Dear Adek,
Maafkan abang tidak sempat
memberi kabar sebelumnya, tidak bisa berkomunikasi dengan adek beberapa
minggu ini karena ponsel dan segala macamnya disita, tidak boleh berhubungan dengan dunia
luar. Abang sedang mengikuti sebuah acara orientasi salah satu kementerian di
markas pelatihan infantri.
Baru
datang setelah naek iring-iringan truk militer, sebagai pembukaan kita yang
masih berpakaian rapi celana hitam kemeja putih sudah harus jalan jongkok
mendaki jalanan melewati gerbang depan dalam suasana gerimis yang muram. Sungguh kesan pertama yang baik yang ingin
mereka berikan.
Acara sehari-hari berlangsung
dari pagi sampai malam, menguras segala fisik dan mental. Jalan, lari, push up,
sit up, jalan jongkok, guling, serta materi pelajaran dan bernyanyi-nyanyi.
Bagi abang, kegiatan ini seperti mengulangi lagi 3 tahun masa SMA yang penuh
disiplin serta setahun masa ospek di kampus dulu.
Sampai semalam ini,
sudah jam 11 malam, abang lihat orang-orang di satu barak memanjang dengan
deretan dua baris kasur bertingkat, masih ramai beraktifitas. Umumnya
membersihkan segala macam, mulai dari tubuhnya, sepatunya, tempat tidurnya,
lemarinya, ada juga terdengar suara yang sedang mengaji.
Sementara abang, kepalanya
yang baru berubah menjadi botak plontos teringat kepada adek. Oleh karenanya, sehabis beraktivitas, sesekali abang sempatkan untuk menulis surat buat adek.
Jam empat pagi biasanya kita sudah terbangun, beberapa ke kamar mandi beberapa langsung
membersihkan tempat tidur. Setelah sholat berjamaah di mesjid, kita
berlari-lari memutari lapangan, memutari mako, sampai capek lari itu. Setelah lari,
disuruh lagi push up, sit up dsb. Terkadang abang hanya menyempatkan menatap
langit gelap yang berubah menjadi biru. Di ujung sana, di atas bukit-bukit
hijau yang mengelilingi lokasi terlihat bulan bulat penuh yang perlahan memucat
karena kesiangan.
barisan olahraga pagi |
Pada suatu sore, kita
diperintahkan untuk melaksanakan protap (prosedur tetap), evakuasi dari barak
ke lapangan bola dalam waktu 3 menit. Setelah berlari-lari pontang-panting,
ternyata terlambat setengah menit, diulang lagi, namun hasilnya lebih terlambat
lagi, sehinggalah kita semua dihukum merayap dan berguling di lapangan bola. Capek
adek. Esensinya bukanlah protap, adalah kegiatan merayap itu, apapun yang kita
lakukan pasti akan selalu salah, dan berakhir dengan merayap.
sedikit sit up untuk mengencangkan perut |
Setiap hari kita
makan di ruang makan dengan teratur dan terpimpin, diawali laporan dan doa. Tetapi
nasi dan lauk itu terlalu banyak dan harus habis. Abang yang tak biasa makan terlalu
banyak dan makan cepat jadi kerepotan, seberapa cepat pun makan, selalu
selesainya terlambat. Air sayur harus dicampur dengan nasi dan beberapa kunyah
langsung meminum air untuk mendorong nasi supaya habis. Karena dalam waktu yang
ditentukan makanan kita belum habis, akhirnya ompreng harus digeser ke teman
sebelah, bertukar sisa makanan, untuk melanjutkan makan.
suasana makan yang terkadang mencekam |
Pada masa-masa makan
ini salah satu yang abang hindari adalah duduk di satu meja makan dengan wanita,
adek mungkin senang mendengar ini. Karena biasanya mereka makan sedikit. Membuat
satu meja kesusahan untuk menghabiskan nasi. Selalu muncul rasa senang saat
satu meja makan dengan pria-pria gemuk besar yang terlihat kelaparan dan muncul
rasa was-was saat semeja makan dengan wanita-wanita, walau bagaimanapun
rupanya.
