Pagi ini mentari bersinar
lumayan terang untuk ukuran UK yang biasanya redup. Dengan riang dan semangat,
aku untuk menempuh perjalanan dari Leeds menuju Liverpool, tiga jam perjalanan
menggunakan kereta.
Pertandingan chelsea melawan
liverpool di stadion Anfield akan dilangsungkan jam 7 GMT malam nanti. Tetapi aku
sudah berangkat menuju liverpool sejak pagi, supaya bisa berjalan-jalan
keliling kota Liverpool sebelum menuju pertandingan.
papan penunjuk arah |
Dekat dari stasiun ada Walker
Art Gallery, Central Library dan World Museum. Sebagai seorang yang sok nyeni,
Walker Art Gallery tujuan pertamaku. Lazimnya negara maju, selain sejarah yang dikenal,
seni juga menjadi salah satu bidang yang begitu dihargai, sehingga di setiap
kota selalu tersapat musium atau galeri seni. Di dalam Walker Art Gallery bisa
dijumpai koleksi-koleksi bagus bagus lukisan, patung, foto dsb. Sayang di
dalamnya pengunjung dilarang menggunakan kamera.
Perseteruan Merah Biru di Liverpool |
Tujuan berikutnya adalah perpustakaan
kota. Di dalamnya terdapat berbagai buku (pastinya), video, dan.. tempat anak
bermain. Perpustakaan sedang sepi di hari ini, hanya terlihat seorang kakek
kesepian, yang lantas mengajakku ngobrol. Dia becerita bahwa telah lama
berpisah dengan istrinya yang sekarang di negeri cina. Dia becerita bahwa waktu
kecul dia sering menjadi anak-anak yang mengiringi pemain bola memasuki stadion
sebelum petandingan dimulai. Masa-masa kecil yang indah, katanya. Akhirnya dia
aku berpamitan kepada si bapak tua dan nostalgianya.
Bapak Tua di Library |
Selanjutnya, kulangkahkan
kaki menuju Liverpool World Museum yang cukup terkenal. Di dalamya terpajang berbagai
koleksi dari berbagai peradaban di seluruh dunia, mesir, yunani, romawi, anglo
saxon, dari jaman pra sejarah sampai peradaban modern. Sebutlah itu fossil, patung
bata Moai Hava, batu bertulis, mummy, hieroglaf, sampai tak ketinggalan koleksi
dari indonesia pun hadir: shadow puppet alias wayang kulit. Sangat menarik
melihat satu-persatu koleksi dan membaca keterangan yang diberikan di bawahnya.
Supremasi Wayang dari Indonesia di Liverpool |
Hal-hal menyangkut seni,
buku, peradaban, adalah hal-hal yang selalu menarik bagiku, namun tak bisa
berlama-lama, karena Si indra, seorang teman yang menyusul dari Leeds sudah tiba
di stasiun untuk ikut menonton pertandingan bola.
Tiket pertandingan Chelsea vs
Liverpool harganya 48 Poundsterling, hampir setara dengan 700 ribu rupiah. Biasanya
pertandingan ini termasuk ditunggu, tiketnya akan sold out jauh sebelum
pertandingan. Untungnya tiga hari sebelumnya Chelsea baru saja mengalahkan
liverpool pada piala FA di Wembley, sehingga pertandingan liga inggris di akhir
musim ini tidak terlalu istimewa, sehingga member club tingkat rendahan
sepertiku masih bisa mendapat dua tiket di bangku away, tempatnya pendukung Chelsea.
Tak terbayangkan jika harus nonton di bangku suporter Liverpool, berteriak Cmon
Chelsea saat yang lain berteriak Liverpool?
Markas Liverpool bisa
ditempuh sekitar 20 menit menggunakan bus dari pusat kota Liverpool. Karena
berdekatan dengan Goodison Park markasnya Everton, maka kami memutuskan untuk
turun di stadion Goodison Park dan berjalan kaki menuju Anfield. Goodison Park sore
ini sepi, tak ada aktivitas. Cukuplah berpose di bawah lambang everton, nil
satis nisi optimum, “Nothing but the best is good enough.”
the Blues from Liverpool |
Arus lalu lintas kedatangan
berbagai kendaraan mulai memadat ke arah Anfield. Stadion dengan kapasitas 45
ribu penonton itu mulai kelihatan, dari jauh terlihat sudah tua dan kurang
terawat, konon dibangun sejak 1884. Mendekati stadion itu, sontak aku teringat
beberapa teman SMA yang pendukung fanatik Liverpool, ingin mengajak mereka
datang dan menunaikan perjalanan suci menuju stadion kebanggaan mereka ini, sambil
sedikit menjelek-jelekkan tentunya.
Di depan stadion terdapat Liverpool
FC Club Store yang menjual berbagai merchandise club, banyak fans terlihat
antusias belanja jersey dsb. Aku yang mengenakan jersey chelsea dalam jaket harus
tak menunjukkan antusiasme berlebihan.
Stadion Anfield |
Di sekitar stadion terdapat
berbagai jajanan dan berbagai merchandise pertandingan, sambil membeli sebuah
syal, kita menunggu pintu penonton dibuka untuk bisa masuk. Kebetulan
berpapasan dengan dua orang Indonesia, pengusaha yang baru saja datang dari Jakarta,
mereka beruntung bisa membeli tiket sesaat sebelum pertandingan dimulai.
Pose Pipis di Lambang Liverpool |
Stadion masih sepi ketika
kita masuk, sehingga memungkinkan untuk berfoto kesana-kemari. Perlahan satu
persatu kursi mulai terisi, kita duduk di Anfield Road Lowe, jajaran away
supporter.
