Tuesday, September 27, 2005

Oh dunia


Kembali kupertanyakan kehidupan. Kenapa harus ada hari-hari ini yang seakan mati. Tak ada yang dapat memuaskan indra. Kureguk, dan semakin haus jiwaku rasakan. Tak ada tempat dimana kapal yang hendak karam akan berlabuh. Apakah arti semua ini?

Aku bertanya pada langit malam, Berteriak pada bintang, mengadu pada bulan yang bersembunyi di balik awan. Tak ada jawaban. Aku berbicara pada lorong-lorong sunyi dan sepi yang mencekam, dan kembali kudapati, hanya sebatang rempah berisi nikotin yang bisa berkata-kata padaku, meski hanya satu kata yang berulang. Dan tetap tak bisa menjawab semua tanya. Segala yang ada adalah dusta, tak adakah yang akan bisa menyuarakan kebenaran?

Lalu aku tetap sendiri, tertunduk, terdiam, mengamati dunia. Tak bisa lagi berkata-kata. Oh inikah dunia yang selama ini aku bersimpuh kepadanya? Tak hendak aku mencela, memaki, mengutuki, atau menyesalinya. Tak ingin aku bersuara lantang menyuarakan kegoblokan manusia, karena tetap, aku adalah mereka. Ketika aku berada pada keteraturan, aku menderita. Atau kalaupun semua berisi kesemrawutan, aku tetap tersiksa oleh sesak di dada. Kapankah pintu persepsi akan terbuka? Kapan aku bisa terbebas dari semua materi? Tak adakah kebenaran absolut pada perilaku manusia? Menyelimutiku, melingkupi semua kehidupan. Tak adakah yang bisa mendeskripsikan semua tanda tanya ini, hingga kudapat semua jawaban. Apa arti kehidupan?

Mungkin aku harus segera menghadap pada Nya, mempertanyakan ini semua..........

Thursday, September 22, 2005

Idealisme Retak Mahasiswa ITB

Assalamu’alaikum,
Menanggapi selebaran yang saudara buat dalam menolak pengambilan gambar film jomblo, saya punya beberapa pandangan, dalam hal ini, mungkin kita bisa sedikit berdiskusi lebih lanjut.

Pertama,
ITB adalah rumah kita (mahasiswa, bukan rektorat). Saya sebenarnya, sebagai sesama mahasiswa, mendukung ide ini. Tapi dalam kehidupan kita, di kampus ini, ternyata bukan cuma kita mahasiswa yang memiliki kampus ini, dan itu tak bisa dipungkiri. Ada rektotat, ada negara, ada rakyat, semua ikut berkepentingan terhadap ITB sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi nasional. Mungkin kita perlu belajar banyak dari kesalahan-kesalahan mahasiswa yang menganggap dirinya eksklusif. Seperti juga rektorat yang menganggap ITB adalah semata-mata kewenangannya sendiri, tanpa memandang adanya mahasiswa sebagai salah satu elemen kampus yang perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan kebijakan. Hasilnya, rektorat pun membuat berbagai aturan yang akan mematikan kemahasiswaan, mahasiswa dipaksa menerima, lalu ada perbedaan kepentingan, lalu terjadi konflik antara mahasisa dan rektorat. Lalu mahasiswa yang menderita. Mungkin sebaiknya kita belajar sesuatu dari hal ini, sehingga tidak lagi menganggap kampus ini milik kita sendiri.

Kedua,
Kalau dalam pembuatan sebuah film, ada orang lewat dan melihat ke kamera, ya, jadi aneh kan filmnya??

Ketiga,
Film jomblo yang tanpa intelektualisme, idealisme, rasionalisme, moralitas, leadership, dsb. dan hanya berisi hedonisme, glamour, fun dsb. Nilai-nilai intelektual itu ada di dalam setiap sendi kehidupan, bahkan dalam film ini. Tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Meskipun cerita pada film ini lebih banyak mengekspos pada sisi yang berbeda dengan yang dianut oleh kemahasiswaan kita, tapi bukan berarti tanpa nilai, tanpa moral. Selalu ada pelajaran moral dari setiap peristiwa yang kita lalui, jika kita mau membuka mata.

