Aku
suka menggambar, sejak dulu kala, sejak kecil. Waktu SMP, nilai pelajaran
kesenian, terutama yang melibatkan seni rupa selalu tinggi, selalu lebih tinggi beberapa derajat dari seorang Firman (nama sebenarnya), sainganku untuk meraih
rangking satu, seorang yang sungguh jauh dari seni. Dulu pernah juga ikut semacam
lomba-lomba menggambar begitu (dan tak pernah menang :D ). Tapi, setidaknya
gambar-gambarku populer. Berbagai tawaran menggambar datang dari teman-teman
satu sekolahan.
Akhirnya
ku gambar buku-buku tulis mereka, untuk mengisi jam pelajaran yang membosankan,
dengan gambar-gambar apa saja. Dari buku-buku tulis, akhirnya gambar-gambar itu
merambah ke buku pelajaran, akhirnya ke buku Lembar Kerja Siswa (LKS). Sehingga
LKS matematika yang menanyakan soal-soal pelik pada zamannya itu diisi dengan
gambar kapal, mobil, dragon ball, doraemon dsb. Akhirnya ibu guru marah, dan pembuatnya lepas tangan..
gambar penutup buku cerita tentang teman-teman satu SMP |
Sewaktu
SMA kebiasan menggambar masih berlanjut, yaitu dengan mengambil penjurusan seni
rupa di kelas dua, seingatku pesertanya tak sampai lima orang. Betebaranlah
kami, pada jam pelajaran kesana kemari, mencorat-coret rupa apa saja seperti orang gila.
Lalu,
sejak kuliah di teknik sipil, yang sebenarnya aku ingin mengambil jurusan arsitektur, hobi menggambar dihentikan. Sehari-hari biasanya hanya menatap kagum anak-anak jurusan seni rupa yang bertebaran melukis di sudut-sudut kampus. Sejak bekerja juga tak menyentuh pensil, karena telah
tersedia teknologi untuk menggambar konstruksi gedung, jalan dsb secara praktis di komputer.
Lalu,
sejak patah hati, putus dengan pacar, akhirnya mulai menggambar lagi. Niatnya
untuk melepaskan perasaan secara perlahan-lahan, ke bentuk tulisan dan gambar.
Aku menulis banyak, juga menggambar banyak. Perasaan konsentrasi saat menggoreskan
pensil di kertas itu terasa menyenangkan, melatih kesabaran, menghaluskan
perasaan, membuatku melupakan kesedihan-kesedihan.
very pathetic, gambar mantan yang kubuat di atas meja rapat dengan uang seratus |
masih gambar mantan, di atas kertas A4 |
Suatu
waktu, saat sudah berhenti bekerja, kuputuskan untuk mengisi waktu senggang
dengan kembali menggambar, mencari guru melukis. Aku menemui salah seorang
tokoh pelukis lokal, kulihat lukisan-lukisannya yang sangat luar biasa yang akan
segera dipamerkan di gallery. Saat ku katakan padanya untuk minta diajarkan melukis, dia tidak bersedia, karena tidak pernah
menerima murid. Ya sudahlah, tapi dia juga memberi beberapa petuah seperti “practise
makes perfect” dan “an eraser is illegitimate for a painter”, pesan yang kedua
itu cukup filosofis.
Kutangkap
maknanya bahwa ketika salah menggores di sketsa atau lukisan, tak perlu
dihapus, karena kesalahan itu sendiri pada akhirnya akan memperkaya dan memberi
bentuk lukisan itu, membuatnya lebih bermakna dan special. Seperti juga kesalahan-kesalahan
kita dalam hidup, tak perlu dihapus, tak perlu dilupakan, tak perlu disesali, karena itu akan memperkaya jiwa kita membuat kita lebih arif menyingkapi tantangan-tantangan hidup lainnya. Luar
biasa, master Tobing.
Lalu, mengikuti pesannya, aku mulai berlatih
dengan menggambar beberapa teman dekat selain juga menjadikan diri sendiri sebagai objek dalam rangka mengejawantahkan perasaan narsis. Setelah lama berlatih, sepertinya tak
juga banyak perkembangan, ya sudahlah, toh aku menggambar cuma sebagai hobi dan
mengisi waktu senggang, bukan untuk menjadi sebenar-benar seniman.
Di bawah ini adalah gambar seorang teman juga, seorang wanita yang unik, kalau tidak dikatakan aneh. Digambar untuk memenuhi permintaannya, karena udah terlanjur mengiyakan. Ketika mendapat berita buruk bahwa nilai-nilai tidak ada yang A, terjangkit stress, perlu pelampiasan, akhirnya aku mulai menggambar ini.
Salah satu hasilnya seperti gambar di samping ini, adalah gambar buat hadiah ulang
tahun seorang teman sekelas di Jogja, yang waktu itu sudah bertunangan, dan sekarang
telah menikah. Seorang wanita yang cantik dan baik hati. Begitu saja, cerita berakhir, tamat.
Di bawah ini adalah gambar seorang teman juga, seorang wanita yang unik, kalau tidak dikatakan aneh. Digambar untuk memenuhi permintaannya, karena udah terlanjur mengiyakan. Ketika mendapat berita buruk bahwa nilai-nilai tidak ada yang A, terjangkit stress, perlu pelampiasan, akhirnya aku mulai menggambar ini.
Sekedar menyimpulkan,
sebenarnya aku tidak terlalu berbakat, karena begitu dilihat lagi, selalu masih
ada kekurangan-kekurangan di gambar-gambarku, tapi kegiatan ini cukup bermanfaat untuk mengusir
stress atau menenangkan diri. Ketika butuh menenangkan diri, selain dengan
beribadah dan sejenisnya, biasanya aku menggambar, atau menulis, atau membaca
buku, atau (dulu) bermain gitar, atau mencari satu dua teman untuk berbica satu dua hal, begitu saja..