Adek, letakkan dulu itu, masih terlalu pagi untuk memegang gagang
sapu, mari kita berjalan-jalan di minggu pagi ini, udara di luar masih sejuk segar,
embun pun masih memberai di rerumputan dan dedaunan, tak layak kita biarkan
berlalu saja. Mari kita berjalan-jalan pagi, menengok peradaban, melihat dan menelusuri
perkampungan di dekat rumah abang.
Adek, daerah ini dulu masih hijau dan jarang penduduknya, sekarang
hijaunya semakin berkurang, merah, putih, abu, kuning, coklat penggantinya
berupa rumah-rumah yang semakin tak kepalang berkembang. Itu salak anjing yang
terdengar mengancam dari salah satunya, jangan adek takut, jangan adek berlari,
karena nanti abang jadi takut, dan jadi berlari juga. Biarkan saja anjing itu yang
berlari mengejar kita, biarkan menggigit jika dia mau, nanti kita balas dengan
yang serupa..
Adek, jalan-jalan ini yang biasa abang lalui sewaktu kecil, saat
selesai sholat subuh dan belajar kitab suci dari Pak Haji. Melalui jalan-jalan
ini biasanya kami bercanda tawa sampai dijemput matahari.
Di dekat tanjakan itu. Itulah rumah abang dulu, yang abang tempati sejak
lahir sampai masa remaja. Tumbuh berkembang abang di situ, seperti tumbuh
berkembangnya pohon-pohon yang ramai menaungi halaman. Rumah itu adek, pekarangannya
ada entah berapa luasnya, mungkin lima hektar ukurannya orang dewasa. Tetapi
bagi kami selayaknya dari satu dunia itulah luasnya, luas tak berperi, di luar pekarangan
itu adalah dunia yang selalu asing bagi kami.
Di depan sini, dekat dengan pintu gerbang diantara pagar, adalah pohon
mangga yang sering lebat buahnya, tetapi agak asam rasanya. Ada bermacam pohon
selain itu adek, pohon petai cina di dekat pagar itu, ada juga pohon jengkol
yang besar rindang serta berbuah banyak diwaktu musimnya, di dekatnya ada lagi
pohon mangga, ada juga dua batang pohon rambutan rapia yang bulunya sedikit
tetapi gulanya teramat banyak, di sebelahnya ada pohon jambu air yang sangat
manis, tempat biasa abang bergelantungan mencari ulat daun. Sekali dua juga menerapkan
praktek mencangkok pohon, bisa tumbuh akar diantara batang pohon itu, ajaib. Di
sebelahnya lagi ada pohon nangka belanda, yang berbuah sepanjang tahun, yang
tak pernah abang makan daunnya walaupun katanya obat segala rupa. Dan terhampar
di halaman belakang itu adek, itu pohon pisang yang beraneka rupa jenisnya, padahal
sama-sama pisang, tetapi ada yang besar, kecil, petak.
Di pohon itu sewaktu-waktu abang mengikatkan sapi-sapi dan
membiarkannya merumput sendiri. Pernah abang tunggui sapi itu sambil bermain
layangan, atau sambil meniup suling bambo yang dibuat sendiri, tetapi dianya tak
peduli, hanya ketika abang coba tunggangi, dia jadi lari. Memang dia
jinak-jinak sapi, sehingganya pada suatu malam yang tak sampai pagi habis mereka
dibawa oleh pencuri.
Tapi tidak apa-apa adek, selain sapi itu masih ada kambing-kambing
yang gembira, mereka selalu mengembik setiap kali makanan terlambat datang. Mengikuti
jejak para nabi yang sering berawal dari penggembala, abanglah terpaksa masuk
ke belukar dan hutan di belakang sana, guna
mencari makanan berupa ramban, daun pule muda, daun nangka, daun ubi dan entah
daun apalagi. Susah selera kambing ini adek, tak mau diberi daun pohon jengkol yang
banyak berjatuhan di halaman.
Sambil mencari makan kambing di belukar dan hutan, abang tak akan lupa
memanjat pohon cempunek yang buahnya harum mengundang selera. Itu adalah versi
mungil daripada cempedak, sedangkan cempedak adalah versi mungil dari nangka.
Terbayang kan adek bentuknya? Sampai ke ujung-ujung pohonnya biasa abang berpesta
mengalahkan codot dan sebangsanya. Tak ada yang punya pohon itu adek, pastilah
sengaja diciptakan Tuhan untuk penggembala yang kelaparan di hutan.
Hutan di belakang rumah itu dibelah oleh sungai kecil yang biasanya jernih
dan berarus cukup deras, tempat biasa abang istirahat di sana, sambil
menghitung jumlah cingkuk atau beruk yang bergelantungan di pohon besar, beruk
itu yang lebih besar dan berwarna hitam adek. Sering juga bersama teman-teman
bermain di sungai itu, mandi, menyelam, mengejar ikan, jika tidak dapat ikan
itu, maka kami mengumpannya dengan cacing. Cacing dimakan ikan, ikannya kami
makan, tidak langsung kami makan adek, tetapi kami bakar dulu dengan api dan kayu
seadanya, ditaburi garam. Jangan tanya rasanya, karena tidak enak yang
memuaskan. Memuaskan karena peradaban manusia jaman dulu yang berburu dan
meramu sudah bisa kami lakukan sendiri,
sejak kecil itu.
