua anggota panitia datang, atau setidaknya 50% dari satu angkatan hadir.
Wisudawan yang biasanya terdiri dari dedengkot-dedengkot yang sudah lama mengundurkan diri dari dunia persilatan seolah turun gunung, berdatangan satu persatu lalu duduk di tempat yang lebih tinggi seolah menunjukkan supremasi, di kursi, amben kecil di himpunan, duduk di tangga ke lantai dua, nangkring di jendela atau sekedar berdiri menutup pintu keluar, sehingga panitia kegiatan tidak ada yang bisa kabur.
Presentasi itu biasanya diawali dengan pembukaan ketua panitia yang terbata-bata menjelaskan susunan panitia dan rencana kegiatannya. Proposal yang disodorkan ke para wisudawan biasanya akan dikembalikan dengan catatan dari salah seorang calon wisudawan:
“Analisis kondisi, kebutuhan,
latar belakang dan kosep acara yang kalian susun belum jelas! Tolong proposalnya
diperbaiki.” Itu pastilah karena wisudawan tadi sering ditolak proposal tugas
akhir nya, san mengalami trauma, sehingga mencontoh perilaku dosen pembimbing.
Kalau acara yang disusun sedemikian parah biasanya akan ada satu dua wisudawan yang berkomentar, “Belom matang konsep kalian ini, belom sius (serius) awak tengok, kalo gini caranya kalian pakai lagi lah celana training dan kaos, kita ospek ulang.” Itu tentulah karena wisudawan itu dedengkot tim materi atau danlap pada saat kaderisasi himpunan.
Tetapi jika konsep acara sudah bagus, dan persiapannya terlihat cukup matang, kendala ada pada bagian anggaran.
Misalnya wisudawan diwajibkan membayar uang wisuda 150 ribu perorang, maka panitia akan dibantai sampai uang iuran itu menjadi separuhnya. Separuh sisanya harus panitia yang mencari dana dengan cara ngamen di warung pinggir jalan, jualan kue, jualan baju bekas, jualan diri dsb. Bahwa panitia kadang-kadang harus nombokin dari kantong pribadi, sudah menjadi ketentuan umum.
Presentasi rencana acara wisuda yang dimulai jam 7 malam biasanya berakhir setelah mencapai sepertiga malam terakhir. Sampai terjadi kesepakatan antara pihak panitia dan pihak wisudawan, atau lebih tepatnya sampai panitia pusing, lelah, dan frustasi sehingga tunduk pada kemauan wisudawan, bahwa mereka harus tersiksa dan wisudawan harus bahagia.
Setelah satu, dua, tiga kali presentasi yang kadang-kadang diulang, membahas kaos, plakat, dokumentasi, makanan, selokan mana yang akan dibendung, berapa ribu air plastik yang akan diisi, berapa ratus koran yang akan dilinting, dsb.
Jika persiapan lancar, maka barulah diselenggarakan acara wisudanya. Wisuda biasanya terdiri dari dua acara besar, wisnite (malam wisuda) dan wisday (hari wisuda).
Bagian 2 Wisnite
Malam wisuda ada dua, yaitu malam wisuda yang dirayakan di himpunan untuk anggota himpunan yang akan wisuda dan malam wisuda yang diadakan oleh penyelenggara jurusan.
Malam wisuda di jurusan biasanya mengundang orang tua untuk bersilaturahmi dan makan-makan, acaranya cukup standar: pembukaan, kata pengantar, organ tunggal dengan lagu-lagu kenangan untuk menghibur orang tua, pesan dan kesan wisudawan berprestasi, yang mana pastinya bukan saya..
Wisudawan dihibur dengan sebuah
panggung sederhana di depan sekretariat HMS ITB, aneka bakat-bakat terpendam
muncul di permukaan pada acara ini. Tari-tarian entah apa, kabaret yang lucu-lucu,
lagu-lagu dari band-band legendaris himpunan, aneka video profil wisudawan,
video testimony untuk wisudawan yang kocak-kocak.
Pada saat itu, ada beberapa adik
kelas yang menyumbangkan video tribute kepada Yows Jambi Morrison. Bintang,
Reza, Uto, Mono dalam band the widows, sebagai penghargaan kepada mantan Kepala
Departemen Kesra yang menyukai band-band yang berawalan huruf the, the doors,
the strokes, the brandals, dsb.
