Sunday, May 18, 2014

Euro Trip: Florence the City of Arts

Florence alias Firenze alias Florentia alias Fiorenza adalah kota impian tujuanku sejak dulu. Kota ini merupakan salah satu pusat peradaban Italia dan dunia pada abad 14-16 tempat bermulanya Renaissance di Italia. Keharmonisan seni dan ilmu pengetahuan membuat profesi seniman, pelukis, pematung, penyair, arsitek, ilmuwan, engineer, philosopher bisa berada dalam satu kesatuan yang saling berinteraksi membentuk peradaban kota ini.

Jalur sutra untuk menelusuri florence terbentang di peta yang kuperoleh dari petugas informasi, sehingga sejak pagi kulangkahkan kaki dari penginapan dengan riang gembira. Petualangan dimulai dengan melewati jalur via Del Ariento, menuju katedral Borgo San Lorenzo. 
pasar tradisional
Pada jalan sempit yang diapit bangunan-bangunan tua ini berjajar aneka dagangan barang-barang, tas, pakaian, sepatu, ikat pinggang, replika karya seni terkenal, pernak-pernik, topeng venesia dan aneka barang lainnya. Semua harganya mahal jika dikonversi ke rupiah, sehingga seorang backpacker sepertiku hanya bisa melewat sambil pura-pura cuek menanggapi para penjual yang provokatif. 
aneka topeng
Ini hari jumat, saat membeli sebuah kaos Florence University dari salah seorang penjual, ternyata dia berasal dari pakistan dan seorang muslim. Maka kutanyakan letak masjid untuk sholat jumat, tidak ada yang dekat, sepertinya ini akan menjadi hari pertamaku untuk melalaikan sholat jumat, karena sepertinya tidak mungkin melaksanakan sholat jumat di salah satu katedral. Penjual itu bertanya, “Apa kau puasa? Sekarang sudah Ramadhan..” aku agak kaget, tadi pagi sudah terlanjur sarapan dan sepertinya di Indonesia ramadhan baru mulai besok..

Deretan penjual dan dagangannya itu akhirnya membawaku ke ujung jalan dimana terletak Basilika di San Lorenzo, Katedral yang pertama kali berdiri di Florence, sejak tahun 393. Arsitekturnya memang sudah sangat oldies, dengan suasana yang nyaman. Aku masuk berkeliling sejenak di selasarnya, melihat harga tiket masuk, lalu segera keluar lagi, seperti biasannya backpacker. 
Katedral San Lorenzo
Di depan katedral ada sekelompok turis sedang menyimak penjelasan dari seorang Tour Guide, maka aku pun turut serta nimbrung, sambil berteriak “izin nyimak Gan!” dalam hati. Katanya artis pematung terkenal Donatello, yang sekarang namanya lebih dikenal anak muda sebagai factory outlet House of Donatello yang terkenal dengan aneka produk sepatu dan tasnya, pernah mengerjakan beberapa proyek patung, pintu dan mimbar di katedral ini, dan pada akhirnya dia pun dimakamkan di Katedral ini. Hmm, untunglah aku tidak sedang memakai sepatu dengan merek dirinya, jika mendiang melihatnya mungkin akan mendelik dan marah padaku..

