(sore hari di tepi selat madura)
Masa Kerja Praktek
Satu bulan masa kerja praktek telah berlalu, teman-teman ada yang sudah menyelesaikan kerja prakteknya, ada yang sedang di proyek dan ada yang belum ke proyek sementara waktu libur untuk pelaksanaan KP tinggal satu bulan lagi. Seperti yang aku alami, belum berangkat ke Proyek, dan sedang menghadap dosen pembimbingnya.
”Lho, rekan Kp mu mana?” Tanyanya
”Oh, sekarang sedang di Surabaya pak, ada hal yang harus diurus disana, jadi dia berangkat duluan, asistensinya berharap bisa diwakili.”
”Enak aja, ga bisa seperti itu, jadi kamu mau melangkahi saya sebagai pebimbing KP? Sudah tahu aturannya kan? Asistensi KP harus berdua? Jadi sekarang suruh temen kamu balik ke Bandung, baru kalian menghadap lagi!”
Itulah perintahnya, tanpa memperhitungkan waktu dan biaya yang dibutuhkan seorang manusia untuk bermobilisasi dari Surabaya ke Bandung dan dari Bandung ke Surabaya lagi. Tanpa memperhitungkan faktor X alias dipalak preman terminal atau penjahat stasiun karena bolak balik Surabaya-Bandung.
Akhirnya setelah berusaha extra keras disertai degradasi mental akibat batas waktu KP yang tinggal sebentar lagi, kami berhasil mendapat restu untuk segera berangkat ke proyek. Kami pun berangkat ke Surabaya.
JEMBATAN SURAMADU
MINGGU I
Hari pertama, (Rabu) 21 juli 2004
Apabila dilihat dari suku bangsanya, yaitu jawa, maka penduduk surabaya bisa dikatakan sebagai jawa bagian edun. Penduduknya terbiasa mengucapkan perkataan seperti Dancok seperti mengucapkan kata halo. Bahasa jawanya bisa dibilang kasar. Surabaya adalah kota metropolitan, kedua terbesar di Indonesia setelah kota Jakarta. Mungkin posisinya yang di pinggir laut menjadikan Surabaya sebagai pelabuhan besar, membuatnya menjadi kota maju seperti ini.
Jembatan Suramada dikerjakan oleh beberapa Kontraktor Nasional dengan pembiayaan APBN APBD dan Investasi dari Cina. Pembangunan jembatan untuk menghubungkan pulau Jawa dengan Madura ini dimaksudkan mempercepat pertumbuhan ekonomi di pesisir selat Madura dan di pulau Madura.
Kami berdua pergi ke daerah Kedung Cowek, Tambak Wedi, Proyek Pembangunan Jembatan Suramadu. Diantar oleh seorang supir ajudan Purnawirawan Abri, yang selama perjalanan sangat memprofokasi untuk mengunjungi sebuah Gang dengan nama Dolly.
Akhirnya tiba di lokasi proyek. Matahari terasa sangat panas menyengat, debu berterbangan membawa bau lumpur keudara. Kami tinggal di sebuah desa kecil di pinggir pantai Kenjeran.
Kami ditempatkan di Jembatan Suramadu sisi Surabaya. Hari pertama inisiasi KP diisi dengan mengamati pekerjaan hammer test, bersama Rekan Arif dan Erwan yang telah dua minggu menjalani KP. Oleh merekalah, kita diperkenalkan dengan seorang pemuda dengan gelar Jawa Metal. Fredy namanya. Seorang angkatan tua yang berjiwa sangat muda. Memiliki sopan santun kejawaan yang mulai memudar.
Pernah terjadi suatu dialog:
Yows ”Asu e, panas tenan.”
Fredy: ”Hussh! Ngga boleh ngomong asu, kasar, mending ngomongnya Asem!”
Dan jadilah Asem sebagai kosa kata sehari-hari, saat kepanasan bilang asem, saat makan kepedasan bilang asem, saat minum teh pahit bilang asem....