Tak berapa lama pemain-pemain mulai melakukan pemanasan. Namun beberapa pemain kunci di Chelsea tidak kelihatan melakukan pemanasan, menimbulkan semacam firasat buruk.
Tak berapa lama pemain-pemain mulai melakukan pemanasan. Namun beberapa pemain kunci di Chelsea tidak kelihatan melakukan pemanasan, menimbulkan semacam firasat buruk.
Tak berapa lama, setelah
pemanasan, peluit mulai pertandinganpun berbunyi. Kursi tempat duduk kita tak
berfungsi karena kita semua berdiri menyaksikan pertandingan, sambil bernyanyi-nyanyi
dan meneriakkan yel-yel mendukung Chelsea. Sesekali yelnya menjelekkan pemain
liverpool, pelatih dan penontonnya sekalian. Tangan mengacung berteriak-teriak.
Sesekali terdengar umpatan kotor dari kiri kanan.
Menanyikan Lagu Liverpool Raya |
Sebegitu besar dukungan yang kita
fans Chelsea berikan, namun ternyata tidak demikian dengan pertandingan yang
sedang berlangsung. Chelsea banyak menyimpan pemain utamanya, Ashley Cole,
Lampard, Matta, Drogba dan Petr Cech tidak dimainkan. sepertinya pelatih Di
Mateo mencadangkan pemain-pemain ini untuk mempersiapkan pertandingan final
liga champion. Padahal finalnya masih cukup lama, yaitu tanggal 19 Mei 2012.
Fans yang Berdiri dan Bernyanyi Sepanjang Laga |
Hasilnya, pada babak pertama
Chelsea sudah ketinggal tiga gol, dari tendangan Suarez yang menyebabkan gol
bunuh diri Essien, Henderson,
dan Agger. Masih untung penalti dari Downing berhasil digagalkan. Turun minum
ini, saat orag-orang pergi membeli minuman aku hanya terduduk lesu di kursi
penonton.
Chelsea vs Liverpool |
Babak kedua akhirnya Chelsea
berhasil mendapat satu gol dari Ramires, dan Liverpool berhasil mendapat satu
gol lagi dari Jonjo Shelvey. Berakhirlah pertandingan ini dengan skor 4 – 1,
Chelsea kalah besar. Padahal selama musim ini Liverpool cuma menang 6 kali di
kandangnya, dan sekarang ini Chelsea harus disingkirkan dari peringkat empat
liga Inggris, sehingga tidak bisa mengikuti Liga Champion tahun depan kecuali memenangkan
Liga Champion tersebut tahun ini melawan Bayern Munchen. Pekerjaan sulait bagi
Roberto Dimateo yang baru enam minggu melatih Chelsea setelah pemecatan Andre
Villas Boas.
Kecewa rasa hati ini, kami
yang sudah jauh-jauh datang dari Indonesia demi menyaksikan Chelsea yang
digdaya. Harapan itu harus sirna dengan menyakitkan di Anfield, dengan
kekalahan telak, tanpa perlawanan berarti, tanpa pemain inti.
Selesai pertandingan,
beberapa pemain Chelsea datang ke depan kami, seolah mengucapkan maaf tidak
bisa membuat fans senang. Kemudian pemain-pemain liverpool beserta anak
istrinya berkeliling memutari lapangan bola melakukan Lap of Honour, sambil
melambai-lambaikan tangan pada para fansnya, sambil stadion memutar lagu you'll
never walk alone. YNWA: You'll never win again Suuu, sungutku dalam hati.
Hari sudah pukul 10 malam, akhirnya
kami keluar stadion dengan langkah-langkah lesu. Berfoto pun sudah tidak
berminat lagi. Dalam hati mencemooh pelatih yang tidak menurunkan Mata, Lampard
dan Drogba untuk pertandingan melawan tim sekaliber Liverpool. Pastilah Pak
Pelatih tak tau bahwa kami ini jauh-jauh datang dari Indonesia untuk
mengharapkan menyaksikan kemenangan.
Sulit untuk Berekspresi Ceria Setelah Pertandingan |
Kami pun kembali ke pusat
kota dengan bus yang penuh sesak setelah antrian yang begitu panjang. Sambil
jalan, beberapa orang mabuk mengejek kami yang mengenakan syal Chelsea "Look!!
They are chelsea fans!" kata mereka sambil tertawa terbahak tidak jelas. Dalam
hati kubuat catatan “Kalo ente suatu saat lewat depan rumah ane, bakal ane
timpuk pake sendal.” Namun, kami berusaha cuek dan melanjutkan jalan ke stasiun
untuk mendapatkan kereta menuju Leeds.
Kereta malam ini adalah
kereta jam terakhir menuju Leeds, bangku-bangkunya banyak yang kosong.
Sebentar-sebentar kereta berhenti untuk mengecek penumpang di stasiun-stasiun yang
dilewati. Kekalahan barusan masih selalu terbayang, sehingga aku bermuram durja
spanjang perjalanan pulang.
Wajah Duka Lara |
Aku terlalu mencintai
Chelsea. Memang ada kecenderungan dalam diriku bahwa jika menemukan kesukaan
pada sesuatu akan menyukai secara berlebihan, dan itu tidak baik. Lebih baik
menjadi pendukung yang biasa-biasa saja, pecinta yang biasa-biasa saja,
sehingga tidak punya harapan berlebihan dan tidak merasakan sakitnya perasaan
akibat kekalahan, akibat harapan yang berhakhir. Sudahlah..
Dalam kesempatan lain kita akan menang, dalam kesempatan lain aku akan jaya. Bendera biru akan selalu berkibar tinggi di langit. Dalam hati, masih tetap kunyanyikan: “Flying high up in the sky, well keep the blue flag flying high..”
Leeds, UK. catatan dan foto 8 Mei 2012