Meninggalkan sekumpulan turis dan sorang Guide itu, selanjutnya kulangkahkan kaki ke arah selatan yang jika terus ditelusuri bisa sampai ke Gunung Kidul, setelahnya lagi Laut Kidul. Cuma beberapa hela nafas saja sampailah di salah satu pusat keramaian, yaitu Katedral Santa Maria del Fiore (the duomo), entahlah apa hubungannya dengan Del Piero. Yang jelas bangunan ini terlihat sangat oldies sekali, konon berdiri sekitar tahun 1296. Katedral terbesar ke-empat di seluruh Eropa. Sebuah bangunan yang merupakan saksi sejarah pencapaian manusia, perkembangan seni, arsitek dan teknik sipil yang luar biasa, tak heran bangunan ini menjadi salah satu Unesco World Heritage.  
the Duomo
Aku melihat ke papan pengumuman, mendapati harga tiket dan antriannya yang begitu mengular, segera mengurungkan diri untuk memasukinya, standar backpacker. Kabarnya di dalam ada anak tangga menuju puncak untuk melihat pemandangan kota florence dari atas katedral. Terdapat aneka ria karya Micheangelo dan Donatello. Kabarnya kubahnya dihias dengan lukisan pengadilan terakhir (the last judgment), pasti seru sekali lukisan itu. Namun demikian, otak segera membuat justifikasi teknis, mungkin nanti bisa browsing saja untuk melihat interiornya di youtube. 
Antrian di depan pintu Katedral
Untuk menghargai karya peradaban manusia ini, segera kubuat sebagai karya foto dengan judul Tama was here
Tama the Explorer
Udara pagi yang menjelang siang mulai terasa hot hot hot, membuatku kehausan, dan teringat sebuah pesan dari seorang pekerja STA travel di depan Leeds University, tempatku membeli tiket Eropa. Katanya “Jika ke Florence, jangan lupa mencicipi es krim nya, maknyes!” Maka segera ku serbu kedai eskrim di sebelah katedral, memilih rasa dan melahapnya dengan nikmat, rasa mantap!
Kedai es krim, es krim dan peta
Selanjutnya kulangkahkan lagi kaki ke arah selatan, melewati jalan Via del proconsolo, Museo Nationale Del Bargello, Via Dei Leoni, belok kanan menyusuri via del Gondi, mengikuti arah orang-orang yang berduyun-duyun, karena kerumunan itu pstilah menjadi tanda ada objek wisata istimewa, ternyata aku sampai di Palazza Vecchio (Old Palace)