Kamis, 22 juli 04
Kegiatan resmi KP, setelah formalitas melihat proyek pemasangan pelat dan diafragma selama beberapa menit (Benar-benar beberapa menit), selanjutnya acara dilanjutkan dengan duduk-duduk di bawah pohon di tepi pantai, tiduran di bebatuan tepi pantai, jalan-jalan menelusuri pantai, memergoki orang pacaran berbasah-basahan sambil menirukan adegan titanic, melewati perkampungan nelayan, diakhiri dengan makan lontong kupang, es degan, sate kerang dll. KP selama satu hari terasa sangat menyenangkan.
Jumat, 23 Juli 04
Di proyek, mempersiapkan kursi buat tamu dari mentri kimpraswil, diakhiri dengan makan-makan brutal.
Sabtu, 24 Juli 04
Di jalan-jalan menuju lokasi proyek, banyak bertebaran penjual semangka yang murah-murah, tanpa bisa ditahan akhirnya diadakan Pesta Semangka di Mess PU, selanjutnya jalan-jalan ke Tunjungan Plaza.
Minggu, 25 Juli 04
Bersantai ria di Mess, sambil menyusun rencana buat ke Madura mencari souvenir celurit, atau memancing di tepi pantai, atau beli kepiting untuk direbus sendiri. Tak ada realisasi yang mengikuti rencana.
Senin, 26 Juli 04
Ke proyek, pencarian data ke konsultan MK. Berhubung Kepala Konsultan adalah Mr. Bambang, alumnus Sipil ITB maka data dan pencerahan dengan lancar didapatkan.
Selasa, 27 Juli 04
Ke Proyek, tinggal di kosan baru bersama Fredy si Jawa Metal. Kosan baru ini sangatlah murah, hanya 250rb perbulan satu kamar ditempati oleh empat orang. Ibu kos adalah seorang Jawa Madura yang ramah. Semantara anak ibu Kos memiliki keramah tamahan juga dengan cara yang berbeda. Setiap bertemu selalu menawarkan jasa penyediaan Daun surga dengan harga setengah biasa. ”Barangnya dari madura, harga setengah dari yang biasa, sayang sekarang lagi habis.” Padahal dalam hati kami, ”Untung barangnya habis.”
MINGGU II
Rabu, 28 Juli 04
Nasib tinggal disebuah desa yang masih terpencil, tidak ada tempat foto copy. Ketika mendapat data yang harus di foto kopi, mencari mesin foto copy dan rental komputer sangatlah sulit. Tidak ada angkot yang beroperasi, sehingga kita harus jalan sekitar 5km, tetap tak bisa ditemukan, akhirnya kita naek LEN (angkot) yang sudah mulai ada, ke Kota. Akhirnya sampailah di sekitar Universitas Airlangga, yang kawasan sekitarnya memiliki fasilitas lengkap.
Sebagai pendatang baru yang masih seumur anak jagung, akhirnya kita mengalami peristiwa standar anak jagung, tesesat. Tidak tau jalan pulang. Setelah sekian menit terjebak dalam dilematika bertanya atau tidak, kalau bertanya jangan sama tukang becak atau preman setempat, akhirnya kita memberanikan diri bertanya kepada seorang bapak tua yang terlihat konservatif.
”Pak kalo ke tambak Wedi, deket Kenjeran pake apa ya?”
”O, itu naik ini aja, Len N,” Katanya seraya menunjuk mobil yang baru lewat dengan logat Jawa Medok.
”Bukannya naek Len O ya Pak?” Sebab besar dugaan kami, bahwa yang harus dinaiki Len O.
”Eh, sampean ini dibilangin malah ngeyel, ini naek len N. Tuh lewat, berentiin sana.” Si Bapak emosi, langsut menyuruh kami menyetop mobil.
”Makasih pak.” Langsung pamit untuk menghindari hal2 yang tidak di inginkan. Berhubung masih ragu dengan keterangan si Bapak, akhirnya kami bertanya lagi, dan ternyata buat pulang memang harus memakai Len O.
Kamis, 29 juli 04
Makan brutal gratis diproyek, sukuran dan doa slamat buat proyek. Sore berangkat ke Keputih.
Jumat, 30 Juli 04
Di rumah Budenya Sahrial, entah kami berdua benar-benar aneh, atau budenya yang aneh, seperti kata band The Upstairs, ”apakah kami ada di Mars, atau mereka mengundang orang Mars” (ngga nyambung), Selalu terlontar ucapan dari sang Bude. ”Dasar dua orang anak aneh.....”