peserta yang mulai terjangkit stress |
Seminggu pertama ini
adalah tahap yang menurut istilah para pelatih tahap pembentukan. Sehingga
kegiatannya begitu padat, berat, dan gawat. Sering abang tidak mandi pagi
karena memang tidak ada waktu. Tidak mungkin untuk menjalankan gaya mandi adek
yang satu jam lamanya di tempat ini, waktu buat mandi tak sampai lima menit. Mengelilingi
bak mandi besar itu, setiap pagi akan bisa didapati para pria mandi bersama
berbugil ria. Abang yang melihat saja jadi risih, sepertinya lebih enak
memandang wanita mandi bersama berbugil ria daripada melihat para pria ini
dengan barangnya masing-masing. Belum biasa dengan itu, abang mengambil air
dengan ember, dan mandi dengan seember air di wc yang tertutup.
ritual makan snack |
Pakaian yang kita
gunakan bersih pada pagi hari biasanya akan segera kotor penuh keringat terkadang
bercampur lumpur pada sore hari. Untungnya pada sore hari ibu-ibu warga sekitar
datang berduyun-duyun mengambil pakaian kotor untuk dicuci dan diantar lagi
keesokan harinya. Jika tidak, entah bagaimana kotor dan baunya pakaian kita.
push up tahan di atas |
Waktu-waktu yang
paling menyenangkan adalah waktu sholat lima waktu dimana bisa sedikit
beristirahat menjelang sholat. Rangkaian acara membuat kita merasakan kenyamanan
untuk dekat dengan Tuhan. Jika tujuan acara untuk mendekatkan diri peserta dengan
Tuhan, sepertinya berhasil.
Selain perintah
disiplin, baris-berbaris dan pergerakan ala Permildas yang juga tak kalah penting
adalah PUDD (peraturan urusan dinas dalam), yang menyangkut kerapihan lipatan
dan susunan baju di lemari serta kerapihan seprei kasur. Seprei itu harus rapi lurus
tanpa lipatan yang begitu dijatuhi koin, koinnya akan memantul saking kuat
ikatannya. Begitu pada suatu siang dicek oleh pelatih, seprei teman-teman
banyak yang masih parah, lipatan baju yang tak beraturan, serta jemuran handuk
yang tidak rapi.
Akibatnya, sebagian
besar siswa harus berlari mengelilingi lapangan bola enam kali sambil
mengangkat kasur, mengangkat aneka pakaian, mengangkat rak handuk, dan
kebetulan abang kebagian mengangkat dua ember dan kain pel, karena lalai
menjaga kerapihan ember. Kocak juga wajah-wajah yang sedang menggendong kasur
itu, adek harus melihatnya.
Setelah hampir satu
minggu acara yang penuh perintah disiplin dan usaha menjadi disiplin, itu wajah
teman-teman terlihat menjadi hitam. Wajah mereka yang terkena panas, tersiram
air, mulai membuat kulit kepalanya mengelupas, berkerak, berganti kulit. Wajah abang
sendiri? Tidak kelihatan, abang sampai lupa pada wajah sendiri, tidak pernah
melihat cermin. Semakin hitam, semakin kurus dan menjadi jelek, itu pasti. Bahkan ada indikasi bahwa semakin lama memakai helm baja berat itu, dan perintah yang tidak boleh dianalisa, dan bentakan, dan hukuman disinyalir telah membuat intelegensia peserta jadi menurun, setiap minggu turun sepuluh point..