Video pertama parody klip the strokes- last nite
Video kedua paradoy klip the
doors - light my fire
Pada acara ini biasanya wisudawan
tinggal duduk manis di karpet yang digelar di depan panggung, menikmati
semuanya. Saking eksklusifnya, wisudawan hanya perlu memanggil pendamping (LO)
untuk mengambilkan aneka makanan dan minuman yang diinginkan. Wisudawan tinggal
menunggu makanan itu datang.
Setelah aneka pertunjukan
hiburan, dilanjutkan dengan acara intinya, sepatah dua patah kata oleh para
wisudawan. Wisudawan satu persatu naek ke panggung, duduk rapi dan mulai
mengucapkan sepatah dua kata ajaib. Ajang ini menjadi media menceritakan
pengalaman, keluh kesah, lelucon segar, bahkan kadangkala curcol kisah cinta abadi yang
terluka selama berada di himpunan. Biasanya bos bos favorit akan mendapatkan
sorakan paling kencang. Semakin malam acara akan berakhir, semakin syahdu
cerita yang terungkapkan.
Setelah berakhir seluruh acara,
maka ditutup dengan band yang mengiringi lagu mars HMS ITB yang dinyanyikan
beramai-ramai, semua anggota himpunan dan semua wisudawan pada bernyanyi, sambil
berteriak, melompat, mengepalkan tangan ke atas dan moshing, apa yang di
istilahkan oleh Jim Morrison sebagai penyembuhan neurosis komunal.
Bagian 3 Wisuda
Wisuda biasanya dimulai dengan pagi-pagi buta para wisudawati menuju salon untuk menata rambut dan merias wajah supaya menjadi sulit dikenali, tetapi bagi para wisudawan, langkah itu bisa di skip dengan mandi seadanya, berpakaian serapinya dan langsung berangkat ke Sabuga ITB.
Satu hal yang harus menjadi catatan adalah, kenakan toga mu sesaat sebelum masuk gerbang, dan apabila ada fotografer jalanan yang memfoto saat berjalan memasuki sabugha, persembahkan senyum terbaikmu, jangan pura-pura cuek dan tidak mau difoto. Hal ini supaya setelah acara berakhir bisa mendapatkan beberapa foto manis dengan harga borongan.
Acara wisuda dari rektor berjalan dengan khidmat, saat pertama kali masuk ITB diawali dengan penyambutan di Sabugha, dan saat selesai kuliah juga diakhiri dengan pelepasan wisuda di Sabugha. Rasa bahagia itu tak terbayangkan, tak terlukiskan. Kulminasi dari serangkaian kompleksitas perasaan dan perjuangan yang berakhir bahagia.
Sehingga wajar jika hampir semua wajah terlihat bahagia, satu dua wajah yang terlihat tak bergembira itu mungkin hanya karena tak bisa menerima kenyataan bahwa cita-citanya untuk menjadi insinyur (Ir.) supaya namanya berubah menjadi penuh wibawa sebagaimana Ir. Soekarno harus berakhir dengan menjadi sarjana teknik (ST), Soekarno, ST?
Wisudawan yang wajahnya lempeng, biasa-biasa saja, mungkin karena tidak punya pendamping wisuda (PW), seperti pada teman-teman saya itu, bukan pada saya. Seperti mereka yang telah menjalani berbagai varian fase yang tak menyenangkan selama masa kuliahnya, STMJ, Semester perTama Masih Jomblo, Semester Tiga Masih Jomblo, Semester Tujuh Masih Jomblo, Sudah ST Masih Jomblo, yang siap menghadapi ancaman Sampe Tua Masih Jomblo.
Wisuda biasanya berjalan syahdu dengan aneka lagu paduan suara, orchestra, dan aneka macam pidato, sambutan, dsb. Setelah itu rektor yang baik hati menyelamati dan menyalami satu persatu wisudawan, terlihat makin lama senyumnya sedikit berkurang akibat bersalaman dengan seribu wisudawan, berat memang tugas beliau.
Biasanya inilah acara puncak sebuah wisuda, yang ditutup dengan foto-foto bersama. Tetapi bagi anggota HMS ITB, acara utama baru menyusul setelah keluar gedung. Dari gedung kita diarahkan untuk berganti pakaian menggunakan kaos dan celana training. Lalu di luar sudah berkumpul pasukan pengawal dengan jaket hijau, mereka harus melalui masa-masa menjadi pengiring ini, harus memasang tampang garang.
Dengan tampang tidak kalah garang, kita para
wisudawan pun mengajak mereka bertanding push up. Para wisudawan yang perutnya sudah mulai membuncit, sudah lama tak berolahraga.