Tempat ini memiliki peran penting di kota florence pada masa dulu, semacam kantor walikota dan kantor DPRnya, banyak peristiwa bersejarah terjadi di tempat ini. Gedungnya semula adalah rumah keluarga Medici, keluarga penguasa kota yang juga memiliki minat besar pada karya seni. Gedungnya seperti sebuah Hall besar, yang memiliki sejumlah karya seni yang tak terhitung banyaknya mulai dari lukisan dinding (fresco), peta dunia dari abad 16, patung air mancur tertua, dsb. Sedangkan di halamannya bertebaran aneka patung karya seniman Florence, patung termasuk patung David dari Micheangelo, patung hercules dan aneka patung terkenal dan aneh lainnya. Aku hanya berjalan disela-selanya menatapi patung-patung aneh dan orang-orang yang berdiri mengagumi patung-patung itu. Suasana teras ini begitu ramai dan orang-orang begitu ceria. 
Palaza Vecchio
Dalam benakku terbayang jaman dahulu kala Leonardi Da Vinci, Micheangelo, Donatello, Galileo, Augustine dsb, tokoh-tokoh besar seni, agama, dan ilmu pengetahuan, para maestro pada periode waktunya menghabiskan sebagian waktunya berjalan-jalan di kota ini, mempelajari seni, mempelajari ilmu pengetahuan dan agama. Mereka pasti pernah pada suatu ketika mengunjungi Palazza Vecchio ini, mungkin beberapa bertemu dan bertukar pikiran, berbagi pengetahuan, serta saling bersaing menghasilkan masterpiece. Lady Lisa istri bangsawan dari Florence yang jadi model dari Monalisa karya Da Vinci juga tentunya sering datang ke sini dan mungkin pernah melihat pada patung David yang sedang telanjang itu, bersama senyum uniknya. 
Aneka patung yang aneh
Kabarnya patung ini dibuat oleh Micheangelo sebelum berumur 30 tahun, terbuat dari bahan Marble. Patung yang menghadap ke arah Roma, sebagai simbol keinginan bebas warga sipil dari kekuasaan Roma. Salah satu analisis menginterpretasi bahwa patung ini mengungkapan kebulatan tekad David (Daud) untuk menghadapi Goliath, mengekspresikan keadaan sebelum perang dilangsungkan dengan tensi meninggi dengan membawa ketapel sehingga wajahnya lurus tidak mendongak pada Goliath yang raksasa. Kenapa patung itu bugil, entahlah, sepertinya segala sesuatu harus dibuat bugil pada masa itu. Sekarang patung aslinya ditempatkan di Accademia Gallery, sedangkan yang ditempatkan di sini adalah replikanya. Apa boleh buat, untuk keperluan narsis, aku terpaksa berdiri di bawah patung tersebut.
Patung David
Selain itu ada patung hercules, dengan beberapa sosok yang mengelilinginya, yang ekspresinya aneh-aneh, salah satu patung seakan berekspresi marah karena dihinggapi burung, dan kebetulan burung itu membuang kotoran di atas kepalanya. Patung itu ingin berontak, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak bisa bergerak. Ya sudah, dengan sedikit empati, aku puk puk patung tersebut.. 
aku rapopo
Melanjutkan perjalanan melewati halaman Galeri Uffizi yang penuh dengan antrian untuk masuk, sambil kunikmati nada dan ekspresi seorang musisi gitar klasik yang asyik duduk seorang diri membawakan lagu-lagu jazzy. Sungguh suasana yang luar biasa padu padan. Aku berjalan lagi dan mendapati beberapa pelukis jalanan yang sedang konsentrasi melukis.
Pelukis yang menikmati pekerjaannya
Mereka memang sedang melukis, tetapi bagiku, merekalah lukisan yang sebenarnya, yang mempersembahkan integritas, harmonisasi antara perasaan, perkataan, perbuatan dalam pekerjaan. Orang yang mengerjakan sebuah seni yang mereka kuasai untuk memberi mereka kehidupan. Hal-hal seperti ini, selalu menarik minatku, melihatnya menerbitkan rasa senang.
wanita yang pandai melukis itu sexy
Di dekatnya, terdapat patung Galileo Galilei ahli astronomi, fisika dan berbagai ilmu lainnya yang seolah sedang berdiskusi dengan Pier Antonio Micheli si ahli botani. Galileo adalah anak dari seorang seniman Florence yang dibesarkan di Pisa, dihukum gereja karena mendukung teori Copernicus bahwa mataharilah, bukannya bumi yang merupakan pusat tata surya. Sayang patung itu agak tinggi dan menempel di dinding, sehingga tidak bisa diajak berfoto. 
Diskusi ilmiah duo maestro
Berjalan terus ke selatan aku membentur dinding tepian sungai yang airnya tentang dan berwarna kehijauan, sungai Arno. Beberapa perahu berjalan perlahan melalui sungai, melewati jembatan tertua yang terkenal se Eropa raya, Ponte Vecchio.  
Tepi sungai Arno
Jembatan ini dibangun sejak dulu kala pada masa kekuasan Romawi, dengan pondasi dari bebatuan dan struktur atasnya dari kayu. Jembatan ini memiliki sejarah panjang, sebagai tempat berjualan, bahkan kabarnya istilah bankcruptcy berasal dari sini. Konon dari sini bisa melihat sunset yang indah di atas jembatan Santa Trinita yang terletak di sebelahnya. 
Ponte Vecchio
Mendapati jembatan ini, aku teringat pernah membaca sebuah buku berjudul Vita Brevis, buku itu adalah sebuah gugatan dari Floria, mantan pacar Augustinus. Aurelius Augustinus (354-430) adalah seorang tokoh teologi, pemikir dan dianggap seorang suci pada masa kekristenan awal. Alkisah, setelah menjalani kehidupan penuh hedonisme dan retorika filsafat, Augustinus mendapatkan panggilan spiritual dan membaktikan hidupnya untuk Tuhan, menarik diri dari kehidupan dunia dan meninggalkan kekasihnya. Dia menulis kisah perjalanan hidupnya itu dalam sebuah buku referensi agama dan karya sastra terkenal the Confession. Floria, mantan kekasihnya itu membaca buku tersebut dan tersinggung karena mendapati kesan bahwa hubungan mereka adalah sebuah kesalahan dalam periode hidup Augustine. 