Sabtu, 31 Juli 04
Liburan, malam ke Tunjungan Plaza. Banyak wanita-wanita berpakaian seksi, cina, cantik. Sungguh indah di pandang, saat kami dekati terdegar percakapannya.. ” La piye to iki....bletak bletuk....” Toeng toeng, langsung ilfil...
Minggu, 1 Agust 04
Jalan-jalan, ke ITS.
Senin, 2 Agust 04
Melihat pemancangan pier 15 di proyek
Selasa, 3 Agust 04
Punya sedikit niat ke pontoon buat memantau test ultrasonic. Ada sebuah perahu yang biasa mengangkut pekerja ke tengah laut, saat ada perahu kita berjalan pelan-pelan, hingga akhirnya sampai di lokasi perahu, perahu sudah berangkat.
“Wah, kita ketinggalan perahu euy…” Berlagak menyesal. Alhasil cuma di tepi pantai, makan lontong kupang dan es degan.
Saat sedang asik makan dan minum, tiba-tiba datang segerombolan (benar-benar gerombolan) wanita (awalnya kita kira wanita).
Salah seorang bertanya,
“Mas, yang itu lagi ngerjain apa?” Ternyata suaranya memiliki nada Bass, dan selanjutnya teridentifikasi wanita jadi-jadian ini memiliki jakun, alias kecebong.
“ Oh, ini lagi ngerjain Jembatan Surabaya Madura.” Kata Sahrialsang partner KP.
“Oh, kalo mas namanya siapa?” Please dong ah! ternyata segerombolan pria kewanitaan tersebut berniat untuk kenalan, dengan produk memperluas jaringan operasinya.
Dhita, begitulah nama yang selanjutnya mengisi phone book sahrial…. Makhluk ini terkenal antipati menyimpan nomer HP laki-laki, ternyata sekarang dia menyimpan no HP peralihan laki-laki ke wanita. Saat pulang Dhita dan gerombolan selalu mengingatkan.
“Jangan lupa mampir kerumah ya Mas…”
MINGGU III
Rabu, 4 Agust 04
Pemancangan pier 16
Kamis, 5 Agust 04
Menghitung uji hammer test,
Jumat, 6 Agust 04 (jumat)
Mulai merasa bosan dengan rutinitas kehidupan di proyek
Sabtu, 7 Agust 04
Tambah bosan dengan rutinitas kehidupan di proyek
Minggu, 8 Agust 04
Hampir muak dengan rutinitas kehidupan di proyek
Senin, 9 Agust 04
PDA test, sudah jebur ke laut, tapi test dimaksud telah selesai.
Selasa, 10 agust 04
Pemancangan di Pontoon.
MINGGU IV
Rabu, 11 Agust 04
Mengamati pemasangan pipa galvanis, bowplank di pontoon.
Kamis, 12 Agust 04
Lokasi pesisir pantai, sangat strategis bagi muda-mudi yang sedang dirundung asmara. Tersebutlah seorang maestro di bidang kualitas bahan bangunan bernama Mbah Darmaji, Sang mbah memiliki fasilitas lengkap di kantor yang tepat menghadap ke bagian pantai, salah satu alat yang dimilikinya adalah teropong. Apa fungsi teropong dalam pekerjaan ini?? Tidak lain dan tidak bukan, adalah demi melihat ke tempat yang jauh disana dimana muda-mudi sedang bercumbu rayu.
Biasanya pasangan muda mudi mulai beroperasi setelah jam sekolah selesai. Mereka jalan-jalan di tepi pantai, melihat pemandangan berdua, sambil duduk di bebatuan. Setelah sekian menit berduaan, biasanya adegan akan semakin Syur ala film-film Hollywood.
Saat kami mendekati lokasi untuk melihat lebih dekat, biasanya kegiatan mereka berhenti. Sang cowok menatap gusar dengan wajah manyun sedangkan sang Cewek bertingkah malu-malu.