Setelah itu diadakan acara arak-arakan untuk menggiring wisudawan ke lapangan kampus tempat pembantaian akan dilakukan. Kali ini jalurnya melewati Lapangan Sabugha – Terowongan – TVST – sampai ke depan tugu Soekarno – Fisika – hingga ke gerbang ganesha dan lapangan parkir sipil.
Setelah itu diadakan acara arak-arakan untuk menggiring wisudawan ke lapangan kampus tempat pembantaian akan dilakukan. Kali ini jalurnya melewati Lapangan Sabugha – Terowongan – TVST – sampai ke depan tugu Soekarno – Fisika – hingga ke gerbang ganesha dan lapangan parkir sipil.
Arak-arakan ini temanya berbeda-beda
untuk setiap jurusan, biasanya jurusan seni rupa akan menampilkan atraksi seni dengan kostum terbaiknya, biasanya wanita-wanita jurusan biologi akan menjelma
menjadi aneka kupu-kupu cantik, burung, atau makhluk indah lainnya untuk
mengiringi wisudawan, senada dengan jurusan farmasi, industri, arsitek, dsb yang mempertunjukkan acara teatrikal tari-tarian demi mengiringi seniornya, para wisudawan
yang mengendari mobil atau berjalan santai seraya melambaikan tangan dengan senyum sumringah layaknya
iringan pejabat kenegaraan.
Sedangkan untuk HMS ITB, tentunya hanya ada wajah-wajah garang yang belum sarapan dalam barisan yang berlari-lari sambil bernyanyi-nyanyi. Seolah hendak menunjukkan sisi maskulinnya jurusan yang sudah takdirnya kebanyakan populasi pria. Tentunya wisudawan harus ikut berlari dan bernyanyi, susah buat melambai sambil tersenyum ala pejabat kenegaraan.
Di tengah jalan, bertemu pula
dengan Himpunan Jurusan Tambang dan Geologi. Jurusan favorit yang dari dari
kajian historisnya memang sudah suratan bermusuhan dengan jurusan Sipil. Karena
jalannya sempit dan iringan tidak mau saling mengalah, berantamlah jadinya.
Biasanya petugas keamanan kampus sudah mempersiapkan kamera untuk merekam aksi
berantem mahasiswa, rektor sudah memberikan edaran siap men DO jika terjadi tawuran. Tetapi saat di lapangan,
tetap gairah muda melawan semua aturan itu, akhirnya berantam antar jurusan,
pengiring wisuda dengan pengiringnya, wisudawan dengan wisudawan. Setelah
berantam selesai (entah bagaimana bisa selesai) baru arak-arakan dilanjutkan.
Sampai di Aula Barat, mendekati
area sipil, wisudawan mendapat instruksi jalan jongkok, seolah mengulangi ritual
kegiatan ospek yang pernah dilalui, sambil jalan jongkok itu anggota HMS yang beserta para alumni yang
hadir memukuli
punggung wisudawan yang sedang berjalan jongkok dengan koran yang digulung hingga padat maksimal.
Lihatlah danlap nya yang menggunakan jeans belel sobek yang disambung kembali, yang kaosnya bergambar dirinya sendiri, orang-orang memanggilnya tiada tanding tiada banding. Wisudawan harus mengikuti setiap istruksi darinya. Berjalan jongkok menyeret kaki sambil mengaduh-aduh menahan sakit di punggungnya sampai tiba di lapangan sipil.
Lihatlah danlap nya yang menggunakan jeans belel sobek yang disambung kembali, yang kaosnya bergambar dirinya sendiri, orang-orang memanggilnya tiada tanding tiada banding. Wisudawan harus mengikuti setiap istruksi darinya. Berjalan jongkok menyeret kaki sambil mengaduh-aduh menahan sakit di punggungnya sampai tiba di lapangan sipil.
Di lapangan sipil sudah tersedia
tumpukan bungkusan air yang akan digunakan untuk perang air, biasanya jumlahnya
seribu bungkusan lebih, wisudawan harus bertahan di tengah-tengah lapangan digempur oleh
lemparan air para anggota HMS. Makin tenar, maka makin habis lah kena
lemparan rekan seangkatan, junior, atau senior yang sudah lulus.