Di hutan itu adek, ada pohon besar yang usianya sudah ratusan tahun, tak
perlu dilihat kambiumnya untuk mengecek umur pohon, lihat saja besar dan
tingginya yang menjulang, namanya pohon Kemang. Jangan didekati, karena itu ada
penunggunya, entah itu semut, burung atau apa. Di bawah-bawahnya pun ada beberapa
kuburan yang kalau kita ke sana akan terkenang sampai jadi mimpi-mimpi seram
waktu malam.
Lebih baik cepat pulang dari hutan adek, keluar dari sana menuju rumah
abang harus menanjak lewat jalan setapak, di kiri kanannya ada ladang dengan aneka
tanaman, tanaman apa saja pernah tumbuh di sana kecuali mungkin padi. Ada kacang
panjang, kacang pendek, kacang sedang, kedelai, ada timun, pare, terong, semangka,
ada ubi kayu, ubi rambat, bengkoang, dan ubi-ubian lainnya.
Dalam setahun entah berapa kali panennya aneka tanaman itu, berlebihan
untuk dimakan sendiri atau dibagikan ke
tetangga, sehingga bisa dibawa ibu ke pasar. Semua Bapak yang menanam sepulang
kerja dari kantornya, dengan bantuan abang tentunya, meski cuma sedikit. Pernah
abang membantu membawakan cangkul, dan mengayunkannya sekali dua untuk
membersihkan pematang dari rerumputan, tetapi langsung abang pamit dengan
alasan hendak pergi madrasah. Memegang cangkul itu adek, adalah kerjaan orang
dewasa, abang waktu itu hanya harus memegang pena, dan memastikan di rapor
tintanya hitam semua dan juga bahwa saat terima rapor nama dipanggil ke depan,
Bapak sudah cukup akan senang.
Ladang itu dulu kalau pagi sering penuh dengan jejak-jejak babi hutan,
entah apa yang mereka cari. Sehingga kami tugaskan Bleki untuk menjaganya.
Bleki itu anjing adek, warnanya putih, tetapi dia bilang dia mau dipanggil
bleki, menggonggong setiap namanya dipanggil dan mengibaskan ekornya sambil menjulurkan
kepala berharap dielus kepalanya. Setiap dia menjilat kaki atau tangan kami,
setiap itu juga dia kena marah, karena bekasnya harus dicuci tujuh kali pakai
pasir. Itu sebelum Bleki kami temukan tak sadarkan diri, setelah diracun oleh
tersangka komplotan maling sapi.
Pada masa jayanya, setiap hari Bleki kami biarkan berkeliling halaman
dan berpetualang menjelajahi dunianya sendiri, menggoda kambing, sapi, kucing,
tupai, burung puyuh, tikus tanah, ular, atau kalau beruntung, sewaktu-waktu
akan bertemu kucing hutan, kami menyebutnya macan akar, satu keluarga kecil
yang bermukim di semak dan gerakannya
lincah tak kepalang.
Itu adek, rumahnya itu sekarang sudah tak ada lagi, sekarang berganti jadi
sebuah sekolahan, halamannya tak lagi penuh tanaman, pohon-pohonnya sudah
jarang terlihat berbuah, pohon jengkol tempat dulu abang pernah terjatuh sampai
pingsan juga sudah tumpas, sampai akarnya pun tak tersisa lagi. Tapi semua itu
masih ada adek, untungnya semua masih tersisa dalam ingatan.
Abang ceritakan kepada adek, sebelum semakin menghilang, berganti
dengan ingatan abang tentang senyum adek yang menawan, yang membuat abang luluh
dan bahagia tak kepalang. Apa namanya perasaan ini adek? Perasaan abang pada
adek tersayang, yang belum abang rasakan dari waktu kecil abang tinggal di
rumah itu.
Sudah adek, mari kita cari jalan pulang. Masih ada hari untuk dikejar,
diantaranya ada membangun rumah kita sendiri, dengan pekarangan yang lebar,
rerumputan dan aneka pepohonan berbuah banyak yang anak-anak akan suka
memanjatnya meski dilarang ibunya. Dan di situ adek, akan ada gagang sapu yang
mungkin adek ingin pegang..
Yuk Merapat Best Betting Online Hanya Di AREATOTO
ReplyDeleteDalam 1 Userid Dapat Bermain Semua Permainan
Yang Ada :
TARUHAN BOLA - LIVE CASINO - SABUNG AYAM - TOGEL ONLINE ( Tanpa Batas Invest )
Sekedar Nonton Bola ,
Jika Tidak Pasang Taruhan , Mana Seru , Pasangkan Taruhan Anda Di areatoto
Minimal Deposit Rp 20.000 Dan Withdraw Rp.50.000
Proses Deposit Dan Withdraw ( EXPRES ) Super Cepat
Anda Akan Di Layani Dengan Customer Service Yang Ramah
Website Online 24Jam/Setiap Hariny