Jumat, 13 Agust 04
Setiap hari yang dijalani dengan sarapan – mandi – ke proyek – pulang sore – mandi – makan malam - tidur, semakin membosankan. Jiwa-jiwa muda yang membutuhkan petualangan dalam diri kami mulai mengambil alih. Dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, kita harus liburan. Ada beberapa alternatif yang telah kami susun, ke Madura, ke Bali atau ke Batu Malang. Madura terlalu dekat, tidak ada sanak saudara. Bali terlalu jauh, ada kakak sepupunya pacar teman, tapi liburan yang cuma sebentar sia-sia dengan perjalanan jauh dan biaya mahal, Batu Malang adalah kota yang tepat. Di Batu malang, ada seorang teman lama mantan anak sipil yang pindah karena terlalu fokus pada bridge sehingga mengabaikan kuliah. ”Kita bisa menghubunginya”, kami sepakat.
Maka sore itu juga dilakukan pencarian telp sang kawan melalui data base angkatan, segera ditelp, yang mengangkat ternyata bapaknya.
”Pak, hendarnya ada?”
”O, lagi keluar, dari siapa ini?”
”Ini dari teman lamanya di surabaya, kita mau ke malang, ke tempat Hendar, kira-kira kapan ya pak pulangnya?”
”Mungkin nanti malam dia pulang”
”Oo, kalau begitu kami berangkat sekarang ya pak..” Tanpa basi-basi.
Dan berangatlah kami ke Malang, tanpa alamat tujuan yang jelas, tanpa izin pemilik rumah yang jelas, dan tanpa sepengetahuan Hendar yang jelas.
TERMINAL
Terminal penuh dengan kehidupan yang keras. Layaknya seorang artis, kami langsung dikerumuni oleh fans. Semua berebut menarik-narik badan kami sekedar ingin bersetuhan kulit dan menarik-narik tas kami sekedar ingin souvenir. Mereka meneriakkan daerah asal mereka agar kami sudi mengunjunginya.
“Mas Semarang mas, Bali mas, Jogja mas!” berbagai daerah mereka sebutkan. Namun kesibukan kami yang padat mengakibatkan kami harus berkelit ketika menjawab permohonan mereka.
“Mas Semarang mas”
“ Ngga, kita ke Bali”
Orang berikutnya datang
“Mas, Bali Mas”
“Ora, arep neng Semarang ko”
Demikian seterusnya hingga kami berhasil mengatasi kerumunan massa penggemar, dan mendapatkan Bis yang layak untuk ke Malang. Perjalanan pun dimulai…
14 Agust -16 Agust (Tiga hari di Batu Malang)
Batu Malang adalah kota kecil yang dijuluki dengan Agropolitan. Posisi Batu adalah 2 jam dari surabaya naek bus ditambah 1 jam naek angkutan umum. Merupakan daerah subur yang bergunung-gunung. Suhunya dingin, persis suasana Lembang Bandung atau Puncak. Dengan keadaan tanahnya (yang belum diketahui lebih dalam) dan ketinggiannya (yang juga belum diketahui lebih dalam) Batu strategis untuk perkebunan Teh dan Apel. Sebuah ungkapan yang tepat untuk menggambarkannya adalah “Kota yang tepat untuk membesarkan anak-anak”.
Akhirnya tibalah kami di terminal malang. Setelah mendapat petunjuk dari beberapa ibu-ibu, sampailah kami di Batu malang. Setelah mengikuti petunjuk yang terpaksa diberikan oleh sang orang tua Hendar, akhirnya kami berhasil menemukan rumahnya.
Hendar adalah seorang teman lama satu angkatan. Dulu kita tidak pernah begitu dekat dengannya. Bahkan tergolong sangat jarang bertemu atau saling berbicara. Dan sekarang kami mencoba untuk mengakrabkan diri demi berliburan secara gratis (hehe, maaf ya Ndar).
Hendar duduk di depan rumahnya menunggu kami tiba. Kami berjalan di depan rumahnya, dan hampir tidak mengenalinya. Dia juga hampir tidak mengenali kami. Akhirnya dengan bersuka cita, kita saling mengenali satu sama lain, berpelukan. Malam mulai larut, hampir jam 11 malam, sangat tidak menyengkan bila kami tiba di Batu dan menjadi gelandangan yang tidur di pinggir jalan.