Floria menggugat berbagai pandangan filosofis dan Teologis Augustinus serta menceritakan beberapa kisah asmara mereka, salah satunya adalah ketika berada di jembatan, di atas sungai Arno, Augustinus membelai rambut Floria, mengecupnya sambil membisikkan in Florentia Floria Flourite (di florence Floria berbunga-bunga). Pastilah perasaan Floria begitu bahagia saat itu, seperti juga Augustinus yang sedang mabuk perasaan cinta, tentunya didukung oleh suasana kota dan pemandangan sungai Arno yang indah, sebelum pemahaman agama memisahkan mereka.  

Bayangan adegan itu mengisi benakku selama beberapa tahun, seperti apa jembatan di atas sungai Arno dan bagaimana bunga-bunga yang mekar menghiasi suasan kota Florence? pastilah begitu indah.  

Akhirnya aku bisa berdiri di tengah jembatan itu, sejenak menikmati hela nafas diantara hiruk pikuk keramaian pengunjung yang asyik berfoto, bercengkrama atau menjelajah aneka toko perhiasan emas. 
Pemandangan dari tengah Ponte Vecchio
Muncul perasaan lega bahwa saat ini aku tidak sedang berbulan madu, jika ini bulan madu, tentu sang wanita akan berdiri lama di depan salah satu toko itu dengan wajah penuh harap, dan aku sebagai pria terpaksa masuk membeli salah satu kalung emas itu, dan memasangkannya pada leher si wanita, si wanita tersenyum dengan manis, dan aku berwajah kaku dengan cemberut, karena harga-harga perhiasan di sini dua tiga kali harga normal perhiasan di pasaran..
Perilaku wanita di depan toko perhiasan
Dari Ponte Vecchio, kulanjutkan perjalanan melewati via de Guicciardini mencapai Palazzo Pitti, bekas istana kepunyaan Luca Pitti yang sekarang telah menjadi museum, mendapati sekelompok turis dengan guide yang berbaris masuk tanpa membayar aku pun menyusup diantara barisan mereka ke dalam gedung. 
bangunan standar di tepi jalan
Di area ini terdapat Museum berisi karya seni peninggalana keluarga Medici, Porcelein Museum, Costum Gallery, Carriage Museum, serta Giradino di boboli (Boboli Garden), taman yang cukup besar dengan koleksi aneka tetumbuhan, bunga dan karya seni. Tetapi waktu sudah melewati tengah hari, aku tak bisa melanjutkan menjelajah lebih lama karena harus segera mengejar kereta menuju Venice.
standar kafe di pinggir jalan
Apa boleh buat, walaupun masih banyak objek wisata yang masih terisia untuk dikunjungi tetapi perjalanan harus segera diakhiri, sehingga aku kembali melangkahkan menapaki jalan-jalan yang tadi kulalui, menuju hotel, mengambil barang dan bersiap untuk petualangan berikutnya menjelajah Venice. 

Sunday, May 11, 2014

orientasi di infantri

Dear Adek, 

Maafkan abang tidak sempat memberi kabar sebelumnya, tidak bisa berkomunikasi dengan adek beberapa minggu ini karena ponsel dan segala macamnya disita, tidak boleh berhubungan dengan dunia luar. Abang sedang mengikuti sebuah acara orientasi salah satu kementerian di markas pelatihan infantri.

Baru datang setelah naek iring-iringan truk militer, sebagai pembukaan kita yang masih berpakaian rapi celana hitam kemeja putih sudah harus jalan jongkok mendaki jalanan melewati gerbang depan dalam suasana gerimis yang muram. Sungguh kesan pertama yang baik yang ingin mereka berikan.
 