Keempat,
Mahasiswa ITB, ada dimana? Atau sudah tidak ada? Kondisi mahasiswa sekarang yang minim penelitian, sepi publikasi ilmiah, pengabdian masyarakat formalitas dan pembelaan rakyat setengah hati, dsb. Mungkin sebagian ada benarnya, walaupun ga sepenuhnya kondisi mahasiswa kita sejelek itu. Tapi kita bisa sampai pada titik ini bukan tanpa sebab, banyak proses yang mengantarkan kita sampai disini. Dan ini, kalaupun benar terjadi, bukan karena adanya pengambilan gambar buat film jomblo di kampus ini. Bukan karena film jomblo, lantas mahasiswa kita tidak lagi produktif. Pada dasarnya gw sepakat dengan opini yang mengarah pada perbaikan kondisi kampus kita, tapi bukan berarti harus mempersalahkan pihak lain. Seharusnya kita lebih mengutamakan introspeksi diri terhadap apa yang telah kita lakukan terhadap kampus ini, terhadap masyarakat, terhadap bangsa dan negara. Memangnya kita sudah berbuat apa?

Kelima,
Sebenarnya kita tak bisa memungkiri, perubahan nilai-nilai yang dianut oleh mahasiswa ITB. Saat KM mengkampanyekan anti kenaikan BBM, mahasiswa lebih memilih belajar, berolah raga, dan berbagai aktivitas lainnya. Tak banyak yang tertarik dengan keadaan di luar kampus, apalagi untuk mengurusi negara. Tapi bukan berarti mahasiswa ITB tak punya nilai-nilai yang dianut atau idealisme yang dipegang. Hal ini lebih mengarah pada lebih beragamnya nilai yang mereka anut ketimbang kehilangan sama sekali nilai-nilai tersebut. Setiap orang bisa berubah sesuai keadaan lingkungannya, tapi bukan berarti mereka tidak mempertimbangkan perubahan yang terjadi. Selalu ada alasan rasional dari setiap tindakan, bahkan untuk sebuah perubahan. Dalam hal ini, sebaiknya kita memang menyadarkan kembali rekan satu kampus, akan adanya nilai-nilai yang memang seharusnya jadi bagian dari kehidupan seorang mahasiswa, tapi bukan berarti dengan kesombongan seorang mahasisa, lantas begitu saja menghujat rekan-rekan, atau memaki pihak luar yang bahkan tidak tahu ada permasalahan apa di dalam sini.

Keenam,
Saya sebenarnya ragu, artikel ini dibuat karena kemarahan anda karena merasa punya otoritas terhadap kampus, dengan segenap ego yang ada, tapi sedikit terenggut oleh pengambilan gambar film jomblo, atau karena anda benar-benar miris dengan kondisi kemahasiswaan ITB? Jadi, mana sebab mana akibat?

Saya tidak berpikir apa yang anda sampaikan ini salah, dan saya juga tidak berpikir apa yang saya kemukakan sepenuhnya benar. Mungkin kita hanya melihat dari sudut pandang yang sedikit berbeda. Dan kita tak perlu berdebat soal mana yang benar dan mana yang salah. Tapi setidaknya saya bisa menangkap, apa yang terkandung dalam keprihatinan anda, dan saya yakin anda adalah salah satu dari sebagian orang yang masih peduli dengan kondisi kampus ini, walaupun saya tidak begitu sepakat dengan penyalahan pada pihak luar atas apa yang terjadi di dalam kampus. Semoga kedepannya, kita sama-sama bisa menjaga kampus ini agar tetap hidup dalam segenap kehormatannya.

wassalam.
Wahyu/Yows/Jambi-Sipil 2001

Wednesday, September 21, 2005

MAHASISWA ITB: Idealisme Retak

Dari seorang rekan sekampus, yang mengkomentari syuting film jomblo di kampus ITB.

MAHASISWA ITB: Idealisme Retak

Protes dan penolakan terhadap pengambilan gambar film jomblo di kampus ITB

”Mas, mas! Kalo mau lewat, lewat aja. tapi jangan liat kamera ya!” Demikian ujar salah seorang kru pengambilan gambar film jomblo di depan gerbang utama kampus ITB. Dalam hati saya berkata, ”Emang loe siapa? berani ngatur-ngatur di rumah gua!” Ini rumah kami (kami = mahasiswa, bukan rektorat). Seingat saya pengambilan gambar di kampus ITB tersebut telah berlangsung selama empat hari terakhir ini untuk sebuah film bernama jomblo.

Jomblo. Dari judulnya saja kita mempersepsi apa sebetulnya film tersebut? Apa isinya? Orang macam apa pemerannya? Apa tujuan film tersebut? Social change apa yang di bentuk di masyarakat dan penonton film tersebut? Yang jelas ini bukan film dokumenter atas karya-karya ilmiah ITB. Tidak mungkin semangat intelektualisme yang mengalir dalam setiap alur film tersebut. Tidak pula idealisme, rasionalisme, empirisme, moralitas, leadership, dan nilai-nilai tinggi intelektual lainnya. Yang tersisa hanyalah hedonisme, glamour, fun and free.

