Jika pernah, tentu kau mengerti bagaimana rasanya,
jika belum, mungkin kau akan dengarkan ceritaku tentang bagaimana rasanya
bermimpi yang seperti itu.
Semua dimulai dengan kedatangannya yang seperti mimpi
pada suatu hari yang biasa, dia datang membawa bermacam godaan yang menarik
hati. Itu adalah wajah cantiknya yang merangkum kejelitaan, kekanakan,
keceriaan, keunyuan, juga idungnya yang seperti keturunan Uzbekistan, sorot
matanya yang berbinar kekanakan, senyum diantara bibir tipisnya yang menawan, alisnya
yang melengkung berbaris rapi, rambutnya dan sebagainya itu.
Dalam mimpi itu dia mempersembahkan suaranya yang
mengandung kebawelan yang manis, dia mempersembahkan tawanya yang tercantik, sambil
menceritakan segala sesuatu yang remeh, yang jarang ada dalam dunia nyataku. Selain
dengan pesona dan gaya bahasanya yang khas dan selalu bermanja-manja itu, dia
juga memiliki kemampuan yang mengagumkan untuk menceritakan padaku
detail-detail yang tak biasanya kuingat.
Ternyata mimpi bisa begitu indah, bercampur baur
antara masa lalu, masa sekarang dan masa depan, yang semuanya hanya permainan
jalinan-jalinan system saraf. Kita
bermain dengan imajinasi, tentang pertemuan,
bermain dengan drama hidup dengan alur maju mundur, ada masa depan, bermain dengan anak yang akan
bernama Curcuma Cocolatos yang
cita-citanya mungkin ingin menjadi arsitek, dokter, atau bahkan ahli
nuklir.
Kehadirannya itu, dalam mimpi yang konsisten dari
waktu ke waktu telah membuat kestabilan perasaanku terguncang, terbuka
ruang-ruang yang baru yang sebelumnya tidak ada. Kehadirannya itu membawa semacam
candu, membangkitkan berbagai hormon, membangkitkan perasaan tenang damai dan
bahagia.
Dia menawarkan rasa sayang, saat mendapati kisahku
akan perasaan itu yang terkadang berakhir sendu. Dia menawarkan bahwa tak akan
membiarkan ku terluka karena cinta lagi. Bagaikan dibuai-buai nyanyian seorang
puteri, aku tersentuh, terjatuh sayang walaupun dia hanya berada di alam mimpi.
Entah yang dinyanyikannya lagu-lagu yang nyata atau yang khayal belaka.
Dalam pada itu dia memintaku untuk datang, menemuinya
dan menjemputnya, untuk mencoba membawanya keluar dari alam itu, menuju alam
nyata yang bisa dijalani berdua. Yang kuminta saat itu hanya waktu, waktu yang terbaik
untuk mengawali semuanya. Tetapi waktu itu tidak pernah datang.
Saat suatu hari terjadi sebuah pertemuan setelah dia
sampai di alam nyata, keadaan tidak lagi sama. Bahwa apapun yang telah terjadi
diantara aku dan dirinya adalah mimpi. Bahwa apa yang kami percakapkan selama
ini tak lebih daripada bunga tidur. Meskipun sempat terasa nyata dan terasa
indah, semua hanya mimpi yang tak sempurna yang akan terbenam di antara tumpukan
memori.