Florence alias
Firenze alias Florentia alias Fiorenza adalah kota impian tujuanku sejak dulu.
Kota ini merupakan salah satu pusat peradaban Italia dan dunia pada abad 14-16
tempat bermulanya Renaissance di Italia. Keharmonisan seni dan ilmu pengetahuan
membuat profesi seniman, pelukis, pematung, penyair, arsitek, ilmuwan,
engineer, philosopher bisa berada dalam satu kesatuan yang saling berinteraksi
membentuk peradaban kota ini.
Jalur sutra untuk menelusuri florence terbentang di peta yang kuperoleh dari petugas informasi, sehingga sejak pagi kulangkahkan kaki dari penginapan dengan riang gembira. Petualangan dimulai dengan melewati jalur via Del Ariento, menuju katedral Borgo San Lorenzo.
pasar tradisional |
Pada
jalan sempit yang diapit bangunan-bangunan tua ini berjajar aneka dagangan barang-barang,
tas, pakaian, sepatu, ikat pinggang, replika karya seni terkenal, pernak-pernik,
topeng venesia dan aneka barang lainnya. Semua harganya mahal jika dikonversi
ke rupiah, sehingga seorang backpacker sepertiku hanya bisa melewat sambil
pura-pura cuek menanggapi para penjual yang provokatif.
aneka topeng |
Ini
hari jumat, saat membeli sebuah kaos Florence University dari salah seorang
penjual, ternyata dia berasal dari pakistan dan seorang muslim. Maka kutanyakan
letak masjid untuk sholat jumat, tidak ada yang dekat, sepertinya ini akan
menjadi hari pertamaku untuk melalaikan sholat jumat, karena sepertinya tidak
mungkin melaksanakan sholat jumat di salah satu katedral. Penjual itu bertanya,
“Apa kau puasa? Sekarang sudah Ramadhan..” aku agak kaget, tadi pagi sudah
terlanjur sarapan dan sepertinya di Indonesia ramadhan baru mulai besok..
Deretan penjual dan dagangannya itu akhirnya membawaku ke ujung jalan dimana terletak Basilika di San Lorenzo, Katedral yang pertama kali berdiri di Florence, sejak tahun 393. Arsitekturnya memang sudah sangat oldies, dengan suasana yang nyaman. Aku masuk berkeliling sejenak di selasarnya, melihat harga tiket masuk, lalu segera keluar lagi, seperti biasannya backpacker.
Deretan penjual dan dagangannya itu akhirnya membawaku ke ujung jalan dimana terletak Basilika di San Lorenzo, Katedral yang pertama kali berdiri di Florence, sejak tahun 393. Arsitekturnya memang sudah sangat oldies, dengan suasana yang nyaman. Aku masuk berkeliling sejenak di selasarnya, melihat harga tiket masuk, lalu segera keluar lagi, seperti biasannya backpacker.
Katedral San Lorenzo |
Di
depan katedral ada sekelompok turis sedang menyimak penjelasan dari seorang
Tour Guide, maka aku pun turut serta nimbrung, sambil berteriak “izin nyimak
Gan!” dalam hati. Katanya artis pematung terkenal Donatello, yang sekarang
namanya lebih dikenal anak muda sebagai factory outlet House of Donatello yang
terkenal dengan aneka produk sepatu dan tasnya, pernah mengerjakan beberapa
proyek patung, pintu dan mimbar di katedral ini, dan pada akhirnya dia pun
dimakamkan di Katedral ini. Hmm, untunglah aku tidak sedang memakai sepatu
dengan merek dirinya, jika mendiang melihatnya mungkin akan mendelik dan marah
padaku..
Meninggalkan sekumpulan turis dan sorang Guide itu, selanjutnya kulangkahkan kaki ke arah selatan yang jika terus ditelusuri bisa sampai ke Gunung Kidul, setelahnya lagi Laut Kidul. Cuma beberapa hela nafas saja sampailah di salah satu pusat keramaian, yaitu Katedral Santa Maria del Fiore (the duomo), entahlah apa hubungannya dengan Del Piero. Yang jelas bangunan ini terlihat sangat oldies sekali, konon berdiri sekitar tahun 1296. Katedral terbesar ke-empat di seluruh Eropa. Sebuah bangunan yang merupakan saksi sejarah pencapaian manusia, perkembangan seni, arsitek dan teknik sipil yang luar biasa, tak heran bangunan ini menjadi salah satu Unesco World Heritage.