Acara sehari-hari berlangsung dari pagi sampai malam, menguras segala fisik dan mental. Jalan, lari, push up, sit up, jalan jongkok, guling, serta materi pelajaran dan bernyanyi-nyanyi. Bagi abang, kegiatan ini seperti mengulangi lagi 3 tahun masa SMA yang penuh disiplin serta setahun masa ospek di kampus dulu.

Sampai semalam ini, sudah jam 11 malam, abang lihat orang-orang di satu barak memanjang dengan deretan dua baris kasur bertingkat, masih ramai beraktifitas. Umumnya membersihkan segala macam, mulai dari tubuhnya, sepatunya, tempat tidurnya, lemarinya, ada juga terdengar suara yang sedang mengaji.

Sementara abang, kepalanya yang baru berubah menjadi botak plontos teringat kepada adek. Oleh karenanya, sehabis beraktivitas, sesekali abang sempatkan untuk menulis surat buat adek. 

Jam empat pagi biasanya kita sudah terbangun, beberapa ke kamar mandi beberapa langsung membersihkan tempat tidur. Setelah sholat berjamaah di mesjid, kita berlari-lari memutari lapangan, memutari mako, sampai capek lari itu. Setelah lari, disuruh lagi push up, sit up dsb. Terkadang abang hanya menyempatkan menatap langit gelap yang berubah menjadi biru. Di ujung sana, di atas bukit-bukit hijau yang mengelilingi lokasi terlihat bulan bulat penuh yang perlahan memucat karena kesiangan.

barisan olahraga pagi

Pada suatu sore, kita diperintahkan untuk melaksanakan protap (prosedur tetap), evakuasi dari barak ke lapangan bola dalam waktu 3 menit. Setelah berlari-lari pontang-panting, ternyata terlambat setengah menit, diulang lagi, namun hasilnya lebih terlambat lagi, sehinggalah kita semua dihukum merayap dan berguling di lapangan bola. Capek adek. Esensinya bukanlah protap, adalah kegiatan merayap itu, apapun yang kita lakukan pasti akan selalu salah, dan berakhir dengan merayap.

sedikit sit up untuk mengencangkan perut

Setiap hari kita makan di ruang makan dengan teratur dan terpimpin, diawali laporan dan doa. Tetapi nasi dan lauk itu terlalu banyak dan harus habis. Abang yang tak biasa makan terlalu banyak dan makan cepat jadi kerepotan, seberapa cepat pun makan, selalu selesainya terlambat. Air sayur harus dicampur dengan nasi dan beberapa kunyah langsung meminum air untuk mendorong nasi supaya habis. Karena dalam waktu yang ditentukan makanan kita belum habis, akhirnya ompreng harus digeser ke teman sebelah, bertukar sisa makanan, untuk melanjutkan makan.

suasana makan yang terkadang mencekam

Pada masa-masa makan ini salah satu yang abang hindari adalah duduk di satu meja makan dengan wanita, adek mungkin senang mendengar ini. Karena biasanya mereka makan sedikit. Membuat satu meja kesusahan untuk menghabiskan nasi. Selalu muncul rasa senang saat satu meja makan dengan pria-pria gemuk besar yang terlihat kelaparan dan muncul rasa was-was saat semeja makan dengan wanita-wanita, walau bagaimanapun rupanya.

peserta yang mulai terjangkit stress

Seminggu pertama ini adalah tahap yang menurut istilah para pelatih tahap pembentukan. Sehingga kegiatannya begitu padat, berat, dan gawat. Sering abang tidak mandi pagi karena memang tidak ada waktu. Tidak mungkin untuk menjalankan gaya mandi adek yang satu jam lamanya di tempat ini, waktu buat mandi tak sampai lima menit. Mengelilingi bak mandi besar itu, setiap pagi akan bisa didapati para pria mandi bersama berbugil ria. Abang yang melihat saja jadi risih, sepertinya lebih enak memandang wanita mandi bersama berbugil ria daripada melihat para pria ini dengan barangnya masing-masing. Belum biasa dengan itu, abang mengambil air dengan ember, dan mandi dengan seember air di wc yang tertutup.

