Alkisah, lagi-lagi semua dimulai dari mimpi. Pada suatu malam itu aku
bermimpi, lalu bangun pagi, lalu terus mandi, lalu tak lupa pula ku menggosok
gigi, lalu membersihkan tempat tidurku.
Selama beberapa waktu matahari sedang tidak ada di Leeds, meskipun
sebenarnya musim sedang memasuki panas, the great british summer. Rasanya sudah
lama mendekam di sebuah kamar kecil di flat kecil di kota kecil ini,
mengerjakan tugas-tugas, thesis dan semacamnya, sehingga sebuah liburan tampak
tak bisa terelakkan. Maka ku menghadap dosen pembimbing meminta izin. “I need a
holiday, somewhere in the summer, sir.” Kataku dengan gaya seolah bukan berasal
dari sebuah Negara berkembang yang berkecukupan panas. Dosen pembimbing maka
memberikan izin.
Dalam kurun waktu merencanakan perjalanan tersebut, timbul beberapa problema,
dengan siapakah berangkat ke Eropa? Ada sebuah fakta tragis untuk orang
seganteng diriku, bahwa pacar tidak punya. Sehingga tak ada teman wanita yang
bisa diajak melakukan simulasi bulan madu di Eropa. Teman banyak, namun ketika
ditanyakan kepada beberapa orang sesama Indonesia di Leeds, ternyata tak ada
kesesuain jadwal. Sementara pilihan terakhir, berpergian ke Eropa dengan
seorang Kiki the Explorer yang karena untuk alasan menghemat biaya transportasi
merencanakan untuk membawa sepeda atau seminimal-minimalnya rollerskate terasa
seperti bunuh diri. Maka sendirian saja sudah, kuputuskan berangkat sendirian,
atau tidak sama sekali.
Tujuan travelingku adalah Belanda, Perancis, Spanyol, dan Italia.
Sementara aplikasi visa harus dilakukan di Negara yang terlama dikunjungi,
sementara ada desas desus bahwa mengurus di kedutaan Belanda lebih mudah dan
cepat selesai, maka berbekal dua premis itu kuputuskan memperlama waktu
kunjungan di Belanda sebanyak empat malam sedang buat Negara lain sebanyak
maksimal tiga malam.
Maka ku menghadap ke kedutaan Belanda di Inggris Raya. Dengan waktu
dua minggu sebelum keberangkatan dan padatnya aplikasi visa pada musim liburan
ini, si Bapak orang Belanda berbadan gemuk dan besar itu meragukan visa akan
bisa selesai. “Let us just crossed our finger.” Katanya, ga ada rasa-rasa
bersalahnya bahwa bangsanya sudah menjajah Negara ku tercinta, untuk setidaknya
memberikan kelonggaran buat warga Indonesia. Sekedar perbandingan,
Negara-negara bekas jajahan Inggris tak membutuhkan visa untuk masuk dan
tinggal di Inggris.
Adapun syarat visa itu antara lain: Foto ganteng ukuran paspor yang
membuktikan tidak akan fakir rupa selama di Eropa, bukti booking tiket yang
membuktikan kemampuan mencari tiket termurah dari Jet 2, Easy jet atau Ryan Air
dengan tanggal pulang dan pergi, bank statement yang membuktikan bahwa pemilik
uang sudah berbulan-bulan mengirit belanja makan, booking hotel (itinerary)
yang menunjukkan tidak punya hobi menggelandang serta surat keterangan pelajar
dari universitas yang menunjukkan bahwa ybs hobi belajar. Adapun untuk syarat
itu semua yang berhubungan dengan pembiayaan, harus disertai bukti
pembelian/pemesan yang mencantumkan kartu kredit atau debit si calon traveler.
Setelah syarat-syarat itu semua terpenuhi dan menyilangkan jari selama
beberapa hari. Akhirnya passport yang sudah ditempeli stiker visa Schengen tiba
di alamat rumah, sebagai bonus diberikannya waktu kunjungan lebih lama, yaitu sebulan
dari dua minggu yang diajukan.
Ada sedikit permasalahan bahwa seorang mahasiswa yang studi oriented
sepertiku tak punya waktu buat mempersiapkan perjalanan, apakah itu itinerary
lokasi wisata mana saja yang akan dituju, tak punya waktu buat mencari hotel
strategis, bahkan tak rela mengeluarkan uang untuk membeli buku Lonely Planet
Europe. Bahkan sampai hari keberangkatan aku tak tau akan kemana, hanya
berbekal lokasi hotel yang telah dibooking dengan bantuan pihak Sta travel
dengan kriteria hotel termurah yang bisa dia dapatkan, serta sebuah Euro Rail
tiket untuk perjalanan darat berbagai kota di Eropa.
Setelah pagi-pagi packing seadanya, memasukkan berbagai pakaian
seperlunya ke dalam ransel ala backpacker. Sekitar jam 12 siang aku masih baru
saja menyebarkan lewat sosial media empat buah kuesioner online untuk thesis.
Straginya adalah, selama diriku jalan-jalan, orang lain akan menyelesaikan
pengumpulan data thesisku, jadi tak ada waktu yang terbuang bagi mahasiswa
studi oriented ini. Tinggallah aku tersenyum-senyum sendiri memikirkan betapa cemerlangnya
ideku. Lalu jam 1 siang membeli uang Euro sisa teman yang baru kembali dari
Eropa. Lalu jam 2 siang berangkat ke Bandara International Leeds Bradford. Lalu
jam 4 sore sudah berada di pesawat menuju Amsterdam.
Oh hei thesis, selamat tinggal. Oh hei Amsterdam, aku datang..