Meninggalkan sekumpulan turis dan sorang Guide itu, selanjutnya kulangkahkan kaki ke arah selatan yang jika terus ditelusuri bisa sampai ke Gunung Kidul, setelahnya lagi Laut Kidul. Cuma beberapa hela nafas saja sampailah di salah satu pusat keramaian, yaitu Katedral Santa Maria del Fiore (the duomo), entahlah apa hubungannya dengan Del Piero. Yang jelas bangunan ini terlihat sangat oldies sekali, konon berdiri sekitar tahun 1296. Katedral terbesar ke-empat di seluruh Eropa. Sebuah bangunan yang merupakan saksi sejarah pencapaian manusia, perkembangan seni, arsitek dan teknik sipil yang luar biasa, tak heran bangunan ini menjadi salah satu Unesco World Heritage.
the Duomo |
Aku
melihat ke papan pengumuman, mendapati harga tiket dan antriannya yang begitu
mengular, segera mengurungkan diri untuk memasukinya, standar backpacker.
Kabarnya di dalam ada anak tangga menuju puncak untuk melihat pemandangan kota
florence dari atas katedral. Terdapat aneka ria karya Micheangelo dan
Donatello. Kabarnya kubahnya dihias dengan lukisan pengadilan terakhir (the
last judgment), pasti seru sekali lukisan itu. Namun demikian, otak segera
membuat justifikasi teknis, mungkin nanti bisa browsing saja untuk melihat interiornya
di youtube.
Antrian di depan pintu Katedral |
Untuk
menghargai karya peradaban manusia ini, segera kubuat sebagai karya foto dengan
judul Tama was here.
Tama the Explorer |
Udara
pagi yang menjelang siang mulai terasa hot hot hot, membuatku kehausan, dan
teringat sebuah pesan dari seorang pekerja STA travel di depan Leeds University,
tempatku membeli tiket Eropa. Katanya “Jika ke Florence, jangan lupa mencicipi
es krim nya, maknyes!” Maka segera ku serbu kedai eskrim di sebelah katedral,
memilih rasa dan melahapnya dengan nikmat, rasa mantap!
Kedai es krim, es krim dan peta |
Selanjutnya
kulangkahkan lagi kaki ke arah selatan, melewati jalan Via del proconsolo,
Museo Nationale Del Bargello, Via Dei Leoni, belok kanan menyusuri via del
Gondi, mengikuti arah orang-orang yang berduyun-duyun, karena kerumunan itu
pstilah menjadi tanda ada objek wisata istimewa, ternyata aku sampai di Palazza
Vecchio (Old Palace).
Tempat ini memiliki peran penting di kota florence pada masa dulu, semacam kantor walikota dan kantor DPRnya, banyak peristiwa bersejarah terjadi di tempat ini. Gedungnya semula adalah rumah keluarga Medici, keluarga penguasa kota yang juga memiliki minat besar pada karya seni. Gedungnya seperti sebuah Hall besar, yang memiliki sejumlah karya seni yang tak terhitung banyaknya mulai dari lukisan dinding (fresco), peta dunia dari abad 16, patung air mancur tertua, dsb. Sedangkan di halamannya bertebaran aneka patung karya seniman Florence, patung termasuk patung David dari Micheangelo, patung hercules dan aneka patung terkenal dan aneh lainnya. Aku hanya berjalan disela-selanya menatapi patung-patung aneh dan orang-orang yang berdiri mengagumi patung-patung itu. Suasana teras ini begitu ramai dan orang-orang begitu ceria.
Tempat ini memiliki peran penting di kota florence pada masa dulu, semacam kantor walikota dan kantor DPRnya, banyak peristiwa bersejarah terjadi di tempat ini. Gedungnya semula adalah rumah keluarga Medici, keluarga penguasa kota yang juga memiliki minat besar pada karya seni. Gedungnya seperti sebuah Hall besar, yang memiliki sejumlah karya seni yang tak terhitung banyaknya mulai dari lukisan dinding (fresco), peta dunia dari abad 16, patung air mancur tertua, dsb. Sedangkan di halamannya bertebaran aneka patung karya seniman Florence, patung termasuk patung David dari Micheangelo, patung hercules dan aneka patung terkenal dan aneh lainnya. Aku hanya berjalan disela-selanya menatapi patung-patung aneh dan orang-orang yang berdiri mengagumi patung-patung itu. Suasana teras ini begitu ramai dan orang-orang begitu ceria.