latihan bela diri militer |
Setiap pagi, salah
satu yang menjadi perhatian abang adalah munculnya sebuah barisan baru diluar barisan
kelas pada saat acara olahraga pagi. Satu kelas berlari dalam barisan sambil
bernyanyi-nyanyi lagu yang bisa menambah semangat. Biasanya ada satu dua yang
tidak bisa ikut berlari karena kakinya cedera, cedera lutut, cedera engsel,
dsb. Mereka jalan tertatih di belakang, yang dikala pagi masih gelap dan terlihat
menyeramkan, seperti zombie. Pada awalnya satu dua saja zombie itu, tetapi
semakin hari semakin menular, pada akhirnya tim zombie membentuk barisan
sendiri yang banyak jumlahnya, jalannya patah-patah tertatih, tinggal perlu
ditambahkan musik horror yang mencekap sebagai soundtrack. Kaki abang pun tak
ketinggalan mendapat lecet dan kapalan meskipun tidak sampai menjadi zombie.
Setiap orang pada acara ini pasti pernah mengalami apes, terlambat ini itu, salah menyampaikan aba-aba, semir sepatu yang kurang mengkilat, tidak bersih, tidak rapi, makan yang tidak habis, semua berujung pada konsekuensi hukuman fisik, demikian juga dengan abang. Pada suatu kali, saat berjalan pulang ke barak sendirian karena sedang bertugas jaga kamar, berpapasan dengan seorang pelatih. Dia bertanya ini itu, abang jawab itu ini sambil mengakhirkannya dengan kata “pak” yang dilarang, karena harus memanggil mereka dengan “pelatih” atau “komandan”. Alhasil abang harus berhutang 100 push up. Setelah selesai mencicil 35 push up dan lengan sampai pegel, dan sudah siap pamit, eh keceplosan lagi memanggil pak, sehingga ditambah 100 kali lagi. Abang mulai kesal waktu itu.
Setiap orang pada acara ini pasti pernah mengalami apes, terlambat ini itu, salah menyampaikan aba-aba, semir sepatu yang kurang mengkilat, tidak bersih, tidak rapi, makan yang tidak habis, semua berujung pada konsekuensi hukuman fisik, demikian juga dengan abang. Pada suatu kali, saat berjalan pulang ke barak sendirian karena sedang bertugas jaga kamar, berpapasan dengan seorang pelatih. Dia bertanya ini itu, abang jawab itu ini sambil mengakhirkannya dengan kata “pak” yang dilarang, karena harus memanggil mereka dengan “pelatih” atau “komandan”. Alhasil abang harus berhutang 100 push up. Setelah selesai mencicil 35 push up dan lengan sampai pegel, dan sudah siap pamit, eh keceplosan lagi memanggil pak, sehingga ditambah 100 kali lagi. Abang mulai kesal waktu itu.
“Jadi, utang berapa
push up?” katanya
“Siap, seratus kali.”
Jawab abang
“Ditambah yang
sebelumnya tadi, jadi berapa?”
“Siap, hitungan saya
tidak begitu baik.” Sebenarnya mudah saja menjawab itu, tetapi abang mulai
esmosi dan ingin melawan, males kan kalau harus menjawab utang 165 push up.
“Kamu sekolahnya
dimana?”
“Siap itebe dan
ugeem.”
“Nah, itu mungkin
kamu lebih pintar daripada saya yang tidak kuliah.”
“Siap, iya.” Jawab abang
dengan lantang, tegas dan tanpa ragu, sambil merasa sedikit puas berhasil
membalas, dan terlihat wajah pelatih yang sedikit kesal. Sampai acara
berarkhir, hutang push up itu tak pernah abang bayar. Dan sepertinya
teman-teman yang lain yang berhutang push up karena kesalahan lainnya juga
belum membayarnya.
