Mantan pacar sudah menikah. Setelah
menjalani empat tahun masa pacaran, dua tahun lebih pun berlalu sejak
perpisahan yang menyakitkan itu. Dia menjalani hubungan dengan orang lain, hingga berakhir, lalu perasaan kita pernah dekat lagi setahun yang lalu, hingga berpisah lagi.
Akhirnya baru-baru ini dia menikah, dengan laki-laki lain, bukan denganku.
Dan, bagaimana rasanya ditinggal
menikah oleh orang yang (masih) dicintai? Rasanya, seperti pasrah karena tak berdaya melawan
takdir. Tangan takdir menggenggam kita begitu erat, menarik ke arah yang diinginkannya,
tak peduli kita meronta atau menerima. Suatu malam itu, aku pernah bermimpi
bahwa dia menikah, yang menjadi kenyataan beberapa minggu kemudian. Sehingga, telah
kupersiapkan sebentuk perasaan ikhlas, agar tidak ada kekhawatiran lagi dari diriku
untuk diri sendiri, atas perasaan ku kepada dirinya.
Aku tau, tak seharusnya seseorang
terlalu mengagungkan cinta kepada sesama manusia, cinta yang rampuh dan pamrih. Aku tau hampir
semua teori, aku membaca buku psikologi manusia, psikologi cinta, buku the art
of loving, aku membaca petunjuk praktis how to move on, aku mendengar berbagai
pengalaman untuk menghadapi permasalahan serupa, aku mencoba mengalihkan perhatian
pada sosok lain, hanya sampai pada kesimpulan bahwa cinta memang lebih mudah
dirasakan daripada dipahami. Kadang kita menjelma jadi orang yang lemah, mengetahui
betapa sering perasaan mengalahkan pikiran.
Sekali waktu masih teringat pada serangkai kata-kata cinta yang tak pernah diucap serta permintaan maaf yang tak pernah diungkap, karena tak berhasil menjadikan pengalaman bersamanya sebagai kisah yang sempurna untuk dikenang.
Tentu saja aku tak akan penah hadir lagi dalam kehidupannya dan dia suatu saat akan hilang dari pikiran maupun perasaanku, sebagaimana yang kita inginkan. Aku menginginkannya berbahagia, seperti diriku sendiri ingin berbahagia, sebagaimana yang kita inginkan. Hanya waktu yang berjalan belum mengizinkanku untuk lupa, bahwa lupa seringkali menjadi sebuah kemewahan bagi seorang yang mengenal cinta.
Sekali waktu masih teringat pada serangkai kata-kata cinta yang tak pernah diucap serta permintaan maaf yang tak pernah diungkap, karena tak berhasil menjadikan pengalaman bersamanya sebagai kisah yang sempurna untuk dikenang.
Tentu saja aku tak akan penah hadir lagi dalam kehidupannya dan dia suatu saat akan hilang dari pikiran maupun perasaanku, sebagaimana yang kita inginkan. Aku menginginkannya berbahagia, seperti diriku sendiri ingin berbahagia, sebagaimana yang kita inginkan. Hanya waktu yang berjalan belum mengizinkanku untuk lupa, bahwa lupa seringkali menjadi sebuah kemewahan bagi seorang yang mengenal cinta.
Memang ada sebagian orang yang
menyimpan kenangan, sepertiku, ketika sebagian besar melupakan. Sadar atau
tidak sadar aku masih menyimpan berangkai bayangan wajah dan ekspresinya di
benakku, terkadang gambar itu mengabur, terkadang menguat lagi. Sebagian kenangan
itu tersimpan juga dalam lagu-lagu.
Sewaktu-waktu lagu itu menjadi sebuah
mesin waktu, yang bisa membawa ke masa lalu, menerobos batas-batas ruang
kekinian menuju suatu tempat dan masa dimana hal-hal indah terjadi.
Ada kisah tak sempurna dari
Samson, bukan tipikal musik yang ku sukai, meski lagunya kita dengarkan. Hadir
kembali peristiwa dimana kita melalui pertengkaran-pertengkaran kecil, setiap
beberapa hari setelah kita menutup kisah, mendengarkan lagu ini, selalu saja
salah satu dari kita akan datang mencari kepingan-kepingan yang hilang, lalu
kita akan saling melengkapi kembali.
Lebih jauh lagi, ada sebenarnya
cinta dari Letto, di waktu dia sangat suka mendengarkannya, pernah kubuatkan
sebuah cerita tentang lagu itu yang berusaha menterjemahkan bagaimana cinta
yang sebenarnya. Disaat kita bermanja-manja oleh rasa, pernah hadir
kekhawatiran bahwa mungkin cinta yang kita rasakan bukan cinta yang sebenarnya.
Lebih lama lagi, ada lagu
gemintang dari andin, di sebuah ruang dimana cinta kita bersemi, ketika kita
melepas perasaan rindu dalam nuansa, kita yang merasa cinta bisa abadi untuk menyatukan
asa. Kita berada dalam dekap hangat perasaan yang menepikan resah.
Lebih awal lagi, ada lagu pengiring
film Gie dan puisinya, kembali ke masa ketika kita mula-mula bertatap muka,
saling menemukan. Kita yang mencari jalan atas kegelisahan manusia, kita
yang tak berhenti berjuang dengan idealisme untuk mencari jawaban atas
permasalahan negeri. Kita yang begitu berbeda dalam semua, kecuali dalam cinta.
Terhempas oleh beban rasa yang
membuncah, akan kuarahkan mesin waktuku ke masa yang lebih lalu, ketika kita
tak saling mengenal. Atau lebih jauh lagi ke masa-masa ketika masih menjadi
anak kecil yang memandang dunia dengan warna ceria, yang berlari-lari menyambut
istirahat siang, berlari menyambut hujan, dan tidur lelap di awal malam demi
mengharapkan esok cepat datang, karena teman-teman akan telah menunggu di
halaman sekolahan.
Masa kini yang tak sesuai
harapan, masa depan yang penuh ketidakpastian, terkadang membuat kita
menjelejahi waktu, pergi ke masa lalu, yang tersaji dalam keping-keping
memori yang semakin kusam tertutupi debu usia dan pengalaman. Betapapun kusamnya bagian itu, bagian-bagian yang indah tetap akan indah hingga akhir zaman.
*you have my apologize to read such a gloomy story i rarely write these days..
turut berduka cita bang he...he...
ReplyDeletenikmati aj dulu patah hatinya, trus ntar move on lagi #sok bijak lo gie
makasih dek.. :)
ReplyDeleteiya, sok bijak nih..hehe
Tetep disertai dengan soundtrack lagu-lagu :p
ReplyDeleteAurel Hermansyah aja udah move on berkali-kali, ayo kak jangan mau kalah ;)
tapi.. tapi.. aurel itu siapa? tanya om google dulu.. :p
ReplyDeleteAh siaran infotainmentnya pasti gak sampe ke sana :p
ReplyDeleteitu loh si anak selebritas Indonesia, yang msh EsEmPe, yang udah ganti pacar berkali-kali *sumpah, aku terpengaruh gosip.
Tapi sisi positifnya, jangan mau kalah sama anak EsEmPe yak ;)
hehehe iya, udah tau sekarang. siip, thanks.. :)
ReplyDelete