Rangkaian acara liburan di mulai dengan jalan-jalan subuh ke Jatim Park, sebuah lokasi wisata yang terletak di tempat tinggi, sekilo dari rumah. Ternyata memang, pemandangannya sungguh luar biasa, kami bertiga melihat sunrise dari puncaknya, dengan hawa dingin yang menyejukkan kulit, dengan wewangian apel yang mengharumkan penciuman. Batu adalah tempat yang tepat untuk membesarkan anak…
Agenda liburan berikut adalah melihat perkebunan apel, kami diantar ke lokasi perkebunan. Daerah tinggi yang siang hari pun terasa dingin. Pohon apel tumbuh dimana-mana, dipinggir jalan, di depan rumah, dan di perkebunannya sendiri.
Kami berjalan-jalan melewati tengah-tengah kebun, pohon apel di Batu sangat rendah hingga buahnya bisa dipetik langsung dari batangnya tanpa harus memanjat. Hal ini membuat bayangan Newton yang tertimpa buah apel sangatlah berlebihan, yang ada adalah bayangan Newton duduk di bawah pohon sambil makan buah apel langsung dari pohonnya.
Dengan keramah tamahan ala jawa penduduk lokal, mereka mempersilahkan untuk memetik apel sendiri, gratis. Kesempatan ini tidak kami sia-siakan. Kami belajar bagaimana menanam apel, merawat pohonnya, hingga memetik buahnya. Jika nanti pembimbing KP bertanya, “apa yang kalian dapat selama KP?” akan kami jawab spontan “Cara bercocok tanam pohon apel pak!”
Selanjutnya kami melihat gudang apel, dan industri kecil pembuatan Sari Apel malang yang mengambil sari pati buah apel, serta pembuatan jenang apel malang. Semua yang berbau apel adalah wajah kota Batu. Terlintas dalam bayangan, suatu saat membuat rumah di daerah tinggi, terbangun dari tidur, langsung memetik buah apel di halaman rumah untuk sarapan. Terlintas sebuah kesimpulan, “Batu adalah kota yang tepat untuk membesarkan anak…”
Malam harinya wisata kami lanjutkan dengan nongkrong di alun-alun kota Batu, hari ini adalah sabtu malam minggu.
Alun-alun kota Batu sangat indah, dari sana bisa kelihatan jalan-jalan ke gunung bersama lampu-lampu kotanya, banyak tempat duduk di taman, dan orang-orang yang berjualan disekeliling taman. Taman alun-alun kota Batu dipadati oleh orang-orang nongkrong, mulai dari geng bermotor setempat, keluarga, maupun orang yang pacaran.
Anak-anak kecil berlari-larian di taman. Hal ini membangkitkan imajinasi Rial tentang seorang anak perempuan lucu di masa depan, “Apa ya nama yang cocok, kayannya Orange bagus.” Ujarnya sambil menatap anak perempuan yang sedang berlari-lari di taman. Orang tua yang melihat expresinya (Rial), akan segera menangkap gelagat fedofilia, sehingga mengamankan anaknya masing-masing untuk segera pulang.
Suasana Alun-alun memang membangkitkan imajinasi akan cinta romantis dan keluarga yang bahagia. Udara sejuk berhembus, menghembus mimpi tiap-tiap manusia disana ke langit berharap segera dikabulkan.
Perjalanan di alun-alun tidak akan lengkap jika kita tidak mencicipi beberapa jajanan khas disana. Salah satu yang menonjol adalah Burger dan Hot dog murah, Cuma 2500. Hidangan ini akan sangat terasa nikmat dinikmati dengan minuman susu murni khas Batu.
Salah satu masakan khas, yang jadi kebanggaan warga Malang atau Batu lainnya adalah Bakso Cak Man. Ada sebuah dialog yang tak bisa dihindari, antara orang-orang yang pernah pergi ke Batu atau Malang.
“Aku kemarin abis liburan ke Malang lho.”
“Oya, udah makan bakso Cak Man belum.”
“Belum.”
“Huehehe, berarti belum ke Malang dong…”
Dan jadilah kita, mencicipi masakan kebanggan tersebut, memang sangat nikmat, apalagi disajikan dengan pelayanan keramah-tamahan khas Jawa.