Setelah satu minggu pembentukan disiplin, minggu berikutnya adalah pengisian materi. Setiap hari selain pelajaran baris berbaris di lapangan ada pelajaran di kelas, materinya dari kementerian serta materi kepemimpinan, kerjasama dsb dari konsultan psikologi. Biasanya di kelas ini adalah saatnya membalas jam tidur, saat pembicara di depan menyampaikan materi, saat itu pula peserta tidur, abang salah satu penganut mazhab tidur ini. Sesekali harus waspada terhadap pelatih yang wajahnya muncul dari balik jendela mencatat dan menghukum siapa-siapa yang tertidur. Setelah itu materi itu, diadakan ujian tertulis untuk mengetes pemahaman siswa, setelah tadi tertidur di kelas, apa yang mau diisi?
Setelah satu minggu pembentukan disiplin, minggu berikutnya adalah pengisian materi. Setiap hari selain pelajaran baris berbaris di lapangan ada pelajaran di kelas, materinya dari kementerian serta materi kepemimpinan, kerjasama dsb dari konsultan psikologi. Biasanya di kelas ini adalah saatnya membalas jam tidur, saat pembicara di depan menyampaikan materi, saat itu pula peserta tidur, abang salah satu penganut mazhab tidur ini. Sesekali harus waspada terhadap pelatih yang wajahnya muncul dari balik jendela mencatat dan menghukum siapa-siapa yang tertidur. Setelah itu materi itu, diadakan ujian tertulis untuk mengetes pemahaman siswa, setelah tadi tertidur di kelas, apa yang mau diisi?
sempatkan untuk bertanya disela-sela tidur |
Adek, jangan tertidur
saat membaca cerita abang, belum selesai..
Akhirnya 18 hari berlalu, tiga hari terakhir kita akan menjalani kegiatan di ciwidey. Yang mulanya terseok-seok, yang semula sudah kelelahan, teman-teman semakin bersemangat ingin mengakhiri acara ini. Bahkan ada yang sudah berkeluarga dan meninggalkan anak kecil di rumah berniat menyanyikan lagu-lagu heroik selama acara ini untuk menidurkan anaknya.. “ninaa boboo” diganti “tanda-tanda medan cipatat..”
Udara ciwidey begitu dingin, saat tidur di tenda yang seadanya itu, saking dingiinnya harus terbangun setiap satu jam, terdengar salah seorang teman yang menggigil dan mengigau sepanjang malam.
barisan siap tempur di ciwidey |
Di ciwidey diadakan
acara wira tangkas, aplikasi dan evaluasi materi yang telah dilatihkan seperti:
rayapan tali satu, jaring pendarat, turun hesti, jembatan tali dua, naik
toggle, snapling, uji beladiri militer, RJP (resistensi jantung paru) dsb. Tak
masalah bagi kita, semua bisa melewati kecuali beberapa yang berat badanya
berlebih.
wira tangkas |
Setelah itu
dilanjutkan dengan perjalanan menuju Kawah Putih, dan menginap di salah satu
lapangan di dekat kawah putih. Udaranya lebih dingin daripada Ciwidey, saat
pagi datang seluruh pakaian untuk tidur telah menjadi basah oleh embun, dingin
sekali. Tetapi bintang-bintang di langit begitu indah dan bersih. Bukit-bukit
kecil perkebunan teh yang hijau indah menyambut saat mentari datang.
pagi setelah malam dingin di kawah putih |
Dari kawah putih,
kita melakukan long march menuju situ patengan, sekitar sembilan kilo jaraknya,
melalui jalanan menanjak menurun dan berbatu di antara hamparan perkebunan teh.
Lumayan menyenangkan, bahkan rasanya ingin mengulangi lagi, bernyanyi-nyayi
menikmati sejuknya udara dan hijau perkebunan teh, serta suasana desa dan
rumah-rumah para petani yang asri.