Palaza Vecchio |
Dalam
benakku terbayang jaman dahulu kala Leonardi Da Vinci, Micheangelo, Donatello,
Galileo, Augustine dsb, tokoh-tokoh besar seni, agama, dan ilmu pengetahuan,
para maestro pada periode waktunya menghabiskan sebagian waktunya
berjalan-jalan di kota ini, mempelajari seni, mempelajari ilmu pengetahuan dan
agama. Mereka pasti pernah pada suatu ketika mengunjungi Palazza Vecchio ini,
mungkin beberapa bertemu dan bertukar pikiran, berbagi pengetahuan, serta
saling bersaing menghasilkan masterpiece. Lady Lisa istri bangsawan dari
Florence yang jadi model dari Monalisa karya Da Vinci juga tentunya sering datang
ke sini dan mungkin pernah melihat pada patung David yang sedang telanjang itu,
bersama senyum uniknya.
Aneka patung yang aneh |
Kabarnya patung ini dibuat oleh Micheangelo sebelum berumur 30 tahun,
terbuat dari bahan Marble. Patung yang menghadap ke arah Roma, sebagai simbol
keinginan bebas warga sipil dari kekuasaan Roma. Salah satu analisis
menginterpretasi bahwa patung ini mengungkapan kebulatan tekad David (Daud)
untuk menghadapi Goliath, mengekspresikan keadaan sebelum perang dilangsungkan
dengan tensi meninggi dengan membawa ketapel sehingga wajahnya lurus tidak
mendongak pada Goliath yang raksasa. Kenapa patung itu bugil, entahlah,
sepertinya segala sesuatu harus dibuat bugil pada masa itu. Sekarang patung aslinya
ditempatkan di Accademia Gallery, sedangkan yang ditempatkan di sini adalah
replikanya. Apa
boleh buat, untuk keperluan narsis, aku terpaksa berdiri di bawah patung
tersebut.
Selain
itu ada patung hercules, dengan beberapa sosok yang mengelilinginya, yang
ekspresinya aneh-aneh, salah satu patung seakan berekspresi marah karena
dihinggapi burung, dan kebetulan burung itu membuang kotoran di atas kepalanya.
Patung itu ingin berontak, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak bisa
bergerak. Ya sudah, dengan sedikit empati, aku puk puk patung tersebut..
Patung David |
aku rapopo |
Melanjutkan
perjalanan melewati halaman Galeri Uffizi yang penuh dengan antrian untuk masuk,
sambil kunikmati nada dan ekspresi seorang musisi gitar klasik yang asyik duduk
seorang diri membawakan lagu-lagu jazzy. Sungguh suasana yang luar biasa padu
padan. Aku berjalan lagi dan mendapati beberapa pelukis jalanan yang sedang konsentrasi
melukis.
Pelukis yang menikmati pekerjaannya |
Mereka
memang sedang melukis, tetapi bagiku, merekalah lukisan yang sebenarnya, yang mempersembahkan
integritas, harmonisasi antara perasaan, perkataan, perbuatan dalam pekerjaan.
Orang yang mengerjakan sebuah seni yang mereka kuasai untuk memberi mereka
kehidupan. Hal-hal seperti ini, selalu menarik minatku, melihatnya menerbitkan
rasa senang.
wanita yang pandai melukis itu sexy |
Di
dekatnya, terdapat patung Galileo Galilei ahli astronomi, fisika dan berbagai
ilmu lainnya yang seolah sedang berdiskusi dengan Pier Antonio Micheli si ahli
botani. Galileo adalah anak dari seorang seniman Florence yang dibesarkan di
Pisa, dihukum gereja karena mendukung teori Copernicus bahwa mataharilah,
bukannya bumi yang merupakan pusat tata surya. Sayang patung itu agak tinggi dan
menempel di dinding, sehingga tidak bisa diajak berfoto.
Diskusi ilmiah duo maestro |
Berjalan
terus ke selatan aku membentur dinding tepian sungai yang airnya tentang dan
berwarna kehijauan, sungai Arno. Beberapa perahu berjalan perlahan melalui
sungai, melewati jembatan tertua yang terkenal se Eropa raya, Ponte Vecchio.
Tepi sungai Arno |
Jembatan
ini dibangun sejak dulu kala pada masa kekuasan Romawi, dengan pondasi dari
bebatuan dan struktur atasnya dari kayu. Jembatan ini memiliki sejarah panjang,
sebagai tempat berjualan, bahkan kabarnya istilah bankcruptcy berasal dari
sini. Konon dari sini bisa melihat sunset yang indah di atas jembatan Santa
Trinita yang terletak di sebelahnya.