Salah satu yang menarik dari wisata di Batu adalah Daerah tinggi (lupa namanya) tempat berdirinya warung-warung di pinggir jalan untuk nongkrong di malam hari sembil melihat city lights di bawahnya. Kita bertiga berangkat dengan skill sopir mobil (inisial Rial) setingkat di bawah pas-pasan, sementara jalan berkelak-kelok menakutkan. Sebuah perjalanan horor.
Akhirnya tiba di tujuan dengan selamat. Hidangan ala kopi susu dan Jagung rebus enak disantap. Sementara musik di Warung memperdengarkan sebuah lagu lawas, “Sabtu malam ku sendiri, tiada tempat berbagi…” Entah terbawa oleh suasana lagu yang melankolik, atau mabuk oleh kopi susu, Hendar menggebrak meja dengan gelas besar berisi kopi susu. “BRAK!” Di ikuti oleh rekan-rekannya. “BRAK!” Suasananya begitu indah, kenapa kita bertiga disini, laki-laki semua. Begitulah kesan yang diciptakan. Sementara disudut lain warung ada Bapak-bapak yang ditemani beberapa wanita…
Masa-masa indah seringkali terasa cepat berlalu, demikian juga dengan tiga hari liburan di Batu Malang. Akhirnya kita berpamitan kepada keluarga Hendar, dengan janji akan mengunjungi lagi di lain waktu. Satu kesimpulan yang terpatri di benak kami, “Batu adalah Kota yang tepat untuk membesarkan anak-anak…”
Selasa, 17 Agust 04
Berangkat kembali ke Surabaya, untuk melanjutkan kegiatan KP. Di sepanjang Jalan, perjalanan diiringi oleh festival 17agustusan, dengan drum band dan pasukan baris berbaris.
MINGGU TAMBAHAN
Rabu, 18 Agust 04
KP lagi, tidak bisa fokus, seolah-olah masih menyesal harus terbangun dari mimpi indah liburan di Malang.
Kamis, 19 Agust 04
KP hari terakhir sambil dan mengajukan surat selesai KP.
Jumat, 20 Agust 04
Mendapatkan surat selesai KP, malamnya menyusuri kehidupan gemerlap kota Surabaya
Sabtu, 21 Agust 04
Pergi ke Proyek untuk say good bye kepada Pak Marwoto, Mbah Darmaji, Mbah Ni dll. Nraktir Fitri dan Fredi. Sore Pulang ke Bandung.
Akhirnya perjalanan memasuki bapak selanjutnya yaitu penyusunan laporan KP, Suka dan duka masih selalu mengiringi. Lorong-lorong yang monoton, kita lewati saat asistensi KP, masa-masa menunggu pembimbing selama satu dua jam untuk mendapatkan jawaban ”maaf, saya sedang sibuk”, hingga sidang KP yang kami kira sukses, tetapi pembimbing menganggap gagal secara gilang gemilang, hingga sidang lanjutan yang bersifat pribadi dan kembali dianggap gagal. Hingga datang sebuah SMS, ”A....g, G....k, xxxxx bangsat, kita cuma dapet B.”
Catatan dan ucapan terima kasih.
Laporan perjalanan ini diambil dari jurnal harian Yows, dengan penyuntingan maupun improvisasi seperlunya. Terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:
- Sahrial ”Kutabok” Agung Nugroho, atas pengalaman KP yang mengguncang iman.
- Rekan-rekan seperjuangan Fredy si Jawa Metal, Umar dan Kukuk, Arif dan Erwan, Fitri ITM, serta MARIA cinta sahrial yang hilang.
- Hendar sang tuan rumah, atas sambutan yang hangat dan liburan mengesankan.
- Pihak proyek yang memperkenalkan kehidupan di Proyek.
- Anak-anak SMU penghibur di siang hari yang terik.
Tidak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
- Penjual Lontong Kupang yang pada suatu hari bilang: ”Sampean ini kerja di Proyek apa bukan, ko nongkrong di sini terus!”
Mohon maaf apabila ada pihak yang tersinggung atau tidak tersinggung dengan adanya tulisan ini, yang tidak lain, hanyalah media agar peristiwa-peristiwa di dalamnya tidak segera terlupakan.