Mahasiswa ITB! Di mana kalian? Atau memang saat ini sudah tidak ada lagi mahasiswa ITB? Mereka tinggal sejarah. Yang namanya harum dimana-mana. Tertulis dengan tinta emas dalam lembar-lembar sejarah. Yang ada saat ini mungkin hanya orang-orang yang ngaku sebagai mahasiswa ITB. Mengapa? Karena lab-lab penelitian epi. Publikasi ilmiah mahasiswa menjadi barang yang langka. Pengabdian masyarakat hanya formalitas. Dan pembelaan terhadap rakyat pun setengah hati. Lalu DO 190 orang.

The codes of ethics of engineer: integrity, honor, and dignity. Berapa orang dari 10.000 mahasiswa ITB yang tahu ini? Lalu berapa orang yang faham? Terakhir, dari yang fahamberapa orang yang nilai-nilai ini tercermin dalam kepribadiannya? integrity adalah kesesuaian kata-kata dengan perbuatan, ketulusan, kejujuran, nampaknya tidak ada padanannya yang tepat dalam bahasa indonesia. Honor adalah kehormatan. Dignity adalah martabat.

Mahasiswa ITB! Mungkin kalian saat ini tidak lagi directing teh change, mengarahkan perubahan. Tetapi kalian saat ini hanyalah following the change, mengikuti arus perubahan. Tanpa berpikir ke mana arah arus perubahan tersebut. Datang hedonime, ikutlah hedonisme. Selamat tinggal nilai-nilai kehormatan. Lalu saya sedih, ITB muncul sebagai latar belakang adegan tidak berkualitas. Alih-alih forum intelektual terhormat. Dengan nama Uniersitas Negeri Bandung. Apa-apaan ini?

Mahasiswa ITB! Idealisme kalian retak!!!

prihatin akan moral mahasiswa...
Iwa kustiwa/ketua MPO/MPA Gamais ITB (kritik dan saran dinantikan di: i_kustiwa@yahoo.com)

Monday, September 12, 2005

Tugas Akhir



Saatnya untuk memperkenalkan seorang partner tugas akhir (TA). Gw berpartner dengan seorang mahasiswa yang cukup cerdas dengan inisial Copi (Bukan dengan makhluk jalang dengan inisial Edd!!!). Copi ini merupakan seorang teman sedari dulu, ketika kita dipertemukan saat kuliah di tahun pertama sipil ITB.
Percakapan awal setelah perkenalan:
yows: "Eh, perasaan elo mirip Chris Klein deh.."
Copi: "Oh.... Itu siapa ya?"

Dan hubungan kita pun berlanjut. Setelah bersama-sama melalui OS HMS yang tak kenal kasih sayang dan belaian mesra selama setahun. Bersama sama di BP HMS sebagai Kadep. Terlibat dalam sebuah gank yang ga jelas juntrungannya, The Destroy ( Agung Rockstar, Uun karuhun, Rial, Sopyan (Copi), Yows), yang kalo nongkrong selalu dimulai dan diakhiri dengan percakapan berintelegensi rendah. Terakhir, kita sepakat untuk bertema TA bareng.

Dalam sebuah TA, ternyata the most wasting timenya pada tahap pencarian judul. 3 bulan jack! Meneliti topik ini, kemudian beralih ke topik lainnya. Demikian seterusnya. Sementara teman2 yang lain sudah menemukan kemapanan pada topik TAnya.

Pernah pada suatu hari, kita sepakat buat janjian membicarakan tema TA.
Copi SMS: "Mbi, ntar ketmuan di kampus ya jam 12, kita membicarakan TA"
Yows SMS: "Sip!"
jam 12.00
Yows SMS: "Pi, sori, gw kayanya telat mo makan dulu di gelap nyawang."
Jam 12.30
Copi SMS: "Mbi, gw ada keperluan bentar, stgh jam lagi gw ke kampus."
jam 13.00
yows SMS: "Pi, mendadak gw harus ke padalarang nih. besok aja ya ketemunya..."
dan kita pun ga jadi membicarakan TA...

By the way, sekarang TA kita sudah menemukan titik cerah. Sudah mengarah pada pelepasan diri dari pencarian topik belaka dan memasuki pencarian data dan referensi. Setiap hari diisi dengan percakapan dan diskusi mengenai TA. Setiap hari, dimalam-malam yang gelap dan di pagi yang benderang, selalu terbayang akan TA (Soalnya ga ada sesuatu yang lain buat di bayangkan). Pokoknya semua tentang TA. Berakhirnya masa perkuliahan beberapa rekan sedikit banyak telah memberikan kontribusi dalam mengguncangkan hati ini, lalu memompa semangat sampai pada batas yang membutuhkan pelaksanaan ketimbang sekedar kata-kata. Terlebih lagi, ada seseorang yang sudah berkata "sukses y ama TAnya..." dan semakin terpompalah semangat ini.