Mendapati
jembatan ini, aku teringat pernah membaca sebuah buku berjudul Vita Brevis,
buku itu adalah sebuah gugatan dari Floria, mantan pacar Augustinus. Aurelius
Augustinus (354-430) adalah seorang tokoh teologi, pemikir dan dianggap seorang
suci pada masa kekristenan awal. Alkisah, setelah menjalani kehidupan penuh
hedonisme dan retorika filsafat, Augustinus mendapatkan panggilan spiritual dan
membaktikan hidupnya untuk Tuhan, menarik diri dari kehidupan dunia dan meninggalkan
kekasihnya. Dia menulis kisah perjalanan hidupnya itu dalam sebuah buku referensi
agama dan karya sastra terkenal the
Confession. Floria, mantan kekasihnya itu membaca buku tersebut dan
tersinggung karena mendapati kesan bahwa hubungan mereka adalah sebuah
kesalahan dalam periode hidup Augustine.
Floria menggugat berbagai pandangan filosofis dan Teologis Augustinus serta menceritakan beberapa kisah asmara mereka, salah satunya adalah ketika berada di jembatan, di atas sungai Arno, Augustinus membelai rambut Floria, mengecupnya sambil membisikkan in Florentia Floria Flourite (di florence Floria berbunga-bunga). Pastilah perasaan Floria begitu bahagia saat itu, seperti juga Augustinus yang sedang mabuk perasaan cinta, tentunya didukung oleh suasana kota dan pemandangan sungai Arno yang indah, sebelum pemahaman agama memisahkan mereka.
Bayangan adegan itu mengisi benakku selama beberapa tahun, seperti apa jembatan di atas sungai Arno dan bagaimana bunga-bunga yang mekar menghiasi suasan kota Florence? pastilah begitu indah.
Akhirnya aku bisa berdiri di tengah jembatan itu, sejenak menikmati hela nafas diantara hiruk pikuk keramaian pengunjung yang asyik berfoto, bercengkrama atau menjelajah aneka toko perhiasan emas.
Floria menggugat berbagai pandangan filosofis dan Teologis Augustinus serta menceritakan beberapa kisah asmara mereka, salah satunya adalah ketika berada di jembatan, di atas sungai Arno, Augustinus membelai rambut Floria, mengecupnya sambil membisikkan in Florentia Floria Flourite (di florence Floria berbunga-bunga). Pastilah perasaan Floria begitu bahagia saat itu, seperti juga Augustinus yang sedang mabuk perasaan cinta, tentunya didukung oleh suasana kota dan pemandangan sungai Arno yang indah, sebelum pemahaman agama memisahkan mereka.
Bayangan adegan itu mengisi benakku selama beberapa tahun, seperti apa jembatan di atas sungai Arno dan bagaimana bunga-bunga yang mekar menghiasi suasan kota Florence? pastilah begitu indah.
Akhirnya aku bisa berdiri di tengah jembatan itu, sejenak menikmati hela nafas diantara hiruk pikuk keramaian pengunjung yang asyik berfoto, bercengkrama atau menjelajah aneka toko perhiasan emas.
Pemandangan dari tengah Ponte Vecchio |
Muncul
perasaan lega bahwa saat ini aku tidak sedang berbulan madu, jika ini bulan
madu, tentu sang wanita akan berdiri lama di depan salah satu toko itu dengan
wajah penuh harap, dan aku sebagai pria terpaksa masuk membeli salah satu kalung
emas itu, dan memasangkannya pada leher si wanita, si wanita tersenyum dengan
manis, dan aku berwajah kaku dengan cemberut, karena harga-harga perhiasan di
sini dua tiga kali harga normal perhiasan di pasaran..
Dari
Ponte Vecchio, kulanjutkan perjalanan melewati via de Guicciardini mencapai
Palazzo Pitti, bekas istana kepunyaan Luca Pitti yang sekarang telah menjadi
museum, mendapati sekelompok turis dengan guide yang berbaris masuk tanpa
membayar aku pun menyusup diantara barisan mereka ke dalam gedung.
bangunan standar di tepi jalan |
Di area ini
terdapat Museum berisi karya seni peninggalana keluarga Medici, Porcelein
Museum, Costum Gallery, Carriage Museum, serta Giradino di boboli (Boboli
Garden), taman yang cukup besar dengan koleksi aneka tetumbuhan, bunga dan
karya seni. Tetapi waktu sudah melewati tengah hari, aku tak bisa melanjutkan
menjelajah lebih lama karena harus segera mengejar kereta menuju Venice.
standar kafe di pinggir jalan |
Apa
boleh buat, walaupun masih banyak objek wisata yang masih terisia untuk dikunjungi tetapi perjalanan harus segera diakhiri, sehingga aku kembali melangkahkan
menapaki jalan-jalan yang tadi kulalui, menuju hotel, mengambil barang dan
bersiap untuk petualangan berikutnya menjelajah Venice.