melalui perkebunan teh |
Selanjutnya kita
menginap di perkebunan teh di atas Situ Patengan, sambil melaksanakan “war game”
antara kelompok bendera merah dengan bendera kuning. Kelompok yang berhasil menurunkan
dan mengambil bendera lawan akan menang. Kelompok abang, kelompok biru dengan
para penyerangnya yang bersemangat dan daya juang tinggi melakukan briefing
menyusun strategi, untuk menyergap sarang kelompok kuning pada saat mereka
terlelap pukul tiga pagi, pada dinginnya udara yang menusuk kulit. Pada saat
itu, tentu abang sedang berada di markas, menjaga bendera sambil terlelap, sambil
berusaha menghangatkan diri di sela bebatuan di sela perkebunan teh. Pada dini hari
terdengar sorak sorai penuh kemenangan dari teman-teman yang berhasil merebut
bendera lawan setelah merayap, menyelusup diantara kebun teh, dan memanjat
tebing. Tentunya, peristiwa penyerangan itu begitu heroik seperti heroiknya
aksi tidur abang.
war game diantara kebun teh |
Selesainya simulasi
perang itu, ternyata acara belum berakhir. Kita masih harus masuk ke danau Situ
Patengan, guling-guling, bernyanyi, berendam di air yang berubah keruh dan beraroma
rumput, berenang, merayap, namun tetap bersemangat, bahkan sambil bernyanyi
kita bermain air, menyipratkannya kemana-mana. Di depan mata, telah menunggu
pejabat yang akan memasangkan brevet tanda kelulusan kita.
masuk danau situpatengan |
Akhirnya acara ditutup
pada hari minggu siang, saat muda-mudi sibuk berpacaran di setiap penjuru situ
patengan, kita berbaris dengan kepala plontos dan wajah tidak karuan karena
tiga hari tidak mandi dan bekal sisa lumpur danau pagi hari. Acara ditutup
dengan upacara, peragaan beladiri militer, serta persembahan yel yel. Setelah
penutupan itu, diumumkan nama-nama peserta yang mendapat peringkat sepuluh
besar, yang mendapat sertifikat kelulusan dan hadiah topi. Saat itu, abang
katakan kepada seorang teman “Ah, kita sih ga usah berharap peringkat segala,
yang penting lulus aja.”
pemasangan brevet |
Tak dinyana tanpa
disangka, beberapa detik kemudian nama abang dipanggil sebagai peringkat empat
dari 144 orang peserta pria wanita tua dan muda.
penyerahan piagam peserta terbaik |
Adek, bagaimana kabar
adek? Terlalu panjangkah cerita abang sehingga menjelma jadi pengantar tidur
adek? Apa yang abang ceritakan tadi, itulah masa-masa tiga minggu abang
menghilang dari peredaran. Saat adek menanyakan “abang, kapan pulang.” Abang hanya
bisa menjawab “segera abang pulang..”
Abang merindukan adek. Saat-saat sehabis sholat, sering terngiang alunan suara adek membaca hafalan surat Al fajr yang merdu dan berkelok mendayu pada bagian “sekali-kali tidak, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin..” lalu suara itu bergulir hangat dan menentramkan pada bagian “wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan mu dengan hati yang ridho dan diridhoi..” Bacaan yang membuat abang jadi tenteram, menerbitkan rasa rindu.
Abang merindukan adek. Saat-saat sehabis sholat, sering terngiang alunan suara adek membaca hafalan surat Al fajr yang merdu dan berkelok mendayu pada bagian “sekali-kali tidak, sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin..” lalu suara itu bergulir hangat dan menentramkan pada bagian “wahai jiwa-jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhan mu dengan hati yang ridho dan diridhoi..” Bacaan yang membuat abang jadi tenteram, menerbitkan rasa rindu.
Semoga adek selalu dalam kebaikan. Sampai di sini surat abang, sampai kita bertemu lagi..
Salam,
Abang
Foto oleh Karmila Waty
Foto oleh Karmila Waty
Cie patjar baru. Cpt dinikahi atuh ^^
ReplyDeleteiay abang, jangan khawatir :D
ReplyDelete@anggi: hahaha out of context deh..
ReplyDelete@rika: baiklah adek, abang jadi tidak khawatir :D