ritual makan snack
Pakaian yang kita gunakan bersih pada pagi hari biasanya akan segera kotor penuh keringat terkadang bercampur lumpur pada sore hari. Untungnya pada sore hari ibu-ibu warga sekitar datang berduyun-duyun mengambil pakaian kotor untuk dicuci dan diantar lagi keesokan harinya. Jika tidak, entah bagaimana kotor dan baunya pakaian kita.

push up tahan di atas

Waktu-waktu yang paling menyenangkan adalah waktu sholat lima waktu dimana bisa sedikit beristirahat menjelang sholat. Rangkaian acara membuat kita merasakan kenyamanan untuk dekat dengan Tuhan. Jika tujuan acara untuk mendekatkan diri peserta dengan Tuhan, sepertinya berhasil.

Selain perintah disiplin, baris-berbaris dan pergerakan ala Permildas yang juga tak kalah penting adalah PUDD (peraturan urusan dinas dalam), yang menyangkut kerapihan lipatan dan susunan baju di lemari serta kerapihan seprei kasur. Seprei itu harus rapi lurus tanpa lipatan yang begitu dijatuhi koin, koinnya akan memantul saking kuat ikatannya. Begitu pada suatu siang dicek oleh pelatih, seprei teman-teman banyak yang masih parah, lipatan baju yang tak beraturan, serta jemuran handuk yang tidak rapi.

Akibatnya, sebagian besar siswa harus berlari mengelilingi lapangan bola enam kali sambil mengangkat kasur, mengangkat aneka pakaian, mengangkat rak handuk, dan kebetulan abang kebagian mengangkat dua ember dan kain pel, karena lalai menjaga kerapihan ember. Kocak juga wajah-wajah yang sedang menggendong kasur itu, adek harus melihatnya.

Setelah hampir satu minggu acara yang penuh perintah disiplin dan usaha menjadi disiplin, itu wajah teman-teman terlihat menjadi hitam. Wajah mereka yang terkena panas, tersiram air, mulai membuat kulit kepalanya mengelupas, berkerak, berganti kulit. Wajah abang sendiri? Tidak kelihatan, abang sampai lupa pada wajah sendiri, tidak pernah melihat cermin. Semakin hitam, semakin kurus dan menjadi jelek, itu pasti. Bahkan ada indikasi bahwa semakin lama memakai helm baja berat itu, dan perintah yang tidak boleh dianalisa, dan bentakan, dan hukuman disinyalir telah membuat intelegensia peserta jadi menurun, setiap minggu turun sepuluh point.. 

latihan bela diri militer

Setiap pagi, salah satu yang menjadi perhatian abang adalah munculnya sebuah barisan baru diluar barisan kelas pada saat acara olahraga pagi. Satu kelas berlari dalam barisan sambil bernyanyi-nyanyi lagu yang bisa menambah semangat. Biasanya ada satu dua yang tidak bisa ikut berlari karena kakinya cedera, cedera lutut, cedera engsel, dsb. Mereka jalan tertatih di belakang, yang dikala pagi masih gelap dan terlihat menyeramkan, seperti zombie. Pada awalnya satu dua saja zombie itu, tetapi semakin hari semakin menular, pada akhirnya tim zombie membentuk barisan sendiri yang banyak jumlahnya, jalannya patah-patah tertatih, tinggal perlu ditambahkan musik horror yang mencekap sebagai soundtrack. Kaki abang pun tak ketinggalan mendapat lecet dan kapalan meskipun tidak sampai menjadi zombie.

Setiap orang pada acara ini pasti pernah mengalami apes, terlambat ini itu, salah menyampaikan aba-aba, semir sepatu yang kurang mengkilat, tidak bersih, tidak rapi, makan yang tidak habis, semua berujung pada konsekuensi hukuman fisik, demikian juga dengan abang. Pada suatu kali, saat berjalan pulang ke barak sendirian karena sedang bertugas jaga kamar, berpapasan dengan seorang pelatih. Dia bertanya ini itu, abang jawab itu ini sambil mengakhirkannya dengan kata “pak” yang dilarang, karena harus memanggil mereka dengan “pelatih” atau “komandan”. Alhasil abang harus berhutang 100 push up. Setelah selesai mencicil 35 push up dan lengan sampai pegel, dan sudah siap pamit, eh keceplosan lagi memanggil pak, sehingga ditambah 100 kali lagi. Abang mulai kesal waktu itu.

“Jadi, utang berapa push up?” katanya

“Siap, seratus kali.” Jawab abang

“Ditambah yang sebelumnya tadi, jadi berapa?”

“Siap, hitungan saya tidak begitu baik.” Sebenarnya mudah saja menjawab itu, tetapi abang mulai esmosi dan ingin melawan, males kan kalau harus menjawab utang 165 push up.

“Kamu sekolahnya dimana?”

“Siap itebe dan ugeem.”

“Nah, itu mungkin kamu lebih pintar daripada saya yang tidak kuliah.”

“Siap, iya.” Jawab abang dengan lantang, tegas dan tanpa ragu, sambil merasa sedikit puas berhasil membalas, dan terlihat wajah pelatih yang sedikit kesal. Sampai acara berarkhir, hutang push up itu tak pernah abang bayar. Dan sepertinya teman-teman yang lain yang berhutang push up karena kesalahan lainnya juga belum membayarnya.

Setelah satu minggu pembentukan disiplin, minggu berikutnya adalah pengisian materi. Setiap hari selain pelajaran baris berbaris di lapangan ada pelajaran di kelas, materinya dari kementerian serta materi kepemimpinan, kerjasama dsb dari konsultan psikologi. Biasanya di kelas ini adalah saatnya membalas jam tidur, saat pembicara di depan menyampaikan materi, saat itu pula peserta tidur, abang salah satu penganut mazhab tidur ini. Sesekali harus waspada terhadap pelatih yang wajahnya muncul dari balik jendela mencatat dan menghukum siapa-siapa yang tertidur. Setelah itu materi itu, diadakan ujian tertulis untuk mengetes pemahaman siswa, setelah tadi tertidur di kelas, apa yang mau diisi?

sempatkan untuk bertanya disela-sela tidur

Adek, jangan tertidur saat membaca cerita abang, belum selesai..


Akhirnya 18 hari berlalu, tiga hari terakhir kita akan menjalani kegiatan di ciwidey. Yang mulanya terseok-seok, yang semula sudah kelelahan, teman-teman semakin bersemangat ingin mengakhiri acara ini. Bahkan ada yang sudah berkeluarga dan meninggalkan anak kecil di rumah berniat menyanyikan lagu-lagu heroik selama acara ini untuk menidurkan anaknya.. “ninaa boboo” diganti “tanda-tanda medan cipatat..”

Udara ciwidey begitu dingin, saat tidur di tenda yang seadanya itu, saking dingiinnya  harus terbangun setiap satu jam, terdengar salah seorang teman yang menggigil dan mengigau sepanjang malam.

barisan siap tempur di ciwidey

Di ciwidey diadakan acara wira tangkas, aplikasi dan evaluasi materi yang telah dilatihkan seperti: rayapan tali satu, jaring pendarat, turun hesti, jembatan tali dua, naik toggle, snapling, uji beladiri militer, RJP (resistensi jantung paru) dsb. Tak masalah bagi kita, semua bisa melewati kecuali beberapa yang berat badanya berlebih.

wira tangkas
Setelah itu dilanjutkan dengan perjalanan menuju Kawah Putih, dan menginap di salah satu lapangan di dekat kawah putih. Udaranya lebih dingin daripada Ciwidey, saat pagi datang seluruh pakaian untuk tidur telah menjadi basah oleh embun, dingin sekali. Tetapi bintang-bintang di langit begitu indah dan bersih. Bukit-bukit kecil perkebunan teh yang hijau indah menyambut saat mentari datang.

pagi setelah malam dingin di kawah putih
Dari kawah putih, kita melakukan long march menuju situ patengan, sekitar sembilan kilo jaraknya, melalui jalanan menanjak menurun dan berbatu di antara hamparan perkebunan teh. Lumayan menyenangkan, bahkan rasanya ingin mengulangi lagi, bernyanyi-nyayi menikmati sejuknya udara dan hijau perkebunan teh, serta suasana desa dan rumah-rumah para petani yang asri.

melalui perkebunan teh
Selanjutnya kita menginap di perkebunan teh di atas Situ Patengan, sambil melaksanakan “war game” antara kelompok bendera merah dengan bendera kuning. Kelompok yang berhasil menurunkan dan mengambil bendera lawan akan menang. Kelompok abang, kelompok biru dengan para penyerangnya yang bersemangat dan daya juang tinggi melakukan briefing menyusun strategi, untuk menyergap sarang kelompok kuning pada saat mereka terlelap pukul tiga pagi, pada dinginnya udara yang menusuk kulit. Pada saat itu, tentu abang sedang berada di markas, menjaga bendera sambil terlelap, sambil berusaha menghangatkan diri di sela bebatuan di sela perkebunan teh. Pada dini hari terdengar sorak sorai penuh kemenangan dari teman-teman yang berhasil merebut bendera lawan setelah merayap, menyelusup diantara kebun teh, dan memanjat tebing. Tentunya, peristiwa penyerangan itu begitu heroik seperti heroiknya aksi tidur abang.  

war game diantara kebun teh

Selesainya simulasi perang itu, ternyata acara belum berakhir. Kita masih harus masuk ke danau Situ Patengan, guling-guling, bernyanyi, berendam di air yang berubah keruh dan beraroma rumput, berenang, merayap, namun tetap bersemangat, bahkan sambil bernyanyi kita bermain air, menyipratkannya kemana-mana. Di depan mata, telah menunggu pejabat yang akan memasangkan brevet tanda kelulusan kita.

masuk danau situpatengan

Akhirnya acara ditutup pada hari minggu siang, saat muda-mudi sibuk berpacaran di setiap penjuru situ patengan, kita berbaris dengan kepala plontos dan wajah tidak karuan karena tiga hari tidak mandi dan bekal sisa lumpur danau pagi hari. Acara ditutup dengan upacara, peragaan beladiri militer, serta persembahan yel yel. Setelah penutupan itu, diumumkan nama-nama peserta yang mendapat peringkat sepuluh besar, yang mendapat sertifikat kelulusan dan hadiah topi. Saat itu, abang katakan kepada seorang teman “Ah, kita sih ga usah berharap peringkat segala, yang penting lulus aja.”

pemasangan brevet
Tak dinyana tanpa disangka, beberapa detik kemudian nama abang dipanggil sebagai peringkat empat dari 144 orang peserta pria wanita tua dan muda.

penyerahan piagam peserta terbaik

Adek, bagaimana kabar adek? Terlalu panjangkah cerita abang sehingga menjelma jadi pengantar tidur adek? Apa yang abang ceritakan tadi, itulah masa-masa tiga minggu abang menghilang dari peredaran. Saat adek menanyakan “abang, kapan pulang.” Abang hanya bisa menjawab “segera abang pulang..”

Abang merindukan adek. Saat-saat sehabis sholat, sering terngiang alunan suara adek membaca hafalan surat Al fajr yang merdu dan berkelok mendayu pada bagian “sekali-kali tidak, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin..” lalu suara itu bergulir hangat dan menentramkan pada bagian “wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan mu dengan hati yang ridho dan diridhoi..” Bacaan yang membuat abang jadi tenteram, menerbitkan rasa rindu.


Semoga adek selalu dalam kebaikan. Sampai di sini surat abang, sampai kita bertemu lagi..


Salam,

Abang

Foto oleh Karmila Waty