Ya udah deh, mo ngerjain TA lagi nih....
Pesan buat Edd Corp: Rajin2lah dirimu praktikum kimia Dasar!!!

mutiara hati


Izinkan aku bercerita tentang mutiara hati...
tapi aku tak tahu harus bertutur apa
Ya sudahlah
Tetaplah menjadi mutiara hati ini
Teruslah menjadi bagian dalam pencahayaan dunia
Ketika matahari bersinar
dan bulan memancarkan pesonanya
Adakah semuanya untukku?
Kata tidak pun memungkinkan

Tuesday, September 06, 2005

WISUDA



Sebagian teman-teman akan segera meninggalkanku ke dunia kerja.... Menyedihkan memang. Tapi inilah hasil dari pilihan plihan yang telah aku buat sendiri... Yaah, semoga kita semua menemukan jalan masing-masing, menuju kebahagiaan masing-masing pula. Selamat berjuang!!!!

SAKIT!!!

Ternyata dalam hidup ini ada banyak nikmat hidup yang kita peroleh, bahkan kalau setiap nikmat itu ditulis di kertas dengan tinta air laut, samudera akan mengering sebelum kita selesai menuliskan semua nikmat. Terkadang nikmat itu baru terasa saat kita kehilangannya. Salah satu contohnya adalah nikmat sehat, yang baru akan terasa berarti ketika kita mengalami sakit. Untuk lebih jelasnya, mari kita ikuti wawancara dengan salah seorang responden kita....

P : Selamat malam sdr J!
J : Mmm iya, malam.
P : Saya dengan sdr habis menderita sakit ya...
J : ah, itu kan hanya gosip...
(ternyata salah responden???)

P : Selamat malam sdr Y
Y : Selamat!
P : Bagaimana kabar saudara?
Y : Hmm, alangkah baiknya keadaan saya sekarang, saya rasa demikian halnya, adanya.
P : Saya dengar sdr mengalami sakit keras ya kemarin?
Y : Wah, ternyata kabar itu sampai juga ke telinga sdr, hal ini tak bisa dipungkiri. Sakit telah menjatuhkan dirinya pada pangkuan saya, lalu mengalir dalam darah, dan mengeras memenuhi organ. Tak salah kiranya kalau dikatakan saya mengalami sakit keras.
P : Lalu sakit apa yang anda rasakan?
Y : Kesakitan saya menyebabkan saya tak bisa merasakan sakit, indera tak bisa diajak berdiskusi, kulit menyerap panas berlebih dari matahari, sementara kepala lebih memilih berputar daripada berpikir. Tak bisa saya jelaskan apa penyakitnya. Yang pasti, kepala ini, bahkan badan ini serasa bukan milik saya lagi...
P : Alangkah mengerikannya sakit yang anda derita. Lalu bagaimana cara pengobatannya?
Y : Saya mendatangi dokter. Lalu saya diwawancara, dan diperiksa, lalu mendapat resep obat. Tapi perihal dokter ini malah membuat saya heran, dia memberikan resep berdasarkan yang saya ceritakan, bukan hasil pemeriksaan. Lantas, buat apa di periksa kalau demikian?? Setelah mendapat obat, baru saya meminum setiap harinya. empat jenis obat setiap kali minum. Alangkah pahitnya. Kalau tau begini keadaanya, lebih baik saya tidak sakit saja.
P : Loh, kalau begitu, sakit itu merupakan pilihan dong?
Y : Bisa merupakan pilihan, kalau memilih untuk tidak menjaga kesehatan, maka kita akan sakit. Dan tingkat keakutan penyakit yang kita derita pun masih tergantung pada pilihan-pilihan yang kita buat.
P : Oh, begitu. Terakhir, ada sesuatu yang didapat gak, dengan sdr mengalami sakit kemarin?
Y : Banyak banget! Kita lebih menghargai kehidupan dengan menjadi sakit, angin yang berhembuspun tak akan terasa indah kalau kita nikmati dengan tubuh sakit. Sakit juga menyadarkan diri bahwa dengan semangat yang membaja di dalam tubuh saja ternyata tak bisa mencegah kita untuk menjadi sakit, semua harus dibarengi disiplin diri untuk menerapkan berbagai pola hidup sehat yang akan menjaga tubuh kita dari pengrusakan. Dan terakhir yang baru saja saya sadari: Rokok ternyata tidak baik untuk kesehatan....

Ket:
P,J, dan Y sebenarnya adalah satu orang.....