Setelah itu wisudawan diarahkan menuju tempat penghakiman, sambil terus dikelilingi oleh bos-bos yang masih memukul dengan gulungan korannya. Sementara orang tua para wisudawan yang mengenakan jas dan keaya rapi biasanya hanya bisa melongo, kadang ada ibu-ibu yang marah atau menangis dan tidak terima bahwa sudah datang jauh-jauh dari Siantar malah mendapatkan pemandangan anaknya yang habis kena lintingan koran.
Beberapa orang tertentu yang difavoritkan biasanya akan diculik dan diproses, hingga punggungnya penuh bekas merah, hingga minta ampun. Seorang pendekar dari Sleman pun akan terlihat meringis merasakan ngilu di punggungnya.
Acara selanjutnya adalah penghakiman.
Akan ada seorang yang dianggap paling berpengaruh, berwibawa, sekaligus lucu
yang berperan menjadi seorang hakim, sekaligus jaksa penuntut, sekaligus
pembela, membacakan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan oleh wisudawan.
Kertas yang dibacanya itu kadang-kadang bisa penjang sampai satu meter. Setelah
dibacakan, barulah keluar kata-kata sakti.
“Dengan ini kalian dinyatakan
Non-Him!!” yang menyatakan wisudawan sudah lulus dari HMS, menjadi nonhim, anggota
luar biasa, atau apalah itu istilahnya.
Setelah itu dilanjutkan dengan pesan dan kesan wisudawan, satu persatu mengampaikan pesan kesannya, terimakasihnya, atas segala yang pernah dilaui bersama. Atas kebaikan orang tua yang sudah membiayai anaknya hingga menjadi sarjana. Di sinilah sebenarnya momen terbaiknya, dimana setiap orang punya kesempatan untuk mengucapkan satu dua kata yang mencerminkan kulminasi perasaannya, yang tidak semua wisuda bisa mengakomodir.
Terakhir, acara apapun harus ditutup dengan menyanyikan lagu Mars HMS ITB, sambil berteriak, melompat, mengepalkan tangan ke atas dan moshing..
Terakhir, acara apapun harus ditutup dengan menyanyikan lagu Mars HMS ITB, sambil berteriak, melompat, mengepalkan tangan ke atas dan moshing..
Penutup
Wisuda itu adalah gerbang, seluruh civitas akademika telah mengantarkan para mahasiswa ke pintu gerbang, menuju sebuah hutan belantara, sebuah tempat yang tak diketahui apa yang ada di sana. Kebersamaan telah berakhir, masing-masing orang akan menempuh jalur hidupnya sendiri-sendiri, mungkin akan ada yang akan jadi tokoh nasional sebagaimana biasanya yang kampus ITB hasilkan, ada yang melanjutkan jadi akademisi, ada yang jadi pengusaha, ada yang jadi pekerja asing dengan bayaran dolar, ada yang menjadi pegawai negeri, ada yang akan jadi koruptor, ada yang jadi seniman, ada yang akan berlebihan dengan arogannya, ada idealis yang akan berubah menjadi pragmatis, dan ada satu dua gelintir yang tetap dengan idealisme nya. Nasib akan membawa ke arah yang berbeda-beda.
Tetapi, pengalaman bersama di kampus sampai dengan wisuda itu menitipkan pesan, suatu saat, ketika menghadapi sebuah kesulitan yang tak terlihat jalan keluarnya, titik wisuda itu mengingatkan, jangan lupa bahwa dulu kita pernah di wisuda di ITB, bahan di HMS ITB. Masuk ITB itu susah, belajar di ITB itu juga susah, soal ujian anstruk matriks elemen hingga itu susah, cari kerja setelah lulus ITB makin susah, jadi apalagi yang susah-susah yang belum kita hadapi? Bukanlah bagian yang susah-susah itu sudah biasa untuk kita lewati.
Suatu saat, ketika terjatuh oleh realita hidup, ingatlah bahwa kita pernah bernyanyi, sambil mengepalkan tangan ke atas, dengan wajah tengadah menantang badai..
“Tak gentar akan rintangan dan cobaan, dengan semangat ayo maju terus, hidup HMS ITB!”
****
Amin..
ReplyDelete“Tak gentar akan rintangan dan cobaan, dengan semangat ayo maju terus, hidup HMS ITB!”
bagian penutupnya dalem bangeet.. tp kutengok2 gada pula poto danlap arak2an niy..: (
ReplyDelete@Alder: maju kemana der? hahaha
ReplyDelete@Vidya: Bambang ya Vid, salam ya, nanti coba aku cek fotonya..
@Be e S: siap bosss!
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny